Sabtu, 16 Juni 2012

AMANAT AGUNG,TAURAT DAN PESTA PONDOK DAUN


Dalam memasyarakatkan Hari Raya Pondok Daun dari tahun ke tahun, banyak orang kristen bertanya, bagaimana hubungan hari raya Pondok Daun dengan kekristenan yang kita kenal selama ini? Sebagian mengatakan belum pernah mendengar adanya hari raya tersebut. Sebagian lagi merasa tertarik untuk mengetahui lebih jelas. Sebagian lain mencoba untuk menepisnya dengan alasan teologis, “Bukankah hari raya Pondok Daun itu merupakan bagian dari Taurat yang sudah digenapi oleh Yeshua dan karena itu tidak berlaku lagi bagi orang Kristen?” Dalam kesempatan ini penulis ingin membahas ‘alasan teologis’ yang dianggap mensahkan penyingkiran hari raya tersebut.

Amanat Agung

Sebelum kembali ke Surga, Yeshua menyampaikan pesan yang menjadi titik api perkembangan kekristenan sepanjang abad, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat 28:19-20).

Setelah pencurahan Roh Kudus pada hari raya Pentakosta, murid-murid Yeshua mulai memberitakan injil di Yerusalem dan melalui aniaya yang diizinkan Tuhan mereka pergi meninggalkan Yerusalem sehingga injil tersebar ke Yudea dan Samaria bahkan kemudian ke seluruh dunia. Oleh karena amanat ini Paulus pergi ke Asia kecil dan Roma, Italia sehingga Eropah mendengar Injil. Oleh karena amanat ini Tomas pergi ke India.. Karena amanat ini John Elliot bekerja diantara orang Indian Amerika. Oleh amanat ini David Livingstone menembus kegelapan rimba Afrika dengan terang injil walaupun tidak banyak orang yang dimenangkannya. Oleh karena amanat yang sama seratus tahun kemudian, Reinhart Bonke melanjutkan pekerjaannya dan jutaan orang dimenangkan bagi kerajaan surga.

Oleh amanat ini Hudson Taylor seorang mahasiswa kedokteran di Inggris terbeban untuk mengabarkan injil di Tiongkok daratan. Walaupun masih dibawah rezim komunis, saat ini jumlah orang kristen di negeri itu tidak kurang dari 80 juta orang. Oleh amanat ini juga misionari Belanda Cornelius Ruyl (1627) dan Melchior Leydekker(1733), pendeta tentara VOC di Hindia Barat yang kemudian disebut Indonesia menerjemahkan Alkitab ke bahasa Melayu sehingga injil dapat diberitakan dalam bahasa Melayu.

Sekalipun demikian, sampai saat ini, secara kuantitatif Amanat Agung belum selesai dilaksanakan. Masih banyak suku-suku terpencil yang belum terjangkau dengan injil.Di Indonesia saja tidak kurang dari 120 suku terpencil yang belum terjangkau. Bila secara kuantitatif belum terlaksana, apakah secara kualitatif Amanat Agung sudah terlaksana? Jawabannya ternyata belum juga! Amanat itu berisikan: (1) pergilah, (2) jadikan bangsa-bangsa sebagai murid, (3) baptislah mereka dan (4) ajarkanlah segala sesuatu yang sudah diperintahkan. Jelas sekali terlihat bahwa Amanat Agung bukan hanya berisi pekabaran injil yang diakhiri dengan baptisan, Amanat Agung mencakup juga pengajaran. Tanpa mengajar bangsa-bangsa “melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu,” Gereja belum memenuhi Amanat Agung Yeshua Kristus! Pertanyaannya, apa saja yang diperintahkan oleh  Yeshua kepada murid-muridNya? Jawaban dari pertanyaan ini akan menentukan kekristenan model apa yang kita ikuti.

... dan Ajarkanlah segala sesuatu yang Kuperintahkan

Biasanya teologi kristen mengajarkan bahwa ‘segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu’ itu adalah Hukum Kasih yaitu, kasihilah Tuhanmu dengan segenap hatimu dan kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri (Mat 22:37-39). Ini benar, tetapi sayang teologi kristen memandang hukum kasih ini berdiri bebas, terlepas dari sumber yang mendukungnya.

Dalam ayat berikutnya, Yeshua berkata, “Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Mat 22:40). Kedua hukum tersebut adalah ‘prinsip dasar’ dan ‘pusat’ dari perintah-perintah lainnya, dan bukan sama sekali untuk meniadakan seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi seperti yang sering terdengar di lingkungan kristen. Hukum kasih itu diambil dari Taurat (Ul 6:5 dan Im 19:18) bahkan sesungguhnya kasih adalah inti dari Taurat yang tidak mungkin dapat dipisahkan dari Taurat itu sendiri. Karena itu Yeshua sang Mesias mengatakan bahwa orang yang mengajarkan hukum Taurat akan mendapat kedudukan tinggi dalam kerajaan Surga (Mat 5:19). Ini berarti, pengajaran Taurat dan kitab para nabi termasuk ke dalam segala sesuatu yang telah Kuperintahkan dalam Amanat Agung sang Mesias.

Yeshua berkata bahwa Ia tidak datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi, tetapi untuk menggenapinya (Mat 5:17). Banyak orang kristen mengartikan ‘menggenapinya’ dengan ‘mengakhirinya’ atau ‘menghapuskannya’ padahal dengan jelas Yeshua mengatakan Ia tidak datang untuk meniadakan Taurat dan kitab para nabi. Yeshua menggenapi Taurat tanpa menghapusnya.

David Holwerda dalam bukunya “Jesus and Israel” (1995, hal. 131-133) menegaskan bahwa kajian Matius 5:17-20 menghasilkan tiga pokok pengajaran penting yaitu: (1) Yeshua menyerukan bahwa kedatanganNya bukan untuk meniadakan Taurat dan kitab para nabi tetapi untuk menggenapinya; (2) Yeshua menyatakan bahwa penggenapan secara historis tidak meniadakan keabsahan hukum yang berlaku; dan (3) Yeshua menjelaskan bahwa standar kebenaran yang dikehendaki adalah melebihi apa yang sudah dilakukan oleh orang Farisi dan ahli Taurat yang cenderung bersifat lahiriah dan legalistik.

Dikaitkan dengan perjanjian-perjanjian sebelumnya, Taurat diberikan sebagai acuan untuk mengenali mana Mesias yang benar secara lebih rinci. Kalau Yeshua menghapus hukum Taurat maka tindakan itu dapat dipandang sebagai menghilangkan barang bukti yang memuat rincian karakteristik Mesias yang benar.

Bukankah Paulus mengajarkan Taurat sudah dibatalkan?

Rasul Paulus dalam surat Roma 10:4 menulis, “Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya”. Ayat ini diartikan bahwa setelah Yeshua ‘menggenapi’ Taurat maka fungsi Taurat sudah selesai sehingga kebenaran dapat diperoleh oleh orang-orang yang percaya, bukan lagi karena menjalankan Taurat. Jadi setelah ‘digenapi’ Taurat dapat ‘dimuseumkan’, tidak mempunyai manfaat dan kekuatan apapun.

Dalam bahasa Inggris, kata kunci ‘menggenapi’ dalam ayat ini adalah end, akhir; sehingga ayat ini berkonotasi bahwa Yeshua ‘mengakhiri’ Taurat. Tetapi sesungguhnya perkataan ‘menggenapi’ tersebut diterjemahkan dari perkataan Yunani, yaitu telos. Telos mempunyai dua arti, ‘akhir’(end) atau ‘tujuan’(goal). Dengan arti ganda seperti ini, setiap tafsir harus dilakukan dengan hati-hati. Ada tiga kemungkinan dari Kristus sebagai telos dari Taurat, yaitu: (1) Kristus adalah akhir dari seluruh hukum Taurat; (2) Kristus adalah akhir dari bagian tertentu Taurat; dan (3) Kristus adalah tujuan, titik puncak, atau pemenuhan atau penggenapan dari Taurat. Gereja purba bahkan sampai pada masa reformasi cenderung mengartikan ayat ini sebagai tujuan atau penggenapan. Tetapi kini pendulum penafsiran bergerak ke sisi lain yang cenderung mengartikannya sebagai ‘mengakhiri’ (Holwerda,1995. hal.160).

Ada dua sikap dasar terhadap Taurat dalam surat-surat Paulus yang kuncinya ada pada Mesias. Pertama, bagi orang yang telah bersekutu dengan Yeshua dalam kematian dan kebangkitanNya, Taurat tidak lagi menjadi hakim yang menghukumnya (Roma 6:14). Bagian Taurat yang menghukum dan mengutuk telah berakhir (Kemungkinan 2). Kedua, prinsip kebenaran dan kekudusan dalam Taurat tetap berlaku bagi orang percaya sekalipun telah digenapi oleh Kristus (Roma 8:4). Setelah Yeshua memenuhi kebenaran dan kekudusan Taurat, orang percaya yang di dalam Dia dapat hidup dengan prinsip kebenaran dan kekudusan yang diajarkan Taurat (Kemungkinan 3). Tidak ada ayat yang ditafsir secara sehat mendukung Kemungkinan1 di atas.

Tetapi bukankah dalam Efesus 2:14-15 Paulus dengan jelas menulis Taurat sudah dibatalkan? Memang surat-surat rasul Paulus sering ditafsirkan demikian oleh orang yang berpikir secara Yunani atau tidak memahami duduk masalah secara tepat. Kisah Rasul 20 mencatat bahwa Paulus menundukkan dirinya kepada hukum Taurat yang menurut orang yang tidak memahami duduk perkaranya sudah dibatalkan. Rasul Paulus saat itu menulis surat untuk menjawab masalah-masalah yang timbul dalam jemaat Efesus. Ia sama sekali tidak membuat ketentuan baru, apalagi yang bertentangan dengan ucapan dari Mesias sendiri. Yeshua mengatakan bahwa Ia tidak menghapus Taurat tetapi menggenapinya (Mat 5:17) bahkan menambahkan bahwa kitab suci tidak dapat dibatalkan (Yoh 10:35).

Efesus 2:14-15 harus dibaca dengan memperhatikan pokok masalah yang dibicarakan dengan cermat yang biasa disebut konteks. Konteks ayat tersebut adalah tentang ‘tembok pemisah’ atau keadaan ‘permusuhan’ antara Yahudi dan bangsa-bangsa (goyim). Hal ini ditulis Paulus bukan secara umum tentang gaya hidup orang Yahudi yang berbeda dengan bangsa-bangsa, tetapi mengenai persekutuan untuk ‘duduk satu meja’ antara Yahudi dan bangsa-bangsa. Gambaran tentang ‘tembok pemisah’ jelas menunjuk pada tembok batu di Bait Suci yang memisahkan kelompok orang Yahudi dari kelompok bangsa-bangsa.

Melalui nabi Yehezkiel Yahweh menegur Israel yang membawa bangsa-bangsa yang tidak bersunat hatinya dan tubuhnya masuki pelataran Bait SuciNya (Yehez 44:7). Ketentuan ini dipegang terus sampai pada masa Bait Suci kedua, Paulus hendak dibunuh oleh orang Yahudi karena disangka membawa masuk Trofimus kedalam Bait Suci ( KR 21:28).

Dalam PL bangsa-bangsa lain dikategorikan sebagai kafir, penyembah berhala, makan makanan yang tidak kosher serta darah sehingga tidak dapat dipandang kudus bagi Tuhan. Untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak kudus itu para rabbi memberlakukan ‘hukum lisan’ yang disebut halakhah yang melarang orang Yahudi untuk bersinggungan dengan bangsa-bangsa termasuk duduk satu meja ( halakhah sebagai penjelasan lisan tidak termasuk kedalam Torah yang tertulis tetapi dihargai juga sebagai Torah oleh orang Yahudi). Rasul Petrus sekalipun tersandung dalam hubungan ini (Gal 2:11-12 ) tetapi Paulus yang sangat memahami asal usul aturan ini dengan jelas menentangnya.

Bangsa-bangsa yang telah menerima Yeshua sebagai mesias mereka jelas tidak dapat disamakan dengan bangsa-bangsa yang belum bertobat. Orang percaya sudah dibasuh oleh darah Yeshua dan karenanya sudah ‘disunat secara rohani’ tidak dapat dikategorikan sebagai kafir. Karenanya Yahudi dan bangsa-bangsa dapat duduk sehidangan tanpa ada rasa bersalah dalam diri orang Yahudi seperti pada kasus Petrus. Di dalam Yeshua, Yahudi dan bangsa-bangsa telah dipersatukan, tembok pemisah sudah diruntuhkan dan ‘aturan-aturan’ lisan (halakhah bukan Torah) sudah dibatalkan.

Taurat, Pengajaran dengan Dua Lengan

Taurat (Ib.Torah ) berarti pengajaran, bukan hukuman. Septuaginta menerjemahkan torah menjadi nomos (Gr) yang berarti hukum. Hukum yang dimaksud di sini adalah prinsip atau kaidah seperti hukum gravitasi atau hukum Archimedes. Karena terlalu menggebu-gebu ingin menonjolkan anugerah, maka Torah sebagai prinsip, hukum yang berkonotasi positif itu secara sadar atau tidak sadar diplesetkan menjadi hukum yang berkonotasi negatif, hukuman. Pemahaman seperti itu diajarkan sejak pertama kali orang mau menjadi kristen. Inilah salah satu alasan mendasar mengapa orang kristen pada umumnya menyimpan perasaan anti Taurat dalam pemahaman teologinya.

Yeshua tidak pernah menentang Taurat yang tertulis, Ia bahkan memakai Taurat tertulis untuk mematahkan godaan iblis (Mat 4:1-11). Yang ditentang Yeshua bukanlah hukum tertulis tetapi tafsir para rabbi terhadap Taurat yang disebut halakhah (hukum lisan). Dalam Matius 5:21-48 berkali-kali Yeshua mengatakan, “Kamu telah mendengar...”. Yeshua tidak pernah melawan Taurat karena Ia datang untuk menggenapinya. Yang dilawan Yeshua adalah sikap legalistik ahli Taurat dan orang Farisi.

Istilah hukum legal dan legalistik itu berbeda arti seperti langit dan bumi. Sikap legalistik adalah sikap ingin menyenangkan Tuhan dengan menjalankan hukum secara lahiriah tanpa kasih dalam hati. Setelah kembali dari pembuangan Babilonia ada perasaan bersalah yang besar pada bangsa Yahudi sehingga muncullah mazhab-mazhab yang ingin menyenangkan hati Yahweh dengan menjalankan Taurat secara sangat ketat, tanpa disadari mereka jatuh dalam jebakan legalisme. Kesalahan fatal orang Farisi di zaman Yeshua adalah mereka terjebak dalam rincian aturan pelaksaan lahiriah sehingga tidak dapat melihat hakekat kasih yang melandasinya. Yeshua datang untuk mengoreksi keadaan ini dengan mengajarkan Hukum Kasih yang tetap diambil dari Taurat!

Demikian juga dengan Paulus, sebagai rasul Yeshua HaMashiach ia tidak dapat mengajarkan teologi yang lebih tinggi dari Yeshua sendiri. Yang ditentang oleh Paulus dalam surat-suratnya adalah kecenderungan legalistik yang mulai mempengaruhi jemaat-jemaat kristen saat itu. Ia menegaskan bahwa hukum Taurat itu bukan dosa tetapi rohani (Roma 7:7).

Secara garis besar Torah Adonai dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, untuk memudahkan dapat dikatakan mempunyai dua lengan. Kedua lengan ini bekerja sama saling mengisi untuk menunjukkan jalan keselamatan kepada orang berdosa. Lengan pertama menunjukkan dosa (Roma 7:7). Setiap dosa ada dibawah lengan Taurat yang menunjuk dosa ini. Hanya orang yang telah mati terhadap dosa saja yang tidak ada dibawah lengan Taurat ini. Lengan Taurat yang menunjuk pada dosa tidak dapat menuding orang yang tidak berdosa lagi (Roma 6: 11, 14). Dengan demikian pernyataan kita tidak di bawah hukum Taurat tidak berlaku otomatis ! Tidak di bawah Taurat bukan pernyataan doktrinal semata tetapi lebih condong kepada pernyataan moral kristen.

Lengan kedua menunjuk kepada anugerah Yahweh di dalam Mesias. Lengan inilah yang kemudian disebut Injil. Walaupun tidak menyelamatkan Taurat menunjukkan jalan keselamatan di dalam Mesias yang kemudian dinyatakan oleh malaikat Tuhan bernama Yeshua (Mat 1:21). Yeshua sendiri mengatakan bahwa Musa menulis tentang Dia (Yoh 5:45).

Hari Raya Pondok Daun masuk kedalam Lengan Anugerah Taurat

Kapan Musa menulis tentang Yeshua? Dalam kitab Kejadian Musa menulis tentang binatang yang disembelih untuk diambil kulitnya dan digunakan sebagai penutup aib dosa Adam dan Hawa. Dalam kitab Keluaran Musa menulis tentang anak domba Pasah yang disembelih untuk menghindari maut pada rumah tangga bangsa Israel. Pada kitab Imamat 23 Musa menulis tentang 7 hari raya yang kesemuanya menubuatkan segi-segi kehidupan Mesias yang benar, yaitu hari raya Paskah, Roti Tidak Beragi, Buah Sulung, Pentakosta, Sangkakala, Pendamaian dan Pondok Daun. Tiga hari raya yang pertama menunjuk pada hal-hal yang dikerjakan oleh Mesias pada kedatangannya yang pertama. Hari raya yang ditengah menunjuk pada pencurahan Roh Kudus. Tiga hari raya yang terakhir menunjuk pada kedatangan Mesias yang kedua.

Semua aspek kehidupan Mesias yang benar itu sudah digenapi oleh Yeshua HaMashiach yaitu kematianNya, kebangkitanNya, dan kelahiranNya dalam kedatangan pertama. Tetapi secara eskatologis, masih ada tiga hari raya terakhir yang belum digenapi. Mesias yang benar itu juga akan menggenapi semuanya pada kedatanganNya yang kedua sesuai apa yang telah ditulis tentang Dia. Hari Raya Pondok Daun yang menunjuk pada pemerintahanNya di bumi selama 1000 tahun akan digenapiNya dan karena itu termasuk dalam lengan anugerah Taurat yang menunjuk pada Yeshua.

Posisi bangsa-bangsa terhadap Taurat

Taurat adalah perjanjian antara Yahweh dan bangsa Israel, yang secara lebih khusus disebut ketubah, perjanjian nikah. Bangsa Israel menyadari benar posisi spesifiknya dihadapan Yahweh dan karena itu mereka tidak pernah memaksakan hukum-hukum dalam Taurat kepada bangsa-bangsa lain. Suatu sikap yang sangat berbeda dengan kepercayaan Arab yang cenderung ingin menerapkan hukum syariah bahkan terhadap bangsa-bangsa bukan Arab sekalipun.

Sikap tidak ingin memaksakan aturan Taurat kepada bangsa-bangsa terlihat jelas dalam Konsili Yerusalem ( Kisah 15: 29). Bangsa-bangsa yang bertobat kepada Tuhan hanya diminta untuk menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari binatang yang mati dicekik dan dari perzinahan. Bila dicermati, arahan yang disampaikan rasul Yakobus ini merupakan bagian dari Perjanjian Nuh (Kej.9:1-15) yang kemudian ditegaskan lagi dalam Perjanjian Musa atau Taurat. Arahan rasul-rasul dalam konsili tersebut merupakan pedoman bagi perilaku ‘luar’ akibat pertobatan yang telah terjadi di ‘dalam’ seseorang. Jelas juga terlihat bahwa arahan tersebut merupakan sebagian dari Torah yang dijalankan oleh orang kristen bangsa-bangsa (goyim).

Sesungguhnya maksud Taurat bukanlah sekedar perilaku ‘luar’ yang bersifat jasmani, tetapi hal-hal yang bersifat rohani karena Taurat itu rohani (Roma 7: 12). Karena sifat rohani inilah maka Taurat dapat ditulis di hati. Taurat yang ditulis di hati inilah yang disebut Perjanjian yang Baru (Yer 31:33). Perjanjian Baru ini diwujudkan melalui perjanjian darah antara Yeshua HaMashiach, Anak Bapa yang tunggal dengan MempelaiNya yang terdiri dari bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa.

Pada hari raya Pentakosta sesudah penyaliban Yeshua, Roh Kudus dicurahkan untuk menulis Torah di hati murid-murid di Yerusalem. Pencurahan Roh ini menandai lahirnya jemaat Yeshua HaMashiach yang dimulai dari kalangan Yahudi yang kemudian menjangkau bangsa-bangsa melalui misi pekabaran injil oleh rasul-rasul yang mencangkokkannya kepada pohon zaitun asli Israel (Rom 11:19). Pada hari Pentakosta pertama di gunung Sinai Yahweh menuliskan Torah pada log batu, pada hari yang sama 1500 tahun kemudian di Yerusalem, Yahweh melalui Roh Kudus menuliskan Torah pada log hati umatNya.

Uraian di atas menunjukkan bahwa tidak semua bagian dari Taurat yang menyangkut aspek ‘luar’ dikenakan kepada orang kristen bangsa-bangsa. Tetapi sebagai prinsip rohani, semua bagian Taurat berlaku bagi orang kristen bangsa-bangsa. Untuk memperjelas hasil pengamatan ini, kita ambil hukum sunat sebagai contoh. Banyak teolog kristen memandang hal sunat tidak berlaku lagi bagi orang kristen dengan merujuk Roma 2:29. Ini adalah cara memandang yang parsial, ekslusif dan tidak komprehensif. Dengan dasar ayat yang sama, penulis memandang bahwa orang kristen bangsa-bangsa masih tetap harus disunat, yaitu sunat hati, secara rohani bukan sunat jasmani. Dengan cara memandang seperti ini orang kristen bangsa-bangsa tidak terdorong untuk membuang Torah tetapi terdorong untuk menjalankan Torah secara rohani dan dengan demikian meletakkan semua ayat-ayat Firman Tuhan dalam suatu hubungan yang harmonis, tidak saling silang satu sama lain.

Kesimpulan

Sebagai ketetapan dan simbol yang dipilih oleh Bapa Yahweh sendiri, hari raya Pondok Daun tidak mungkin bertentangan dengan kehidupan kristen yang alkitabiah bahkan memantapkannya. Perayaan Pondok Daun adalah bagian dari Taurat yang menunjuk pada Yeshua HaMashiach, yang perlu diajarkan kepada setiap murid Yeshua sesuai Amanat Agung.

Semua prinsip rohani dalam Taurat berlaku bagi orang Kristen. Orang Yahudi harus melakukan Taurat secara rohaniah dan lahiriah sesuai perjanjian antara Yahweh dan bangsa pilihanNya. Orang kristen bangsa-bangsa yang belakangan ‘dicangkokkan’ kepada zaitun Israel, mengajarkan dan melakukan prinsip rohani yang diajarkan Torah. Dalam melakukan prinsip rohani yang diajarkan dalam Taurat, orang kristen harus berakar dalam kasih karunia Bapa agar jangan sampai jatuh kedalam jebakan legalisme, seperti umumnya orang Farisi mazhab Shamai pada abad pertama.

Dengan merayakan hari raya alkitabiah kita berpihak kepada simbol-simbol alkitabiah yang kaya makna rohaninya dan muncul dari hati Bapa Surgawi ketimbang simbol-simbol yang miskin makna rohani buatan manusia sendiri.

Talmud adalah koleksi hukum-hukum dan tradisi Yahudi yang terdiri dari Mishnah dan Gemara. Terdapat dua edisi, Talmud Yerusalem yang singkat dan Talmud Babilonia yang lebih lengkap dan penting. Mishnah adalah interpretasi lisan dan penerapan hukum alkitabiah yang dikumpulkan sejak zaman Ezra (450 sM) sampai penyusunan akhir yang dilakukan oleh R.Judah Ha-Nasi sekitar tahun 200 M. Gemara adalah komentar dan suplemen terhadap Mishnah.

Torah secara tradisional adalah tulisan-tulisan yang diwahyukan kepada Musa di Sinai. Dalam arti yang lebih luas meliputi baik hukum tulisan maupun hukum lisan, seluruh literatur Talmud dan komentarnya. Dalam pengelompokan kitab suci, Torah menunjuk pada lima kitab pertama yaitu Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan yang diwahyukan Roh Tuhan dan ditulis oleh Musa serta lazim disebut Pentateuch.

Oleh : Ir Benyamin Obadyah, MURP
Written by Novian   
Sunday, 26 June 2011 06:56

SHABBAT – Tanda Perjanjian Tuhan



Oleh : Ir Benyamin Obadyah, MURP
Written by Novian   
Monday, 27 June 2011 11:15

Dalam Imamat 23, HaShem (Sang Nama) menetapkan 8 hari raya untuk dirayakan oleh umatNya. Yang  pertama ditetapkan adalah hari raya mingguan yang disebut Shabbat, kemudian 7 hari raya yang dirayakan setiap tahun sekali, yaitu Pesakh, Roti Tak Beragi, Buah Sulung, Shavuot (Pentakosta), Yom Truah/Rosh Hashana (Sangkakala), Yom Kippur (Pendamaian) dan Sukkot (Pondok Daun/Tabernakel). Dalam konteks alkitabiah, Shabbat dirayakan untuk mengingatkan bahwa Tuhan berhenti pada hari ketujuh dalam minggu penciptaan alam semesta; dan juga untuk mengingatkan penebusan Israel dari perbudakan di Mesir (Ul 5:15). Ini berarti Shabbat tidak saja memiliki dimensi penciptaan jasmaniah tetapi juga memiliki dimensi penebusan rohaniah. Keluarnya Israel dari perbudakan Mesir  melalui korban darah anak domba Pesakh jelas merupakan suatu gambaran profetik yang menunjuk penbusan bangsa-bangsa dari perbudakan dosa oleh Mesias Yeshua. Tidaklah tepat bila dikatakan Shabbat hanya berkaitan dengan penciptaan fisik yang kemudian jatuh dalam perbudakan dosa; karena Tuhan sendiri mengaitkan Shabbat dengan penebusan dari perbudakan dosa.

Shabbat berasal dari minggu penciptaan, setelah bekerja 6 hari, Yahweh Elohim berhenti bekerja pada hari ke-7. Alkitab mengatakan Tuhan sendiri yang pertama menjalankan shabat (Kej 2:3 shin-bet-tav), berhenti dari segala pekerjaanNya. Shabbat dikenal sebelum Torah diturunkan  di Sinai kepada Musa. Sama seperti Shabbat, persepuluhan juga telah dikenal pada sebelum Torah diturunkan, hanya bedanya, persepuluhan dijalankan terus sedang Shabbat dihentikan. Tidak jelas apa kriteria yang digunakan oleh agama Kristen untuk membuat perbedaan ini.

Pola  adanya  satu hari perhentian kemudian diterapkan kepada kehidupan bangsa Israel. Bangsa ini baru dibebaskan dari perbudakan selama 430 tahun di Mesir. Mereka bekerja 7 hari dalam seminggu, tidak ada hari istirahat, tidak ada perhentian. Itulah kehidupan budak.  Setelah merdeka oleh darah domba yang dilaburkan pada ambang pintu pada hari raya Pesakh, Israel diminta mengubah cara hidup mereka, bekerja 6 hari dan berhenti pada hari ketujuh yaitu Shabbat. Dengan demikian Shabbat bukan saja mengandung dimensi penciptaan tetapi juga dimensi penebusan! (Ul 5:15). Pada hari itulah mereka menikmati kemerdekaan mereka dengan menikmati perhentian, baik batiniah maupun jasmaniah.

= = = = = = =

Ada empat hal yang kita lihat pada Shabbat:

1. Shabbat adalah Tanda Perjanjian

Shabbat sudah ada sejak minggu penciptaan, tetapi itu baru disebut sebagai tanda perjanjian setelah  Perjanjian Sinai (Kel 31:13). Di Sinai Yahweh Elohim memberikan Torah (=Pengajaran) kepada Israel. Torah adalah pengajaran yang berisi prinsip-prinsip hidup kudus bagi Tuhan. Torah yang diwakili oleh 2 log batu 10 Firman itu juga merupakan Perjanjian Nikah (Ibr ketubah) antara Tuhan dengan umatNya Israel. Sama seperti perjanjian nikah suami dan isteri, suami satu-satunya dan isteri satu-satunya, demikian Yahweh Elohim adalah satu-satunya Tuhan bagi Israel; dan Israel adalah umat Tuhan yang dikuduskan dari umat lainnya.  Agar dapat terus diingat, Tuhan memberikan tanda satu hari setiap minggu yang disebut  hari Shabbat. Sebagai tanda perjanjian, sejarah menunjukkan bahwa adalah  Shabbat  yang memegang bangsa Yahudi dan bukan bangsa Yahudi yang memegang Sabbat. Sinagog bisa dihancurkan, namun selama Shabbat tetap ada dalam keluarga Yahudi, bangsa ini tidak pernah musnah.

2. Shabbat merupakan Gambaran Messias

Sejak penciptaan Yahweh Elohim telah memakai Sabbat sebagai waktu perhentian, tidak ada  pekerjaan apapun yang dapat dilakukan. Di sini ada rahasia tentang Mesias. Yeshua mengatakan bahwa Anak Manusia adalah Junjungan atas hari Sabbat (Mat 12:8). Ia juga berkata, “Datanglah   kepada-Ku, semua orang yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi perhentian kepadamu” (Mat 11:28). Shabbat merupakan gambaran perhentian kita dalam pekerjaan Yeshua yang telah selesai. Orang percaya telah berhenti dari usaha diri sendiri (self effort) yaitu ‘enam hari bekerja untuk merebut hati Tuhan’ , meninggalkan semua itu dengan memasuki perhentian Mesias.

3. Dirayakan setiap minggu dalam kebebasan

Shabbat dirayakan setiap hari ketujuh (Im 23:1-3), mulai Jumat pk18.00 sampai Sabtu pk 18.00. Setiap minggu kita diingatkan bahwa Tuhan adalah Pencipta langit dan bumi dan Ia memberi teladan untuk berhenti satu hari dari pekerjaanNya. Ia juga Penebus kita dari perbudakan. Bahwa kitapun memerlukan istirahat dan kemerdekaan rohani maupun jasmani pada hari Sabat.

Banyak orang menyangka pada hari sabat orang tidak boleh melakukan apapun, hanya termenung yang sungguh membosankan. Firman Tuhan mengatakan bahwa orang yang melakukan pekerjaan pada hari  Shabbat akan dihukum mati. Ini mengerikan bagi orang bukan Ibrani, seakan-akan tidak boleh ada  pekerjaan apapun bila tidak mau dihukum mati. Tetapi itu adalah anggapan orang yang hanya mendengar dari orang lain tanpa menyelidikinya sendiri. Perkataan Ibrani yang dipakai untuk ‘pekerjaan’ adalah m’lakah yang artinya pekerjaan rutin untuk mencari nafkah. Istilah lain adalah avodah yang berarti kegiatan ibadah atau pelayanan. Firman Tuhan tidak melarang avodah,ibadah atau pelayanan tetapi melarang m’lakah, bekerja rutin mengejar nafkah. Yeshua memberi tafsir yang tepat terhadap Torah, memetik tangkai gandum seperti yang dilakukan murid-muridNya dan menyembuhkan orang sakit dengan Firman yang dilakukannya bukanlah pekerjaan yang termasuk kategori m’lakah.

4. Berkat dan Kemenangan dari Atas

Israel mendapat berkat manna dua kali lipat pada hari keenam (Kel 16:22) untuk memelihara Sabat, kita juga akan mendapat berkat ganda saat kita mengindahkan perintah YHWH Elohim.

Pada hari Shabbat  kita mengisi hati dan pikiran kita dengan Firman dan Perintah Tuhan, dia adalah Junjungan hari Shabbat. Ketika melakukan perintah sabat, kita melayani Tuhan, kita memegang perjanjian. Itulah yang menyebabkan hati kita dipenuhi sukacita. Jika kita melakukannya dengan sikap yang mengindahkan ketetapanNya sesuai dengan rancangannya, tidak mengikuti keinginan kita sendiri, Ia akan membawa kita melampaui puncak-puncak tantangan dalam kendaraan kemenanganNya (Yes 58:13-14).

Shabbat juga dirayakan oleh ‘orang asing’ yaitu bangsa-bangsa bukan Israel yang hidup bersama mereka (Ul 5:14). Dengan demikian, Shabbat bukanlah monopoli bangsa Israel tetapi bagi siapa saja yang menghargai baik penciptaan Tuhan maupun penebusanNya. Setelah bangsa-bangsa menerima  injil keselamatan yang diberitakan para rasul, Konsili  di Yerusalem menyepakati bahwa orang beriman kepada Yeshua HaMashiakh perlu mengikuti pengajaran (Ibr Torah) yang diberikan di sinagog pada setiap hari Shabbat (Kisah Rasul 15:21).

Tetapi bukankah kitab rasuli menunjukkan bahwa murid-murid berkumpul pada hari pertama seperti yang dilakukan Paulus di Troas? (KR 20:7). Agar tidak ‘tergelincir’ di sini, kita harus ingat bahwa sistem kalender yang digunakan oleh penulis-penulis Kitab Suci bukanlah kalender Romawi (Julian-Gregorian) yang menetapkan penggantian hari dimulai jam 24 atau 00, tetapi menggunakan kalender Ibrani. Menurut perhitungan kalender Ibrani, hari Shabbat dimulai dari Jumat jam 18 sampai Sabtu jam 18. Dengan demikian hari pertama (Minggu) dimulai dari Sabtu jam 18 setelah matahari terbenam. Ini menunjukkan bahwa setelah Paulus dan orang percaya melakukan Penutupan Shabbat (Ibr Havdalah) mereka melanjutkan lagi dengan acara persekutuan alias tamah-ramah untuk ‘memecah roti’ yang tidak lain adalah makan bersama (KR 20:11). ‘Memecah roti’ bukanlah perjamuan kudus seperti yang disangka orang Kristen abad 21. Acara tersebut dilaksanakan pada hari Sabtu malam Minggu sesudah jam 18, yang menurut kalender Ibrani sudah dihitung hari pertama minggu itu.

= = = = = = =

Sebagai hari raya di lingkungan Ibrani,  Shabbat merupakan hari istimewa. Pada umumnya dalam hari Shabbat ada tiga acara pokok, yaitu Jamuan Petang Shabbat (Erev Shabbat) sebagai pembukaan; Ibadah Shabbat pagi; dan Penutupan Shabbat (Havdalah).

1. Jamuan Petang Shabbat (Erev Shabbat)

Jamuan ini biasanya dilakukan di keluarga masing-masing, namun dapat juga dilakukan dalam kelompok atau jemaat. Meja jamuan ditata dengan rapih bagaikan suatu pesta penting. Memang penting karena ini dilakukan untuk mentaati perintah Yahweh Elohim.

Jamuan Erev Shabbat dibuka oleh ibu/isteri dengan menyalakan terang lilin untuk mengingatkan Janji Tuhan bahwa Terang Dunia datang dari wanita. Acara selanjutnya dipimpin oleh ayah/suami sebagai imam keluarga. Suami akan memilih 1-2 lagu pujian kepada Tuhan. Setelah itu ia akan mengucapkan berkat anggur, diikuti minum anggur oleh anggota keluarga. Kemudian ia mengucapkan berkat roti yang diikuti dengan makan roti oleh seluruh keluarga. Berikutnya, ayah mengucapkan berkat bagi anak laki-laki dan perempuan. Setelah itu, ayah dan anak-anak memberi penghargaan kepada isteri dengan membaca Amsal 31:10-31 sambil berdiri sementara sang isteri tetap duduk. Selanjutnya seluruh keluarga membaca Mazmur 23 Yahweh adalah Gembalaku. Barulah setelah itu makan malam disuguhkan setelah ayah mengucupkan berkat makanan. Setelah makan, seluruh keluarga menyanyikan lagu-lagu pujian dan melakukan tanya jawab mengenai pengajaran Tuhan.

Erev Shabbat menunjukkan peran ayah sebagai imam keluarga yang memimpin keluarga mentaati perintah Tuhan, memberkati anak-anak, menghargai isteri dan memimpin tanya jawab hal rohani dengan anak-anak. Isteri mendukung ketaatan suami dengan menyiapkan meja hidangan dengan rapih dan menarik sehingga anak-anak merasakan suasana pesta sukacita.

2. Ibadah Shabbat pagi

Ibadah Sabtu pagi umumnya dilakukan secara formal bersama jemaat. Tatacara ibadah mengikuti Siddur yaitu buku doa orang Yahudi. Tatacara dapat bervariasi, ‘liturgi’ dapat berbeda dari jemaat ke jemaat.Beberapa unsur yang sama adalah Shema Israel (Dengar Israel) dan V’ahavta, Pembacaan Mazmur, Doa / Amidah, Pembacaan Torah, Haftarah (kitab Nabi-nabi) serta kitab Rasuli, Kotbah dan Ringkasan Iman/Yigdal. Jelas terlihat bahwa ‘liturgi’ yang dikenal dalam gereja Reform berasal dari Ibadah Shabbat di sinagog.

Ibadah Shabbat pagi secara Ibrani telah diselenggarakan setiap Sabtu jam 10 pagi oleh Shoresh Messianic Fellowship (021-73 64258) di Intiland Tower Jalan Sudirman Kav 32.Pintu Masuk  Bank Mandiri  Lt 2 Ruang 5 Ibadah tersebut terbuka untuk seluruh keluarga termasuk anak-anak.

3. Penutupan Shabbat (Havdalah)

Penutupan Shabbat dapat dilakukan di rumah ataupun bersama jemaat saat matahari telah terbenam.Bila dilakukan dalam keluarga, havdalah akan selesai dalam waktu 15 menit saja. Dimulai dengan pembacaan ayat-ayat dari kitab Yesayah, Mazmur dan Ester, havdalah melibatkan pengucapan berkat atas anggur, atas rempah-rempah dan atas lilin. Anggur menyatakan sukacita hari Sabbat, tanda perjanjian dengan Elohim. Rempah-rempah menunjuk pada keharuman Shabbat yang akan dibawa ‘menggarami’ sepanjang minggu berikutnya. Lilin khusus Havdalah yang merupakan jalinan dua lilin menunjuk pada kesatuan yang didapat dalam Shabbat, antara Tuhan dengan umatNya dan antara anggota-anggota keluarga.  Ayat pertama yang dibaca yaitu Yesayah 12:2-3 menempatkan bangsa Israel untuk mengucapkan nama Yeshua dalam bentuk yeshuati (keselamatanku) dan ha-y’shua (keselamatan itu). Sebelum Yeshua datang, melalui nabi Yesayah dan imam Ezra Tuhan telah menaruh Yeshua dalam mulut bangsa pilihanNya.

Umat Kristen dapat saja beribadah hari Minggu dan hari-hari lainnya, tetapi hari-hari itu tidak dapat dipandang sebagai hari Shabbat karena hari Shabbat tetap dimulai pada Jumat petang sampai Sabtu petang.Saat ini beberapa gereja Kristen di luar Advent Hari Ketujuh yang mengadakan ibadah Shabbat (Sabtu) dan juga ibadah Minggu. Hal ini terlihat pada beberapa jemaat lokal Gereja Pimpinan Roh Kudus (GPR) dan GBI Bumi Bintaro Permai.

Di Indonesia  pada umumnya orang masih tetap bekerja pada hari Sabtu, walaupun banyak juga kantor yang libur.   Pelaksanaan Shabbat memang akan dimudahkan bila seluruh komunitas melaksanakannya, misalnya seperti di Yerusalem. Tetapi apakah dengan demikian perintah Tuhan tentang Shabbat tidak dapat dijalankan sama sekali di Indonesia? Agaknya tidak demikian. Sekalipun masih bekerja, kita masih dapat melakukan dua langkah berikut:

Pertama, mengurangi beban kerja pada hari Sabtu dengan cara memintahkannya ke hari-hari lainnya. Sebagai contoh, kegiatan rutin belanja dapat dipindahkan ke hari lain sehingga Sabtu terasa lebih ringan.Waktu yang tersedia dapat digunakan untuk ibadah dan keluarga.

Kedua, mengambil sedikitnya satu dari tiga acara yang biasa dilakukan pada hari Shabbat, yaitu Jamuan Erev Shabbat, dan/atau Ibadah Shabbat pagi, dan/atau Penutupan Shabbat (Havdalah). Dengan melakukan dua hal tersebut, walaupun belum sempurna kita telah berusaha mentaati perintah Tuhan dalam kasih. Tuhan yang mengetahui isi hati kita akan menolong dan memberi jalan keluar kepada kita seperti yang difirmankanNya melalui nabi Yesayah:

אם־תשיב משבת רגלך עשות חפצך ביום קדשי וקראת לשבת ענג לקדוש יהוה מכבד וכבדתו מעשות דרכיך ממצוא חפצך ודבר דבר׃ אז תתענג על־יהוה והרכבתיך על־במותי (במתי) ארץ והאכלתיך נחלת יעקב אביך כי פי יהוה דבר׃ 
(ישעיהו פרק נח:יג-יד)

"Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat "hari kenikmatan", dan hari kudus YHWH "hari yang mulia"; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong, maka engkau akan bersenang-senang karena YHWH, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut Tuhanlah yang mengatakannya." 
( Yesha'yahu 58:13-14 )

- 0 -

KUASA BERKAT IMAMAT



Setiap orang menyukai berkat, bahkan banyak orang Kristen datang ke gereja hanya mau mendengar kotbah-kotbah tentang berkat saja. Sesungguhnya berkat Tuhan dalam kehidupan mempunyai arti yang lebih luas bukan hanya meliputi keuangan, tetapi juga kesehatan, hubungan, emosi, kedamaian yang melampaui segala akal, sukacita yang tidak terucapkan, serta kemenangan atas keduniawian, kedagingan dan iblis. Tuhan mau memberi berkat kepada umatNya, bukan kutuk. Berkat itu diberikan bukan karena kita berprestasi sehingga ‘pantas’ menerima berkat itu, tetapi karena kita ini milikNya berdasarkan perjanjianNya. Kesembuhan didapat bukan karena prestasi di bidang keagamaan tetapi oleh bilur-bilur di sekujur tubuh Yeshua HaMashiakh (nama Ibrani Yesus Kristus) ketika Ia disalibkan. Sumber segala berkat adalah Tuhan sendiri yang berkenan memberkati umatNya.

Sebagai pengertian primer, berkat adalah pemberian (impartasi) kuasa adikodrati Tuhan kepada kehidupan manusia melalui ucapan orang yang diberi otoritas oleh Tuhan. Dalam pengertian yang lebih luas berkat adalah sesuatu yang baik. Imam Besar Israel mengucapkan berkat dari Tuhan kepada umat sehingga berkat dari Tuhan itu melalui Imam Besar sampaii kepada umat. Umat mendapat berkat adikodrati karena Tuhan berkenan memberi berkat sesuai dengan perkataan yang diucapkan. Tentunya Tuhan tidak bertanggungjawab terhadap ucapan imam yang tidak sesuai dengan kehendakNya, Ia hanya memberkati sesuai dengan FirmanNya .

Dalam Bilangan 6:22-27 Tuhan sendiri menetapkan kata-kata berkat untuk diucapkan oleh hamba-hambaNya. Dalam bahasa Ibrani yaitu bahasa asli yang digunakan Tuhan saat berbicara kepada Musa, ucapan berkat itu adalah:Y’varekh’kha YHWH v’yishm’rekha (3 kata); Ya-ar YHWH panav ei-lekha vikhunekha (5 kata);Yisa YHWH panav eilekha v’yaseim l’kha shalom (7 kata). Ketiga kalimat tersebut terdiri dari 3 dan 5 dan ditutup dengan 7 suku kata yang menunjuk pada kelengkapan. Tuhan ingin memberkati anda dengan lengkap dan sempurna.

1) Yahweh memberkati (Ib barak) dan melindungi (Ib shamar) engkau (Ib kha). 

Kata ‘memberkati’ dan ‘melindungi’ dalam bahasa Indonesia mengandung pengertian yang abstrak. Penutur bahasa Ibrani berpikir konkrit. Kata kerja barak berarti ‘bertelut’. Berakah (kata benda) atau‘berkat’ berarti ‘suatu pemberian (hadiah) kepada yang lain dengan bertelut’. Sebagai Raja sejati, Tuhan melayani umatNya, memberi kebaikan kepada umatNya dengan bertelut! Sikap ini ditunjukkan oleh Yeshua, Firman yang Hidup yang mau membasuh kaki murid-muridNya dengan bertelut. Apa berkat yang diberi oleh Yahweh ? Menurut para rabbi, berkat ini termasuk berkat materi, karena bila hanya berkat rohani tidak perlu ada perlindungan lagi.

Demikian juga dengan umat Tuhan, kita perlu memberi yang baik kepada Yahweh dengan bertelut, yang dalam pengertian Ibrani memberkati Yahweh. Apakah kita dapat ‘membekati’ dalam arti memberi yang baik kepada Tuhan? Mengapa tidak? Bukankah kita dapat mengasihi Dia, karena Ia lebih dahulu mengasihi kita? Hal yang sama terjadi dengan ’memberkati’, kita dapat ‘memberkati’ Dia karena Dia lebih dulu ‘memberkati’ kita. Bagaimana kita memberkati Tuhan Pencipta? Kita dapat memberkati Yahweh dengan memuji Dia, melayani Dia, mentaati semua perintahNya; setelah Ia memberkati kita lebih dulu dengan keselamatan. Ikatan perjanjian antara Tuhan dengan umatNya memungkinkan hal ini.

Shamar berarti ‘melindungi’. Kata lain yang mempunyai akar kata yang sama adalah shamiyr yang artinya ‘duri’. Untuk melindungi domba dari binatang buas, seorang gembala akan memagari kawanan dombanya dengan tanaman berduri. Iblis mengadu kepada Tuhan bahwa Ayub dilindungi dengan pagar berduri (Ayub 1:10). Kha berarti engkau (maskulin,tunggal). Mengapa harus tunggal? Tuhan memberkati Israel sebagai kesatuan, tidak ada perbedaan, setiap pribadi mendapat berkat Tuhan. Tetapi ini juga berbicara bahwa Tuhan memberkati umat yang bersatu (Mazmur 133). Dengan demikian, bagian berkat ini berarti “Kiranya Yahweh datang kepadamu dengan bertelut dan menaruh pagar perlindungan di sekelilingmu”. Luar biasa!

2) Yahweh menyinari (Ib ya’ar) engkau dengan wajahNya (Ib panav) dan memberi engkau kasih karunia (Ib khunekha). 

Menyinari (Ibr ya’ar) dengan wajahNya (Ibr panav) berarti menerangi kita sehingga kita memahami siapa dia dan apa kehendakNya bagi kita. Menyinari dengan wajahNya berarti juga melimpahkan kasih dan keselamatan. Kasih karunia (ib khanan) adalah perkenan, maksud baik, restu dari pihak yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah, dari yang kuat kepada yang lemah. Di sinilah rahasia keindahan berada dalam perjanjian dengan Tuhan, walaupun kita lemah, Dia yang kuat akan menyalurkan kasih karuniaNya kepada kita. Bagian ini berarti “Kiranya Yahweh menerangimu sehingga engkau memahami apa kehendakNya dan memberi engkau perkenan serta maksud baikNya”

3) Yahweh mengangkat (Ibr yisa) wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera (Ibr shalom). 

Mengangkat (Terj. LAI, menghadapkan) wajah berarti memberi senyum tanda persahabatan. Wajah yang tertunduk menyatakan kesedihan dan kemarahan. Shalom dari Tuhan mencakup bukan hanya bebas dari malapetaka, tetapi juga kedamaian dan ketenangan, kelengkapan, kesejahteraan, kesehatan. Semuanya ini didapat bagi orang yang ada dalam perjanjian, yaitu orang menerima pengampunan bagi dosa dan kejahatannya (Yer 31:34). Kita mengalami pengampunan ketika datang mengaku Yeshua sebagai Juruselamat kita. Bagian ini berarti” Kiranya Yahweh memberi senyum persahabatan kepadamu dan memberi kedamaian, kelengkapan, kesejahteraan dan kesehatan kepadamu”.

Tuhan memberi otoritas kepada ayah sebagai imam dalam keluarga, kepada penilik jemaat sebagai imam dalam jemaat untuk mengucapkan berkat imamat karena Ia ingin memberkati seluruh umatNya. Setiap kali perkataan berkat selesai diucapkan Jemaat menyambut dengan berkata, “Amen”. Jangan meninggalkan ibadah sebelum berkat ini diberikan, anda kehilangan sesuatu yang berharga. Dengan berkat imamat ini, Yahweh Elohim menaruh namaNya di tengah umatNya. Mulialah NamaNya ditengah umat tebusanNya!

Oleh : Ir Benyamin Obadyah
Written by Novian   
Wednesday, 22 June 2011 08:44


HARI TERAKHIR YESHUA : KAPAN YESHUA MAKAN SEDER PESAKH ?


Kapan Yeshua makan Jamuan Seder Pesakh terakhir, 14 Nisan atau 15 Nisan? Kalau 14 Nisan apakah Jamuan terakhir dianggap jamuan paskah karena orang Yahudi sesuai Torah memakannya pada 15 Nisan?

Markus 14:12-18 Pada Hari pertama raya roti tak beragi, pada waktu orang menyembelih domba merupakan ungkapan yang merujuk pada hari Pesakh 14 Nisan. Murid murid menyiapkan jamuan seder pesakh hari itu.Malamnya Yeshua datang bersama 12 Muridnya untuk melakukan jamuan seder Pesakh, itu sudah tanggal 15 Nisan.

Pada Pihak lain dalam injil Yohanes 19:31 tubuh Yeshua yang disalib harus segera diturunkan karena memasuki sabat besar (sabat Gadol) yang tidak lain adalah Hari raya roti tak beragi, 15 Nisan.Jelas terlihat ketidak sinkronan perhitungan hari-hari terakhir Yeshua antara Injil sinoptik dan Injil Yohanes!

Perbedaan ini mendorong penyelidikan terhadap Yudaisme abad pertama secara rinci khususnya tentang kalender yang digunakan saat itu. Ternyata dalam Yudaisme abad pertama terdapat lebih dari satu kalender . Mazhab Eseni menpunyai kalender yang berbeda dari Farisi/ Saduki. Mazhab Eseni memakai Kalender Solar (Matahari), berbeda dengan Farisi / Saduki yang memakai rujukan kalender yang berbeda dapat diamati dalam Mark 14: 12-18.

Dengan hikmatnya, Yeshua menyuruh Murid-muridNya menyiapkan jamuan di kota Yerusalem, dengan bertemu dengan seorang laki-laki yang membawa tempayan air .Mengapa orang laki-laki membawa tempayan air? Bukakan mengambil air merupakan pekerjaan perempuan? Tidak, karena dalam komunitas ini tida ada perempuan, hanya laki-laki dan mereka disebut Komunitas Eseni. Komunitas ini memakai kalender Solar, sehingga 14 Nisan saat orang menyembelih domba Pesakh selalu jatuh pada hari yang samari dari tahun ke tahun yaitu : hari selasa.Pemilihan tempat perjamuan di daerah kaum Eseni mengindikasikan Yeshua mengikuti penanggalan mereka (Mazhab Eseni) pada jamuan terakhirnya. Ini bukan sama sekali tidak dapat digunakan sebagai pembuktian Yeshua anggota Eseni. Malam harinya, sudah menjadi 15 Nisan (Selasa malam). Dan Yeshua melakukan Perjamuan Seder Pesakh seperti yang ditetapkan Torah. Jelas sekali jamuan terakhir Yeshua adalah Jamuan Seder Pesakh yang di kenal orang Yahudi, bukan Ekaristi  atau Jamuan Kudus ala Gereja bangsa-bangsa.

Yeshua tetap melakukan perjamuan Peskah (15 Nisan dalam kalender Eseni) dan pada hari yang sama ia mati disalib juga pada 14 Nisan (menurut Kalende Farisi/ Saduki yang menguasai Sanhedrin) Pada saat seluruh Israel memotong domba Pesakh. Dengan cara ini, sesuai hikmatnya, Yeshua sempat melakukan Jamuan Seder Pesakh terakhir untuk menyatakan perjanjian yang Diperbaharui (Brit Hadasah) dan tetap mati pada posisi sebagai anak domba sesuai Nubuat dalam Torah Moshe.

Pengajaran Sabat , Oleh Gembala Benyamin Obadyah ,SMF Jakarta.
Written by Novian   
Saturday, 14 April 2012 18:09
http://www.kehilatmesianikindonesia.com

Senin, 04 Juni 2012

Modeh Ani (Berkat pada waktu bangun tidur)


מוֹדֶה אֲנִי לְפָנֶֽיךָ, מֶֽלֶךְ חַי וְקַיָּם, שֶׁהֶחֱזַֽרְתָּ בִּי נִשְׁמָתִי בְּחֶמְלָה, רַבָּה אֱמוּנָתֶֽךָ.

Modeh ani l’fanecha melech chai v’kayam, 
shehech’zarta bi nishmati b’chemlah. – Raba emunatecha.

Aku mengucap syukur kepadaMu, Raja yang hidup dan yang kekal,
yang telah mengembalikan jiwaku dengan kasih, sungguh besar kasih setiaMu itu!

= = = = = = =


= = = = = = =

רֵאשִׁית חָכְמָה יִרְאַת יְיָ, שֵֽׂכֶל טוֹב לְכָל עֹשֵׂיהֶם, תְּהִלָּתוֹ עוֹמֶֽדֶת לָעַד.
בָּרוּךְ שֵׁם כְּבוֹד מַלְכוּתוֹ לְעוֹלָם וָעֶד.

Reishit chochmah yir’at Adonai, seichel tov lechol oseihem, tehilato omedet la-ad.
Baruch sheim kevod malchuto leolam va’ed.

Permulaan hikmat adalah takut akan YHWH, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya. 
(Mazmur 111:10).
Diberkatilah Nama Kerajaan-Nya yang mulia untuk selama-lamanya.

= = = = = = =

YIGDAL

 
יִגְדַּל

א.     יִגְדַּל אֱלֹהִים חַי וְיִשְׁתַּבַּח, נִמְצָא, וְאֵין עֵת אֶל מְצִיאוּתוֹ׃
ב.    אֶחָד וְאֵין יָחִיד כְּיִחוּדוֹ, נֶעְלָם, וְגַם אֵין סוֹף לְאַחְדּוּתוֹ׃
ג.       אֵין לוֹ דְמוּת הַגּוּף וְאֵינוֹ גּוּף, לֹא נַעֲרוֹךְ אֵלָיו קְדֻשָּׁתוֹ׃
ד.    קַדְמוֹן לְכָל דָּבָר אֲשֶׁר נִבְרָא, רִאשׁוֹן וְאֵין רֵאשִׁית לְרֵאשִׁיתוֹ׃ 
ה.    הִנּוֹ אֲדוֹן עוֹלָם, לְכָל נוֹצָר. יוֹרֶה גְדֻלָּתוֹ וּמַלְכוּתוֹ׃
ו.       שֶׁפַע נְבוּאָתוֹ נְתָנוֹ, אֶל אַנְשֵׁי סְגוּלָּתוֹ וְתִפְאַרְתּוֹ׃
ז.       לֹא קָם בְּיִשְׂרָאֵל כְּמֹשֶה עוֹד נָבִיא, וּמַבִּיט אֶת תְּמוּנָתוֹ׃
ח.    תּוֹרַת אֱמֶת נָתַן לְעַמּוֹ, אֵל, עַל יַד נְבִיאוֹ נֶאֱמַן בֵּיתוֹ׃
ט.    לֹא יַחֲלִיף הָאֵל וְלֹא יָמִיר דָּתוֹ. לְעוֹלָמִים, לְזוּלָתוֹ׃
י.       צוֹפֶה וְיוֹדֵֽעַ סְתָרֵינוּ, מַבִּיט לְסוֹף דָּבָר בְּקַדְמָתוֹ׃
יא.  גּוֹמֵל לְאִישׁ חֶֽסֶד כְּמִפְעָלוֹ, נוֹתֵן לְרָשָׁע רָע כְּרִשְׁעָתוֹ׃
יב.  יִשְׁלַח לְקֵץ יָמִין מְשִׁיחֵֽנוּ, לִפְדּוֹת מְחַכֵּי קֵץ יְשׁוּעָתוֹ׃
יג.    מֵתִים יְחֲיֶּה אֵל בְּרוֹב חַסְדּוֹ, בָּרוּךְ עֲדֵי עַד שֵׁם תְּהִלָּתוֹ׃

אלה שלוש עשרה לעקרים הן הם יסוד דת אל ואמונתו׃
תורת משה אמת ונבואתו, ברוך עדי עד שם תהלתו׃

Yigdal :
  1. Yigdal Elohym Chai We’yishtabach, Nimtza We’eyn Et El Metsy’uto.
  2. Echad We’eyn Yachid Keyichudo, Ne’elam We’gam Eyn Sof Le’achduto.
  3. Eyn lo Demut Haguf We’eyno Guf, Lo Na’aroch Eilaw Qedushato.
  4. Qadmon Lechol Davar Asher Nivra, Rishon We’eyn Reishyt Le’re’ishito.
  5. Hino Adon Olam Lechol Notzar, Yoreh Gedulato Umalchuto.
  6. Shefa Nevu’ato Netano, El Anshei Segulato We’tif’’arto.
  7. Lo Qam Be’Yisra’el Ke’Moshe Od Navi Umabit Et Temunato.
  8. Torat Emet Natan Le'amo El, Al Yad Nevi’o Ne'eman Beyto.
  9. Lo Yachalif Ha'el We'lo Yamir Dato, Le'olamym, Lezulato.
  10. Tsofeh We’yodea Setareynu, Mabit Lesof Davar Beqadmato.
  11. Gomel Le’ish Chesed Ke’mif’’alo, Notel Le’rasha Ra’a Kerish’ato.
  12. Yishlach Le’qetz Yamin Meshycheinu, Lifdot Mechakei Qetz Yeshu’ato.
  13. Metim Yechayeh El Berov Chasdo, Baruch Adey Ad Shem Tehilato.
[Eleh Shelosh Esreh Le'ikarim, Hem Hen Yesod Dat El We'emunato. Torat Mosheh Emet Unvu’ato, Baruch Adey Ad Shem Tehilato.]

Translation :
  1. May the living G-d become greater and be praised, He exists yet there is no time associated with His existence.
  2. He is one and there is no other as one as He is, His oneness is not comprehensible and there is no end to His oneness.
  3. He has no form of body nor any body, we cannot compare anything to His holiness.
  4. He preceded everything He created, He was first and there was nothing before Him.
  5. Here is the master of the world to all His creation, He instructs His creation regarding His greatness and His kingdom.
  6. An abundance of prophecy He has given to His chosen people and those who glorify Him.
  7. There has not arisen in Yisra’el anyone like Mosheh, a prophet who viewed an image of the divine.
  8. The true Torah He gave to His nation - G-d, through His prophet, the loyal one of His house.
  9. G-d will not change or reverse His belief, until the end of the world for eternity.
  10. He examines and knows our hidden things, He sees the end of matters at the beginning.
  11. He causes a man kindness according to his works, He gives a wicked man wickedness according to his wickedness.
  12. He will send at the end of days our Moshia, to redeem those waiting for the end of his salvation. (Yeshua)
  13. G-d will give life to the dead in His great kindness, blessed for eternity is His praised name.
[These are the thirteen fundamental beliefs, they are the foundation of the religion of G-d and His faithful. The teaching of Mosheh and his prophesy is true, blessed for eternity is His name.]