Kamis, 02 Februari 2017

Akulah TUHAN, Elohimmu!

"Akulah TUHAN, Elohimmu!"

Kita tentu masih ingat pelajaran di Sekolah Minggu dulu, apa saja perintah-perintah yang tercantum di dalam 10 Perintah TUHAN. 2 perintah pertama dari 10 perintah tersebut, langsung berhubungan dengan penyembahan terhadap TUHAN dan penyimpangan dari itu. Ke-2 perintah tersebut berbunyi demikian:

1 - Akulah TUHAN, Elohimmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu ilah lain di hadapan-Ku.
2 - Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Elohimmu, adalah Elohim yang cemburu,...
(Kel 20:1-5)

Sebelum kita memasuki topik "Penyembahan Berhala" itu sendiri, pada pelajaran kali ini, saya mau mengajak pembaca untuk memahami terlebih dahulu, kalimat pertama dalam perintah yang ke-1 di atas ini, yaitu:

1 - Akulah TUHAN, Elohimmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.

Di dalam bahasa Ibrani, perintah pertama ini tidaklah dimulai dengan kata "Aku". Kata Ibrani untuk "Aku" adalah "ani". Tetapi di dalam perintah ini, kata yang dipakai adalah kata lain yaitu "anokhi". Arti dari kata "anokhi" tidak sesederhana arti "aku". Artinya sebenarnya adalah "I, myself" atau "aku sendiri". Berbeda daripada "ani", kata "anokhi" memiliki penekanan yang kuat yang menunjuk pada "aku" -- "aku-lah dia", dan bukan yang lain.

Kalimat pertama perintah ke-1 ini seolah-olah tidak memiliki sebuah perintah di dalamnya. "Akulah TUHAN, Elohimmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir". Di mana letak perintahnya? Perintah tersebut terkandung secara terselubung ketika kita mengerti kata "anokhi" ini. "I, myself". "Aku seorang diri". "Hanya saya saja". "Saya ini loh!" Penekanan yang ngotot seperti ini mengandung perintah untuk kita menyadari dan mengakui, bahwa Y-H-V-H lah Tuhan. Tidak ada yang lain. Dialah satu-satunya yang ada dan satu-satunya mengeluarkan Israel dari Mesir. Dia sendiri. Tidak berdua. Tidak bertiga. "Anokhi!" - I, Myself!

Apabila pembaca benar-benar memahami konsep ini, maka seriusnya dosa yang melanggar perintah pertama dapat Anda pahami juga. 

Kalimat kedua perintah ke-1 ini berbunyi demikian, "Jangan ada padamu ilah lain di hadapan-Ku!" Kata Ibrani yang diterjemahkan menjadi "di hadapan-Ku" adalah "al panai" -- yang secara hurufiah sebenarnya berarti "di muka-Ku". "Panai" berarti "muka". Perkataan ini adalah perkataan yang sangat keras. TUHAN hendak berkata, "Jangan coba-coba berselingkuh di depan muka-Ku! Akulah satu-satunya suamimu!" Di "mukaku" hendak mengatakan bahwa perbuatan tersebut (memiliki tuhan lain di sampingNya) seperti menentangNya dengan terang-terangan -- perbuatan penghinaan terbesar seperti istri yang dengan kurang ajar dan terang-terangan berhubungan badan dengan laki-laki lain di depan suaminya sendiri. Tanpa ada rasa penyesalan. Tanpa ada rasa malu.

Namun dosa seperti apa yang TUHAN maksud dengan "Jangan ada padamu ilah lain di muka-Ku"? Perintah pertama dalam 10 perintah ini adalah alasan pertama dan terkuat, mengapa bangsa Yahudi menolak mentah-mentah untuk menyembah Yesus. Mereka yang menyembah Yesus, sebenarnya menyembah Bapa juga. Tetapi di samping ada Bapa, mereka memiliki PIL (pria idaman lain) -- di muka-Nya, karena menyembah seseorang yang lain, secara terang-terangan, di depan mata Bapa sendiri. 


 
10 perintah TUHAN ini ditulis berdasarkan urutan dosa yang paling berat sampai dosa yang terkecil apabila perintah-perintah itu dilanggar. Mengapa "Jangan mencuri" tidak menjadi urutan yang pertama di dalam 10 perintah TUHAN? Karena berdasarkan keseriusan dan beratnya dosa pelanggarannya, dosa "mencuri" tidak seberapa, dibandingkan dengan dosa "menyembah ilah lain selain Bapa". Demikian juga dengan perintah yang ke-2. Dosa dari mereka yang menyembah batu atau patung tidak seberapa dibandingkan dengan dosa yang menyembah Bapa dengan menyembah sesuatu yang lain di samping Bapa. 
 
Sumber:
Eits Chaim
Elisheva Wiriaatmadja