Rabu, 27 Juli 2011

Tidak Tunduk Kepada Hukum Tuhan?



REPOSISI TAURAT DALAM KEHIDUPAN ORANG PERCAYA

Hampir setiap orang percaya masa kini, yang tumbuh dan dibesarkan di dalam Gereja, mempunyai pemikiran yang negatif terhadap apa yang dinamakan hukum Taurat dan serta merta menolaknya. Analisa yang cermat memperlihatkan bahwa apa yang telah mereka tolak sebagai hukum Taurat itu, hanyalah gambaran yang salah tentang Taurat yang diciptakan oleh pemikiran-pemikiran keliru dan kesalahpahaman yang diturunkan generasi demi generasi.

Ada orang yang menolak Taurat dengan alasan hukum Taurat adalah aturan-aturan orang Yahudi yang tidak relevan untuk orang Kristen.Yang lain menolak Taurat karena dikatakan bahwa Kristus telah menggenapinya.

Sementara yang lainnya lagi bersikap selektif dengan menerima perintah-perintah tertentu yang sesuai dengan kehidupan duniawi mereka. Sebagian berargumen bahwa hukum Taurat yang asli adalah hanya meliputi sepuluh perintah Tuhan (plus dengan perubahan dari perintah memelihara hari Sabat menjadi memelihara hari Minggu). Sedangkan perintah-perintah lainnya hanyalah adat-istiadat religi orang Yahudi yang ditambahkan ke dalam kitab Taurat. Ini adalah teologi yang absurd. Tetapi lucunya ketika pengajar Kristen ditanya tentang masalah homoseksualitas misalnya, mereka akan segera mengacu kembali kepada apa yang dicap sebagai adat-istiadat orang Yahudi itu. Ada banyak alasan lain dalam penolakan Gereja yang semuanya bisa ditelusuri berasal dari sikap dan pemikiran tokohtokoh Gereja masa post-apostolik (sesudah para rasul) yang penuh dengan semangat permusuhan dan kebencian terhadap bangsa Yahudi.

Selama berabad-abad kita menyaksikan bagaimana Taurat dirumuskan oleh Gereja. Taurat selalu dipandang sebagi suatu cara hidup legalistis, yang bersifat lahiriah dan kurang mempunyai nilai-nilai spiritual. Taurat kemudian dimengerti semata-mata sebagai 'hukum'. Perumusan tersebut dalam banyak hal bertolak-belakang dengan pemahaman orang Yahudi tentang Taurat. Apakah arti Taurat bagi anda ? Apakah kata itu membayangkan Sabat, sunat, haram halal, serta cara-cara hidup orang Yahudi lainnya yang dikecam oleh Yesus ? Apakah anda menghubungkan Taurat dengan setiap pola hidup buruk orang-orang Farisi yang 'jahat' itu ? Apakah ini yang menjadi alasan yang menghalangi anda untuk menerima Taurat sebagai standar hidup bagi umat-Nya ? Banyak orang telah memalsukan uang kertas. Kemudian apakah masih rasional bila anda menolak yang asli itu karena yang palsu juga ada ?

Pemahaman orang percaya terhadap Yudaisme lebih banyak berasal dari pengetahuan yang sedikit yang mereka baca dari Perjanjian Baru, yang ditarik dari konteks historisnya dan ditafsirkan dengan cara-cara yang tidak Ibrani. Beribadah untuk memenuhi kewajiban, memelihara tradisi, mengikat beban berat, adalah sebagian dari praktek-praktek buruk orang Yahudi yang sering dibicarakan dalam gereja. Seringkali menyusul sikap yang negatif itu timbul kemudian respon penolakan dalam diri orang-orang percaya. Akhirnya apa yang dikira sebagai hukum Taurat ditolak oleh mereka. Mereka sendiri yang memberikan gambaran yang salah mengenai Taurat, lalu mereka pulalah yang menolaknya.

Mungkin andakah orang yang demikian ? Atau termasukkah anda di antara mereka yang dengan rela ingin mengenal Taurat-Nya ? Jika anda termasuk dalam kategori yang kedua, artikel ini akan membantu anda untuk mengenal gambaran yang benar akan hukum Tuhan.

PANDANGAN KRISTEN TERHADAP "HUKUM" TAURAT

Pandangan Kristen saat ini terhadap apa yang disebut dengan "Hukum" Taurat berasal dari cara pikir dan pendekatan Yunani/Romawi dalam mempelajari Alkitab. Semua ini dibentuk oleh para Bapa Gereja pada masa awal-awal perkembangan Kristen yakni antara abad kedua hingga enam, dan sejak itu terus-menerus merasuki cara pikir orang Kristen. Begitu orang Kristen mendengar atau menggunakan istilah "Hukum" Taurat dalam setiap diskusi rohani, khotbah, tulisan dan sebagainya, pemikiran mereka akan langsung mengacu kepada pengertian "legalistis". Teologi Kristen sering menuduh upaya manusia memelihara perintah-perintah Taurat itu sebagai upaya sia-sia untuk mencapai keselamatan.

Tiga pandangan dalam dunia Kristen terhadap "Hukum" Taurat yang patut disimak :
  • Mengerjakan Hukum Musa menempatkan manusia "di bawah belenggu" dan sekarang Yesus telah membebaskan manusia dari belenggu itu.
  • "Tidak ada seorangpun yang dibenarkan menurut Hukum" – itulah sebabnya kita membutuhkan Yesus
  • Hukum adalah sebuah "kutuk" dimana Yesus datang untuk melenyapkannya
Tiga pandangan ini bisa jadi dinyatakan dengan susunan kata yang berbeda-beda dalam setiap denominasi, tetapi konsepnya sama dan terdapat dalam ajaran tiap-tiap denominasi Protestan dan Katholik.

Sebagai contoh, Dr. Charles Ryrie dalam buku teologianya yang terkenal menulis dengan jelas bahwa "Hukum" Taurat telah diakhiri dengan kedatangan Yesus:

"Arti penting lainnya dari kematian Kristus adalah sebuah permulaandari suatu keyakinan yang berdasarkan kebenaran iman dan bukannya dari mengerjakan hukum. Tetapi, pernyataan Paulus alam Roma 10:4, bahwa Christ is the end of the Law, bisa mempunyai dua pengertian: mengakhiri atau menggenapi. Dengan kata lain, apakah Kristus mengakhiri Taurat, atau Kristus menggenapi Taurat (Mat 5:17). Tetapi nampaknya mengakhiri adalah arti dalam konteks ini karena adanya perbedaan (mulai dari Rom 9:30) antara Taurat dan kebenaran Tuhan. Argumen Paulus selanjutnya adalah bukannya orang Yahudi tidak sempurna dan membutuhkan Kristus untuk menyempurnakan hubungannya dengan Tuhan, tetapi sikapnya untuk mengerjakan Taurat itu yang jelas-jelas salah karena menggantungkan kepada usaha manusia ketimbang menerima anugerah kebenaran Tuhan. Walaupun adalah benar bahwa Tuhan kita menggenapi Taurat, ayat ini tidak sedang mengajarkan demikian, tetapi bahwa Ia mengakhiri Taurat dan memberikan kita sebuah jalan hidup yang baru untuk Tuhan." (Basic Theology - A Popular Systematic Guide To Understanding Biblical Truth, Charles C. Ryrie, 1986, SP Publications Inc., Victor Books, Wheaton IL, pp. 302-303.)

Contoh lainnya dari sebuah buku Kristen yang terkenal, When Skeptics Ask karangan Norman L. Geisler, menunjukkan perbedaan antara apa yang Taurat dan Yesus dapat lakukan untuk kita: Ketika Musa menetapkan tatanan moral dan sosial untuk membimbing bangsa itu, hukum Taurat tidak dapat menyelamatkan seorangpun dari hukuman atas dosa mereka, yaitu maut. Seperti juga Paulus telah berkata, "Sebab tidak ada seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Tuhan oleh karena mengerjakan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa" (Rom 3:20). Firman yang datang dalam Yesus menyatakan dosa - yang telah diperkenalkan oleh Taurat – sudah diampuni "dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus" (ay. 24). Firman Kristus dibangun di atas fondasi Musa dengan menuntaskan masalah yang telah ditunjukkan oleh Taurat. (When Skeptics Ask, Norman L. Geisler and Ronald M. Brooks, 1990, SP Publications Inc., Victor Books, Wheaton IL, p. 129.) 

Kristen mengajarkan bahwa barangsiapa "percaya kepada Yesus" (Yahudi maupun bukan) tidak perlu lagi mengerjakan Taurat karena sekarang mereka mempunyai "kemerdekaan dalam iman". Konsep teologi ini paling banyak bersumber dari tulisan-tulisan Paulus, yang menurut tradisi mengajarkan supaya tidak lagi mengerjakan "Hukum" Taurat serta membuktikan bahwa "Hukum" Taurat tidak mempunyai arti penting lagi dalam hidupnya.

Ayat-ayat yang seringkali dikutip untuk mendukung konsep teologi ini antara lain:

For Christ is the end of the law for righteousness to every one that believeth. (KJV Roma 10:4)

Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis, "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat". (Galatia 3:10)

Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, karena ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib". (Galatia 3:13)

Dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya di kayu salib. (Kolose 2:14)

Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus. (Kolose 2:16-17)

Di samping manusia tidak dapat dibenarkan oleh "Hukum" Taurat, Kristen juga menyatakan bahwa barang siapa mengajarkan orang untuk memelihara Taurat, setelah orang itu menerima Kristus, adalah pengajar sesat.

Penulis Kristen ternama William Barclay menyatakan hal berikut dalam seri buku pemahaman Alkitabnya:

"Dalam Perjanjian Baru sendiri kita menemukan ada sekelompok pengajar yang gagal dalam pertanggung-jawaban mereka dan menjadi pengajar-pengajar sesat. Mereka adalah para pengajar yang berusaha membelokkan Kristen menjadi semacam aliran dalam Yudaisme serta mengajarkan sunat dan memelihara Taurat." (The Daily Study Bible Series - the Letters of James and Peter, William Barclay, 1976, The Westminster Press, Philadelphia, p. 80.)


PANDANGAN KRISTEN TERHADAP YUDAISME

Kristen membedakan dirinya dengan Yudaisme (agama "Hukum" Taurat) atas dasar pandangan bahwa Kristen adalah berdasarkan iman dan kasih, sementara Yudaisme adalah berdasarkan usaha manusia mengerjakan Taurat. Sejarah orang Yahudi dan orang Kristen memberikan kesaksian bagaimana selama ini Yudaisme "dirumuskan" oleh Gereja, dan hal itu mengakibatkan orang Yahudi dinyatakan sebagai musuh gereja. Perumusan tersebut sepenuhnya bertolak belakang dengan pemahaman orang Yahudi tentang dirinya sendiri. Dalam banyak terbitan gereja, dari buku-buku dogmatika sampai buku katekisasi, Yudaisme digambarkan sebagai sisi negatif dari umat Kristen (yang positif). Jadi apabila orang Kristen berniat menegaskan gagasan tentang "anugerah", Yudaisme akan dipaparkan sebagai agama legalistis. Dan apabila kekristenan ditampilkan sebagai agama universal, tanpa tembok pemisah, maka Yudaisme akan dijadikan sebagai contoh agama yang menyempit dan tertutup.( Akar Bersama – Belajar tentang Iman Kristen dari Dialog Kristen-Yahudi, Hans Ucko, 1999, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, p.3) Mengutip lagi
tulisan William Barclay :

"Orang Kristen hidup di bawah hukum kemerdekaan, dan atas dasar hukum kemerdekaan inilah ia akan dihakimi. Maksudnya begini. Tidak seperti orang Farisi dan Yahudi Orthodoks, orang Kristen bukanlah orang yang hidupnya terkekang dan diatur oleh seperangkat lengkap aturan-aturan dan perintah yang dijatuhkan kepadanya tanpa kecuali. Tetapi ia diatur oleh dorongan kasih. Ia mengikuti jalan yang benar, jalan mengasihi Tuhan dan mencintai sesamanya, bukan karena ada hukum yang memaksanya atau karena ketakutan akan hukuman yang memaksanya melakukan itu tetapi karena kasih Kristus dalam hatinya yang membuatnya melakukan itu." (The Daily Study Bible Series - the Letters of James and Peter, William Barclay, 1976, The Westminster Press, Philadelphia, p. 70.)

Kristen juga jelas memandang bahwa dirinya adalah satu-satunya agama Tuhan yang benar. Dalam penjelasan yang terdapat pada appendiks salah satu versi King James Bible, tentang Surat Ibrani, tertulis demikian:

"Dengan argumen yang dijelaskan dengan hati-hati, penulis [Surat Ibrani] memperlihatkan bahwa Kristen mengungguli Yudaisme,…Kristen adalah agama yang sempurna." (The Daily Study Bible Series - the Letters of James and Peter, William Barclay, 1976, The Westminster Press, Philadelphia, p. 70.)

Penjelasan yang sama tentang Surat Galatia, seperti demikian:

"Surat Galatia telah dinyatakan sebagai deklarasi kemerdekaan Kristen. Ini adalah jawaban Paulus buat orang-orang yang menantang otoritasnya sebagai seorang rasul dan memaksa jemaat di Galatia untuk hidup menurut hukum Musa. Bila orang Kristen menerima hukum Yahudi sama artinya menjadikan Kristen sebuah sekte di dalam Yudaisme. Paulus mengajarkan bahwa belenggu hukum Taurat telah berakhir ketika Yesus membebaskan semua manusia." (ibid p. 10.)

Penulis Kristen terkenal lainnya, J. Vernon McGee, membuat pernyataan berikut tentang Paulus dan agama Yahudi dalam penjelasan Alkitabnya:

"Paulus sekarang menyebut agama dimana ia dibesarkan "agama orang Yahudi". Paulus diselamatkan, bukan dalam Yudaisme, tetapi dari Yudaisme." (Thru the Bible Commentary Series, Galatians, J. Vernon McGee, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1991, p. 23.)


PANDANGAN IBRANI TENTANG TAURAT DAN KESELAMATAN

Istilah

Dalam banyak literatur Kristen, kata "Hukum" banyak digunakan untuk mengacu kepada apa yang disebut orang Yahudi dengan Torah (atau Taurat dalam bahasa Arab) – yakni kelima kitab pertama dalam Alkitab. Istilah lain yang sering digunakan oleh orang Kristen adalah Pentateuch (sebuah istilah Yunani). Istilah "Hukum", terutama dalam pengertian legalitas sebagaimana pemahaman Kristen, bukanlah terjemahan yang tepat untuk kata Torah. Terjemahan yang tepat kata ”Torah” semestinya adalah "pengajaran" atau "firman". Inilah cara orang Yahudi memandang Taurat.

Taurat adalah kumpulan pengajaran Tuhan bagaimana umat-Nya (Yahudi maupun bukan) hidup, "supaya baik keadaanmu" (Ul 4:40). Sebagai umat-Nya, bangsa Israel diberikan tanggungjawab khusus seperti Tuhan sudah berfirman, "Kuduslah kamu sebab Aku, TUHAN, Elohimmu kudus." (Im 19:2) Disinilah Taurat berfungsi yaitu menunjukkan cara bagaimana hidup kudus di hadapan Tuhan.

Ayat-ayat dalam Keluaran 12:48-49, Imamat 24:22 dan Yesaya pasal 56 menunjukkan bahwa Taurat bukan ditujukan untuk orang Yahudi saja, tetapi juga untuk orang bukan Yahudi yang ingin menjadi bagian dari umat-Nya. Walaupun Tuhan memutuskan untuk memberikan wahyu-Nya kepada orang Yahudi, bukan lantas kemudian menjadi milik tunggal "agama mereka". Mereka sebaliknya harus menjadi "terang dunia" dan membawa berita keselamatan kepada orang-orang bukan Yahudi (Lihat Yesaya 49:6, Zakharia 8:23, Matius 5:14, Yohanes 4:22).

Walaupun Taurat sebenarnya adalah kelima buku Musa (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan), istilah Taurat juga meliputi keseluruhan kitab-kitab lainnya dalam Alkitab, dalam pengertian mereka merupakan kesinambungan wahyu Tuhan. Tidak ada firman Tuhan dalam kitab-kitab setelah Taurat yang bertentangan dengan isi Taurat, termasuk pula kitab-kitab "Perjanjian Baru". Firman Tuhan adalah satu.

Apa yang dikatakan Alkitab tentang Taurat, Pengampunan Dosa dan Keselamatan

Dalam Injil Yohanes pasal 3 kita menjumpai salah satu ayat yang menjadi fondasi dasar teologi "Kristen yang berbasiskan iman".

"Kamu harus dilahirkan kembali"

Orang Kristen sering memandangnya sebagai "ajaran Yesus" yang luar biasa. Tetapi coba perhatikan, apa yang dikatakan Mesias ketika Nikodemus bertanya "Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi ?"Yeshua menjawabnya, "Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu ?"

Nikodemus dikritik oleh Mesias yang berkata bahwa sebagai "seorang pengajar Israel", semestinya ia tahu apa yang dimaksud dengan "lahir kembali". Sekarang bagaimana Nikodemus bisa tahu tentang hal ini jika ini adalah sebuah ajaran yang baru dari Yeshua ?

Jawabannya ialah "lahir kembali" adalah bukan ajaran yang baru. Lahir kembali merupakan konsep dasar ajaran yang berbasiskan Taurat sebab Taurat selalu mengajarkan untuk beriman kepada Tuhan supaya selamat dan bukannya dengan "hidup dari pekerjaan hokum Taurat".

Pesan ini bisa ditangkap dalam kitab Ulangan:

Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk(Ulangan 10:16).

Kata "tegar tengkuk" adalah sama dengan tidak mempunyai iman. Tuhan menyebut angkatan di padang gurun itu tegar tengkuk sebab mereka tidak percaya (beriman) kepada-Nya. (Lihat Keluaran 32:9; 33:3,5; 34:9; Ulangan 9:6,13; 2 Tawarikh 30:8; Kisah Para Rasul 7:51)

Ibrani 3:7-4:2 menjelaskan angkatan yang tegar tengkuk ini bahwa mereka menerima firman Tuhan tetapi "tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman" dan "mereka sesat hati".

"Dan TUHAN, Elohimmu, akan menyunat hatimu dan hati keturunanmu, sehingga engkau mengasihi TUHAN, Elohimmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, supaya engkau hidup." (Ulangan 30:6)

Kata "hidup" disini dipakai dalam pengertian rohani dan sama artinya dengan keselamatan.

Dalam surat-suratnya Paulus memperlihatkan bahwa "sunat hati" ini sama dengan "lahir kembali".

Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. (Roma 2:29)

Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan manusia, tetapi dengan sunat Kristus. (Kolose 2:11)

Tuhan selalu meminta kita untuk pertama-tama beriman kepada-Nya sebelum berusaha "melakukan" sesuatu untuk-Nya.

Akulah TUHAN, Elohimmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu elohim lain di hadapanKu. (Keluaran 20:2-3 dan Ulangan 5:6-7)

"Orang benar akan hidup oleh iman." (Habakuk 2:4 dan Roma 1:17)

Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Eloah. (Ibrani 11:6)

Yeshua melanjutkan percakapan-Nya dengan Nikodemus dengan membicarakan kenaikan-Nya ke surga (Yoh 3:12-13), lalu menghubungkan Taurat (sebagaimana Tuhan berbicara dalam Ulangan 30:11-14) dengan diri-Nya (seperti yang ditulis Paulus dalam Roma 10:1-8). Yeshua mengakhiri percakapan-Nya itu dengan menunjuk kepada peristiwa ular tembaga (Yoh 3:14) sebagai suatu kasus iman (Bil 21:9) diasosiasikan dengan iman kepada diri-Nya.

Tuhan tidak berubah (Mal 3:6). Keselamatan dalam sistem kepercayaan berbasiskan Taurat selalu berdasarkan kepada iman, baik sebelum Musa maupun sesudahnya, dan juga baik sebelum Yeshua dan juga sesudah-Nya. Taurat adalah Firman Tuhan, seperti halnya Yeshua adalah Firman Tuhan. Iman, Taurat dan Yeshua adalah tidak terpisahkan. Keselamatan selalu datang lewat iman, Taurat, dan Mesias, karena Yeshua adalah Anak Domba yang dikorbankan sejak awal dunia (Ibr 4:3; 9:26; Why 13:8). Yeshua sendiri berkata:

"Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita." (Yohanes 8:56)

Yeshua adalah kegenapan Taurat. Ia adalah Taurat yang menjadi manusia (Yoh 1:1, 14).

Satu hal, ketika Yeshua dan para rasul menyebut Kitab Suci, yang mereka maksudkan adalah kitab Taurat Musa – bukan Alkitab dengan susunan seperti yang kita miliki sekarang. Meski orang-orang Yahudi pada masa itu sudah menerima kitab para nabi dan kethubim (tulisan-tulisan seperti mazmur dan amsal) sebagai kitab yang sama sucinya namun penetapan kanon Tanakh (Alkitab Yahudi - orang Kristen menyebutnya "Perjanjian Lama") sendiri baru diselesaikan pada tahun 100. Jadi sewaktu Paulus menulis kepada Timotius: "Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus" (2 Tim 3:15) tentunya yang ia maksud adalah kitab Taurat. Disini apa yang dipikirkan oleh Paulus saat itu adalah bahwa kitab Taurat menuntun mereka kepada keselamatan oleh iman kepada Mesias, sebuah konsep yang sama seperti yang telah dijelaskan di atas.

Mengapa banyak orang tidak mampu menangkap hal ini ketika mereka membaca Perjanjian Lama adalah karena pemahaman mereka akan Alkitab telah dipengaruhi selama bertahun-tahun oleh generasi-generasi sebelumnya yang mempelajari dan menafsirkan kitab sucinya orang Ibrani itu dengan pendekatan Hellenis (Yunani). Pola pemikiran non-Ibrani ini tidak mudah untuk dibuang atau diubah sebab hampir setiap hari kita dicekoki terus dengan pola pikir Hellenis oleh keluarga, teman, pendeta, buku-buku rohani, acara rohani di radio dan televisi – seluruh budaya dimana kita hidup.

Bagaimana dan mengapa Alkitab bisa ditafsirkan dengan pendekatan demikian akan dijelaskan lebih jauh pada bab berikutnya.

Sebuah contoh Alkitab: Bagaimana Daud diselamatkan ?

Dalam Ibrani pasal 11 kita menjumpai satu daftar teladan-teladan iman, banyak orang menyebutnya "The Faith Hall of Fame", di antaranya yang menarik adalah pencantuman antara lain nama Musa, Samuel dan Daud. Penulis Ibrani menunjukkan bahwa mereka diselamatkan oleh karena iman, yang mana kita ketahui bahwa mereka juga dikenal taat mengerjakan Taurat.

Ketika menulis Mazmur 119, Daud tidak pernah merasa cukup untuk menyatakan ekspresi kecintaannya terhadap Taurat. Mazmur 119 adalah mazmur terpanjang dalam Alkitab. 176 ayat hanya untuk mengatakan satu hal : "TUHAN, aku mencintai Taurat-Mu." Sama seperti seorang kekasih menceritakan kepada kekasihnya tentang kasihnya dalam seribu cara, begitu pula Daud terus menerus menceritakan kepada Tuhan bahwa ia mengasihi Tuhan, Tuhan yang sudah membawanya dekat melalui firman-Nya: "Engkau dekat, ya TUHAN" (ay. 151). Akan tetapi menurut teologi Kristen, ada semacam dilema terhadap apa yang ia tulis.

Daud menulis tentang dirinya seperti berikut:

"Gulingkanlah dari atasku cela dan penghinaan, sebab aku memegang peringatan-peringatanMu."(Mazmur 119:22)
Orang-orang yang kurang ajar sangat mencemoohkan aku, tetapi aku tidak menyimpang dari Taurat-Mu.(Mzm 119:51)
Inilah yang kuperoleh, bahwa aku memegang titah-titah-Mu." (Mazmur 119:56)
Aku tidak menyimpang dari hukum-hukum-Mu, sebab Engkaulah yang mengajar aku." (Mazmur 119:102)
Aku telah menjalankan hukum & keadilan; janganlah menyerahkan aku kepada pemeras-pemerasku!" (Mzm 119:121)

Apakah ini Daud yang sama dengan yang mencabuli Betsyeba dan merancang kematian Uria ? Ini belum termasuk pelanggaran Taurat yang tidak tercatat. Menurut teologi Kristen, Daud jelas adalah seorang pembohong. Bagaimana ia bisa mengatakan ia telah menjalankan hukum Taurat, sementara kita tahu bagaimana ia melanggarnya dengan cara yang keji ? Untuk menambah "kebingungan", Tuhan sendiri menyebut Daud, "seorang yang berkenan di hati-Nya." (1 Sam 13:14).

Jadi, apakah Daud seorang pembohong ? Atau mungkin Tuhan membuat "pengecualian" untuknya ?

Ada sebuah petunjuk untuk menjawab pertanyaan ini yakni dalam Mazmur 119 itu sendiri:
"Lihatlah betapa aku mencintai titah-titah-Mu! Ya TUHAN, hidupkanlah aku sesuai dengan kasih setia-Mu." (Mazmur 119:159)

Kata "kasih setia" dalam bahasa Ibraninya adalah hesed dan ini mempunyai arti yang sama dengankasih karunia dalam "Perjanjian Baru". Daud menyadari ia diselamatkan oleh kasih karunia Tuhan – bukan karena mengerjakan semua perintah dengan sempurna, tetapi karena ia mencintai titah-titah-Nya! (Khen dan Khesed memiliki arti “yang kuat menolong yang lemah, baik diminta ataupun tidak”)

Sebuah pertanyaan menarik adalah "Mengapa Tuhan menyelamatkan kita ?" Kebanyakan mungkin akan menjawab, "Supaya kita tidak masuk ke neraka." Jawaban ini mungkin benar tetapi tidak lengkap. Sebenarnya, Tuhan menyelamatkan kita supaya kita dapat melakukan perintah-perintah (mitzvot) Taurat-Nya sepanjang hidup kita. Mengerjakan mitzvot Tuhan adalah bagian dari kehendak-Nya agar kita kembali kepada hubungan yang benar dengan Tuhan, yakni tujuan dan maksud diciptakannya manusia, seperti keadaan mula-mula di Taman Eden (Gan Eden).

Mazmur 119 memperlihatkan Daud memohon untuk diselamatkan supaya ia dapat melakukan Taurat Tuhan. Tuhan menghakimi Daud atas dasar imannya dan keinginannya untuk melakukan Taurat, bukan atas dasar kemampuannya memegang setiap detil perintah. Tidak ada seorang pun yang pernah diselamatkan karena kemampuan mereka mengerjakan Taurat.

Pandangan bahwa Yudaisme mengajarkan bahwa manusia diselamatkan karena mengerjakan Taurat adalah tidak benar.

Sepanjang zaman tentu ada saja kelompok tertentu dalam tubuh Yudaisme yang mengajarkan hal yang tidak betul. Tetapi ajaran atau tingkah-laku dari kelompok itu tidak mengubah apa yang Yudaisme selalu ajarkan. Dan sebaliknya juga, kesalahan para pemimpin Yahudi pada masa Yeshua tidak otomatis membuat Kristen, atau agama lain menjadi benar (Tuhan adalah benar dan semua manusia adalah pembohong. Roma 3:4). Satu-satunya kebenaran adalah apa yang Tuhan sendiri nyatakan.

Iman dan keinginan untuk memelihara Taurat-Nya adalah dua hal yang tidak terpisahkan menurut Tuhan.

Mengapa demikian ?
  • Tuhan telah mengatakan apa yang Ia minta dari kita "selain takut akan TUHANhidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Elohimmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu." (Ul 10:12). Segala jalan yang ditunjukkan-Nya sudah didokumentasikan dalam Taurat.
  • Walaupun demikian, kita tidak bisa hidup menurut jalan-Nya (melakukan Taurat) tanpa disertai oleh iman. (Ibrani 10:38)

Keselamatan "di bawah Hukum"

Mari kita simak kembali apa yang ditulis oleh penulis Kristen terkenal, Norman Geisler:

Ketika Musa menetapkan tatanan moral dan sosial untuk membimbing bangsa itu, hokum Taurat tidak dapat menyelamatkan seorangpun dari hukuman atas dosa mereka, yaitu maut. Seperti juga Paulus telah berkata, "Sebab tidak ada seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Tuhan oleh karena mengerjakan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa" (Rom 3:20). Firman yang datang dalam Yesus menyatakan: dosa – yang telah diperkenalkan oleh Taurat – sudah diampuni" dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus" (ay. 24). Firman Kristus dibangun di atas fondasi Musa dengan menuntaskan masalah yang telah ditunjukkan oleh Taurat.

Pernyataan Geisler ini meringkas pandangan Kristen tentang Taurat, pengampunan dosa dan keselamatan.
  • Tidak ada pengampunan dan keselamatan sejati sebelum Yesus, ketika manusia berada "di bawah Hukum", apa yang bisa dilakukan hukum Taurat adalah menyatakan dosa.
  • Pengampunan datang hanya setelah kedatangan Yesus. Alkitab di lain pihak mengatakan hal yang berbeda tentang hal ini, dimana Tuhan menyatakan sendiri dengan jelas bahwa pengampunan dapat dimiliki jauh sebelum kematian dan kebangkitan Yeshua.

"Marilah baiklah kita berperkara! – Firman TUHAN – Sekalipun dosamu merah seperti kermizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18)

Strong’s Concordance menunjukkan bahwa kitab Imamat paling banyak menceritakan "Tuhan mengampuni dosa" dibandingkan kitab-kitab lain. Mungkinkah Tuhan tidak benar-benar serius ketika Ia berkata bahwa dosa mereka akan diampuni jika mereka melakukan apa yang diperintahkan-Nya, dalam iman ?

Satu lagi ajaran Kristen ialah bahwa sampai "kemenangan Yesus di kayu salib", kita benar-benar tidak berdaya melawan dosa. Jika ini benar, mengapa Tuhan memberitahu Kain, anak Adam, bahwa ia dapat mengalahkan dosa ?

"Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik ? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya." (Kejadian 4:7)

Bahwa manusia dapat dipandang benar dan tidak bersalah di mata Tuhan, sebelum kematian Yeshua, ditunjukkan sepanjang Alkitab sejak awal (Kain di atas), Henokh, Nuh, Abraham, Ayub sampai kepada kelahiran Yeshua, dimana "Perjanjian Baru" menulis tentang orang tua Yohanes Pembaptis:

Keduanya adalah benar di hadapan Eloah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan TUHAN dengan tidak bercacat. (Lukas 1:6)

Jadi kalau menurut doktrin Kristen, bagaimana orang-orang ini bisa dikatakan benar menurut hukum Taurat, sebelum kematian "Yesus" di kayu salib ?

Mengapa Tuhan memberikan Taurat di Gunung Sinai ?

Jika Taurat (Firman Tuhan) telah ada sejak permulaan (Yoh 1:1) lalu mengapa Tuhan memberikan Taurat (sebagaimana kita miliki sekarang) kepada Musa di Gunung Sinai ?

Jawabannya singkat: karena belas kasihan.

Pertama, coba kita lihat peristiwa air bah. Manusia menjadi begitu berdosa di mata Tuhan. Sebelum menghukum mereka, karena belas kasihan, Tuhan memberikan waktu 120 tahun buat mereka bertobat (Kej 6:1-8). Tetapi mereka tidak bertobat dan air bah pun datang. Tuhan menyuruh Nuh dan keluarganya – orang yang benar dan tidak bercela (Kej 6:9) – untuk membuat bahtera dan menyertakan ke dalamnya pasangan-pasangan binatang. Perhatikan bagaimana Nuh mengetahui mana binatang yang haram dan yang tidak (Kej 7:2), padahal peristiwa ini terjadi puluhan abad sebelum Musa menerima Taurat. Dengan demikian, kita tahu bahwa Taurat firman Tuhan, dengan satu dan lain cara, telah diberikan kepada manusia sejak permulaan.

Kemudian kita tengok Abraham. Tuhan menjanjikan Abraham sebuah negeri yang saat itu ditinggali oleh orang-orang jahat. Tetapi Tuhan memberitahu bahwa waktu kebinasaan mereka belum tiba, karena mereka belum mencapai puncak kedurjanaan mereka (Kej 15:16). Tuhan, karena belas kasihan, memberi mereka waktu 400 tahun untuk bertobat dari dosa – namun mereka tidak melakukannya.

Akhirnya sampai kepada kedatangan Yeshua Mashiach, "Karena begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal…" (Yoh 3:16) Sekali lagi Tuhan bertindak atas dasar belas kasihan.

Tuhan dengan belas kasih-Nya tidak terus menerus menghukum manusia dengan air bah, atau menghajar tiap-tiap orang dengan bola api – walau sebenarnya banyak yang layak untuk itu. Yeshua berperan disini sebagai pendamaian (penyokong atau penyanggah) antara Tuhan dan manusia – bukan hanya kepada orang percaya saja tetapi juga seisi dunia (1 Yoh 2:2). Alkitab memberitahu kita bahwa keselamatan dari Tuhan telah dimulai sejak awal dunia diciptakan. Ide tentang Mesias sesungguhnya telah "dikerjakan" ribuan tahun sebelum penyaliban dan kebangkitan-Nya, mungkin ini sulit sekali dimengerti sebab pekerjaan Tuhan tidak terikat oleh konsep waktu seperti halnya manusia.

Penting untuk diperhatikan pula bahwa bangsa Israel menerima Taurat setelah mereka diselamatkan dahulu dari perbudakan di Mesir. Bukan sebaliknya. Jadi disini kembali kita lihat Alkitab selalu mengajarkan bahwa keselamatan datang terlebih dahulu melalui iman.

Singkat kata, Taurat di Gunung Sinai diberikan karena belas kasih dan ditujukan:
  • Untuk memberikan bimbingan dan panduan, karena dosa manusia semakin besar.
  • Untuk merangsang nafsu dosa dalam diri manusia, dengan memberikan batasan-batasan, sifat asli manusia akan tergoda untuk menyeberangi batasan-batasan itu (Roma 7:7-11).
  • Untuk membuat manusia menyadari betapa mudahnya ia jatuh dalam dosa.
  • Untuk menyatakan Tuhan kepada manusia, kepada siapa mereka harus beriman supaya selamat, karena percaya kepada Tuhan adalah perintah pertama.

Taurat juga diberikan untuk menunjukkan manusia bagaimana hidup di hadapan Tuhan dan dengan sesama manusia (Mat 22:37-40). Jadi Taurat berisikan cara manusia membina hubungan vertikal (dengan Tuhan) dan horisontal (dengan manusia) yang benar. Yeshua datang bukan untuk meniadakan apa yang Taurat katakan tentang BAGAIMANA hidup di hadapan Tuhan. Tetapi Kristen mengajarkan bahwa kita tidak perlu lagi mengerjakan Taurat, karena Yesus telah meniadakan hal-hal detil dari Taurat dengan meringkasnya jadi dua perintah saja: kasihilah Tuhan Elohimmu dan kasihilah sesamamu manusia. Kita sekarang telah dibebaskan dari hukum Taurat. Kita sekarang mengikuti apa yang dinamakan "hukum kasih" atau "hukum Kristus". Kristen mengajarkan bahwa kita sekarang "dipimpin oleh Roh" dan tidak lagi terikat oleh huruf hokum Taurat.

Apakah Tuhan memberikan umat-Nya "tugas yang mustahil" ?

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Kristen mengajarkan bahwa Tuhan memberikan Musa dan umat-Nya serangkaian perintah yang harus ditaati supaya selamat, tetapi sebagai manusia berdosa, mereka tidak mampu memegangnya. Oleh sebab itu tidak ada cara untuk sempurna di depan "Hukum" sampai Yesus datang untuk mengantarkan kita ke "era kasih karunia" – 1300 tahun kemudian.

Baiklah, saya mengutip apa yang dikatakan dalam Biblical Studies Press:

"Akan tetapi, penerapan yang ketat terhadap hukum-hukum ini dalam dunia kita adalah mustahil sebab kondisi semula seperti pada saat Tuhan campur tangan tidak dapat diulangi kembali." (Questions and Answers, sub bagian : "How should New Testament Believers relate to Old Testament Laws ?", Biblical Studies Press, www.bible.org)

Dengan begitu menurut teologi ini, Tuhan memerintahkan umat-Nya sesuatu yang Ia tahu mereka tidak akan mampu, dengan ketentuan jika mereka gagal, mereka binasa.

Apakah Tuhan sadis ? Tentu tidak. Yeshua sendiri berkata sejahat-jahatnya kita, kita akan memperlakukan anak-anak kita dengan baik, apalagi Tuhan yang memperlakukan kita lebih baik daripada kita memperlakukan anak-anak kita sendiri.

Pelajarilah firman Tuhan ketika Ia memberikan Taurat:

"Sebab perintah ini yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu dan tidak pula terlalu jauh. Tidak di langit tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan naik ke langit untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melakukannya ? Juga tidak di seberang laut tempatnya sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan menyeberang ke seberang laut untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melakukannya ? Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan."(Ulangan 30:11-14)

Tuhan telah menyatakannya dengan jelas – Ia memberitahu umat-Nya bahwa perintah-perintah Taurat tidaklah terlalu sukar bagi mereka untuk dikerjakan.

APA KATA "PERJANJIAN BARU" TENTANG TAURAT DAN KESELAMATAN ?

Hukum Taurat adalah sebuah kutuk dan Yeshua datang untuk meniadakan kutuk itu. Dua ayat yang paling sering dipakai oleh Kristen untuk mendukung pendapat ini adalah:

Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis, "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat".(Galatia 3:10).

Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, karena ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib". (Galitia 3:13)

Jelas ada sesuatu yang dinamakan kutuk hukum Taurat (the curse of the Law).

Tetapi apakah Taurat sendiri adalah sebuah kutuk ?

  • Pertama, ingat kembali bahwa Tuhan memberikan Taurat "supaya baik keadaan" umat-Nya (Ulangan 4:40).
  • Paulus menulis bahwa hukum Taurat adalah kudus, benar dan baik (Roma 7:12).
  • Paulus menyatakan hukum Taurat adalah rohani (Roma 7:14).
  • Paulus berkata bahwa ia sendiri suka akan hukum Tuhan (Roma 7:22-25).
  • Ketika Paulus dituduh telah mengajarkan untuk melepaskan hukum Taurat, Paulus bernazar untuk membuktikan bahwa itu tidak benar (Kisah Rasul 21:21-26).

Bila kita lihat sepintas nampak ada semacam kontradiksi disini. Bagaimana bisa sesuatu yang Tuhan berikan, yang dikatakan kudus, benar, dan baik, yang dijunjung dan dipraktekkan oleh Yeshua (Mat 5:17-20), yang menjadi kegemaran Daud (Mzm 119:70, 74, 174), yang Paulus sendiri sukai, disebut sebagai "kutuk" oleh Paulus ?

Masalah ini muncul karena antara lain kegagalan kita memahami sifat dualitas Taurat. Tuhan sendiri menyinggung dualitas ini ketika Ia memberikan Taurat:

"Ingatlah aku menghadapkan kepadamu hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Elohimmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN, Elohimmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya. Tetapi jika hatimu berpaling dan engkau tidak mau mendengar, bahkan engkau mau disesatkan untuk sujud menyembah kepada elohim lain dan beribadah kepadanya, maka aku memberitahukanmu pada hari ini, bahwa pastilah kamu akan binasa…" (Ul 30:15-17a)

Pertama, Tuhan memerintahkan umat-Nya untuk mengasihi Tuhan (iman), dan hidup menurut jalan-Nya (melakukan Taurat). Perhatikan disini iman adalah yang mula-mula dan langsung dikaitkan dengan ketaatan. Kemudian, Tuhan berkata bahwa jika hati mereka berbalik dari-Nya (kehilangan iman), mereka akan binasa. Pandangan Tuhan tentang iman adalah kita harus bertumbuh di dalamnya dengan ketaatan. Jadi harus ada aksi atau perbuatan (Yak 2:17). Bukannya sekedar masalah "percaya" atau tidak.          

Landasan iman dalam Yudaisme adalah Shema, yang tertulis dalam Ulangan 6:4:

שמע ישראל יהוה אלהינו יהוה אחד׃

Shema Israel Adonai Elohenu Adonai echad.

Dengarlah hai Israel, YHWH Elohimmu, YHWH itu esa.

Shema, kata pertama dari ayat ini, biasanya diterjemahkan menjadi "dengarlah", namun sebetulnya mempunyai arti lebih dalam: "menerima, menyatakan secara tidak langsung iman, komitmen, dan ketaatan." (The Shema, Spirituality and Law in Judaism, Norman Lamm, The Jewish Publication Society, Jerusalem, 1998, p.16)

Ibrani 3:7-4:2 menceritakan Musa dan bani Israel menerima Injil di padang gurun tetapi mereka binasa. Apakah mereka binasa karena "gagal menjalankan setiap perintah Taurat" ? Bukan, tetapi karena ketidakpercayaan mereka. Surat Ibrani mengatakan bahwa mereka tidak "membangun" apa yang mereka ketahui untuk dilakukan (Taurat) bersama-sama dalam iman. Iman dan ketaatan dalam memelihara Taurat adalah dua hal yang tidak terpisahkan.

Paulus, dalam surat Galatia, menulis tentang tujuan Taurat. Ia membandingkannya dengan seorang pengajar untuk kita menuju iman. Tambah lagi, ia juga berbicara tentang "kutuk hukum Taurat". Satu waktu kelihatan "baik" dan di lain waktu kelihatan "buruk". Bagaimana ini ?

Jawabannya terletak pada sifat dualitas Taurat dan tujuannya yang beragam. Satu fungsi Taurat adalah untuk menunjukkan manusia betapa berdosanya ia dan bersalah di hadapan Tuhan yang maha benar. Fungsi ini hanyalah satu bagian dari keseluruhan Taurat. Hanya dengan percaya kepada Tuhan DAN setuju untuk hidup menurut jalan-Nya, manusia dapat beroleh keselamatan (1 Yoh 2:4).

Apa yang penting diketahui disini adalah Taurat bukanlah kutuk itu melainkan kutuk itu adalah salah satu bagian daripada Taurat.

"Kutuk hukum Taurat" DAN fungsi Taurat sebagai seorang "penjaga" (penunjuk, pengantar) berlaku bagi orang yang belum percaya kepada Tuhan. Kristen dengan ngawur menafsirkan bahwa ketika Paulus bicara tentang Taurat yang bertindak sebagai penjaga sebelum Yeshua, yang ia maksudkan ialah bangsa Yahudi berada di bawah belenggu hukum sampai kedatangan dan kematian Yeshua (The Unity of the Bible, Daniel P. Fuller, 1992, Zondervan Publishing House, Grand Rapids MI, p. 346-359.). Ini adalah penafsiran yang bias oleh karena Tuhan tidak pernah berubah. Yang Paulus maksudkan ialah bahwa dalam hidup setiap manusia (kemarin dan hari ini), Taurat berfungsi demikian sampai mereka menerima Yeshua.

Setelah seseorang menerima Yeshua, dua aspek dari Taurat itu (menyatakan kutuk dan sebagai penjaga) lenyap. Akan tetapi, peranan Taurat sebagai Firman Tuhan yang menerangkan bagaimana kita hidup di hadapan-Nya tetap berlanjut.

Taurat sebagai pengajaran cara hidup di hadapan Tuhan, supaya baik keadaanmu, adalah sisi lain dari dualitas Taurat – sebuah berkat bagi kita untuk hidup, dan firman Tuhan untuk kita supaya kita bisa semakin dekat dengan-Nya, seperti Daud berkata : "Engkau dekat, ya TUHAN" (Mazmur 119:151).

Taurat memuat 613 buah perintah. 365 buah diantaranya adalah perintah "negatif" (larangan). Anda bisa mengenalinya dengan perintah yang diawali dengan "Janganlah kamu". Tujuan dari perintah negatif ini adalah: a) menunjukkan (juga merangsang) dosa, b) menunjukkan kepada manusia ia terkutuk karena dosanya, c) menunjukkan bahwa Tuhan adalah sumber keselamatan. 248 perintah sisanya adalah perintah "positif". Tujuan perintah positif ini adalah memperlihatkan kepada kita hal-hal yang dihendaki Tuhan supaya dilakukan oleh kita SETELAH kita beriman kepada-Nya.

Sebagai orang percaya, kita tentu tidak lagi berada di bawah perintah "Janganlah kamu", oleh karena sekarang kita telah beriman kepada Tuhan dan diselamatkan. Dengan tidak lagi "berada di bawah Hukum", bukan berarti sekarang kita bebas mencuri, membunuh, atau melanggar perintah Taurat Tuhan. Disini maksudnya kita tentu tidak lagi melakukan hal-hal semacam itu oleh sebab sekarang kita sudah beriman kepada Tuhan dan hidup untuk-Nya. Kita sudah tidak lagi berada di bawah kutuk dari perintah-perintah negatif itu.

Singkatnya, inilah yang diajarkan Paulus dalam surat-suratnya:

Berusaha memperoleh keselamatan dengan mengerjakan Taurat menurut anda sendiri, tanpa disertai dengan iman, adalah kutuk dari hukum Taurat.

Membaca dan memahami "Perjanjian Baru" dengan pengertian dan sudut pandang Ibrani darimana Paulus berasal, mampu menghilangkan silang-sengketa pandangan-pandangan (yang salah) mengenai pernyataan-pernyataan Paulus tentang hukum Taurat. Kemana saja ia pergi, Paulus mengajar melawan ajaran "populer" yang mengatakan bahwa anda dapat memperoleh keselamatan dengan menuruti segala perintah Taurat (legalistis). Namun demikian ia tidak pernah mengajar untuk melepaskan Taurat dari bagian kehidupan setiap orang percaya.