Jumat, 07 Maret 2014

Keledai Sang Mesias

Kelas 1 - Taurat dan Akhir Zaman; Pelajaran 3.

Di dalam nubuat-nubuat bangsa Yahudi, Moshiach ben David dikatakan akan mengendarai seekor keledai. Namun pengertian mengenai nubuat ini lebih dalam daripada sekedar secara fisik masuk ke dalam kota dengan cara mengendarai seekor keledai. Nubuat ini muncul dalam Zak 9:9-10.

Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion,
bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem!
Lihat, rajamu datang kepadamu;
ia adil dan jaya.
Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai,
seekor keledai beban yang muda.
Ia akan melenyapkan kereta-kereta dari Efraim
dan kuda-kuda dari Yerusalem;
busur perang akan dilenyapkan,
dan ia akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa.
Wilayah kekuasaannya akan terbentang dari laut sampai ke laut
dan dari sungai Efrat sampai ke ujung-ujung bumi. (Zak 9:9-10)

Mengapa seorang Moshiach ben David akan datang dengan mengendarai keledai? Dapatkah nubuat ini dimengerti secara harafiah? Atau apakah nubuat ini memiliki makna simbolik? Ayat 9 tidak dapat dimengerti secara harafiah. Ayat ini merupakan perlambangan.

Para penulis PB mencomot ayat 9 (tanpa melihat konteksnya dalam ayat 10) dan mengklaim bahwa nubuat ini telah dipenuhi 2000 tahun yang lalu. Penulis kitab Lukas mengklaim bahwa mesiasnya telah mengendarai seekor keledai masuk ke Yerusalem. Penulis kitab Matius mengklaim bahwa mesiasnya telah mengendarai dua ekor keledai.

"Mereka membawa keledai betina itu bersama anaknya,
lalu mengalasinya dengan pakaian mereka
dan Yesuspun naik ke atasnya." (Mat 21:7)

Kata "nya" di sini dalam bahasa Yunaninya menunjuk orang ketiga plural. Terjemahan KJV dari ayat in mengatakan, "And brought the Asse (1) and the colt (2), and put on them their clothes, and they set him thereon." (Mat 21:7 - KJV, 1611).

Penulis Matius membaca nubuat Zak 9:9 dan menghitung bahwa ada 2 keledai, "Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai (1), seekor keledai beban yang muda (2)." Padahal anak kalimat "seekor keledai beban yang muda" merupakan penjelaasan dari frase sebelumnya, "seekor keledai". Zak 9:9 berbicara tentang 1 ekor keledai. Penulis Lukas menangkap hal ini dengan benar, sehingga dia menceritakan bahwa jumlah keledai yang dikendarai hanya 1.

Mereka membawa keledai itu kepada Yesus,
lalu mengalasinya dengan pakaian mereka
dan menolong Yesus naik ke atasnya.
(Luk 19:35)

Namun apakah keledai dalam Zak 9:9 berjumlah satu atau dua, sebenarnya tidak relevan. Penggambaran Moshiach ben David yang akan naik keledai, bukan menunjukkan apa kendaraannya nanti ketika dia datang. Kalimat ini adalah perlambangan mengenai sifat kepemimpinannya.

Untuk mengerti ayat 9 dengan keledai ini, kita harus membaca konteksnya yang ada dalam ayat 10. 

Lihat, rajamu datang kepadamu;
ia adil dan jaya.
Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai,
seekor keledai beban yang muda.
Ia akan melenyapkan kereta-kereta dari Efraim
dan kuda-kuda dari Yerusalem;
busur perang akan dilenyapkan,
dan ia akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa. (Zak 9:9b-10a)

Kita melihat ayat 9 menyebut 3 sifat Moshiach - adil, jaya, lemah lembut. Namun dalam bahasa Ibraninya, kata-kata yang dipakai adalah tzadik, nosha dan ani. Arti dari ketiga kata ini jauh lebih dalam daripada "adil, jaya dan lemah lembut".

Tzaddik - "righteous", di dalamnya terkandung, adil, benar, murah hati, saleh dst.

Nosha - berasal dari akar kata "yasha" (menyelamatkan), dalam bentuk lampau. Nosha berarti "telah diselamatkan" atau "telah dimenangkan" atau "telah diloloskan".

Ani - "low profile", rendah hati, "remuk" yang didapatkan setelah menerima didikan keras TUHAN.

Moshiah ben David yang seperti ini mengendarai seekor keledai. Dalam ayat 9 dan 10 ada dua kontras yang menjelaskan perlambangan "keledai" tersebut.

Lihat, rajamu datang kepadamu;
ia adil dan jaya.
Ia lemah lembut dan mengendarai seekor KELEDAI,
seekor keledai beban yang muda.
Ia akan melenyapkan kereta-kereta dari Efraim
dan KUDA-KUDA dari Yerusalem;
busur perang akan dilenyapkan,
dan ia akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa. (Zak 9:9b-10a)

Ayat 9 menyebut bahwa dia telah lolos dari sesuatu (sesuatu ini adalah peperangan), telah dimenangkan, telah diselamatkan. Ayat 10 menyebut kereta-kereta perang Efraim serta kuda-kuda Yerusalem yang dilenyapkan, busur perang dilenyapkan. Ayat 10 menyebut KUDA - alat transportasi yang biasa dipakai dalam peperangan. Ayat 9 menyebut KELEDAI - alat transportasi yang biasa dipakai dalam pertanian atau dalam pekerjaan kasar/ keras. Kemudian ayat 10 menyebut bagaimana ada DAMAI di antara bangsa-bangsa.

Apakah Saudara/i  dapat menangkap apa yang hendak dikatakan oleh Zakaria?

Moshiach ben David adalah moshiach yang akan mengakhiri peperangan dengan kemenangan di pihaknya, di pihak Yerusalem, di pihak Israel, melawan bangsa-bangsa (dalam perang Gog dan Magog - lihat Radio Eits Chaim episode #15). Kuda perang diganti keledai petani (lambang pekerja keras). Kereta perang dilenyapkan. Busur perang dilenyapkan. Sebagai gantinya, ada DAMAI di antara bangsa-bangsa. Kuda melambangkan peperangan, dan Moshiach ben David akan melenyanpkannya. Sebagai gantinya, dia mengendarai keledai. Keledai melambangkan pekerja keras, pertanian.

Hal ini konsisten dengan nubuat tentang Era Mesianik yang disebut dalam Yes 2:4:

Ia akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa
dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa;
maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak
dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas;
bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa,
dan mereka tidak akan lagi belajar perang. (Isa 2:4)

"Keledai" yang dikendarai oleh Moshiach ben David, bukan menunjuk pada alat transportasinya nanti ketika dia datang. Tetapi menunjuk pada dunia yang seperti apa yang akan dia bawa, yaitu dunia yang penuh dengan pekerja keras dan petani, bukan penuh dengan pejuang dan prajurit perang.


KELEDAI - MAKNA YANG LEBIH DALAM

Keledai selalu saja memiliki asosiasi dengan para moshiach TUHAN (hamba-hamba TUHAN yang diurapi). Beberapa kali, seekor keledai diceritakan melayani orang-orang yang diurapi ini (moshiach). Pertama kali kisah keledai itu muncul di tahun 2084 ketika Abraham hendak mengorbankan Ishak. Dalam Kej 22:3 kita membaca,

"Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham,
ia memasang pelana keledainya
dan memanggil dua orang bujangnya
beserta Ishak, anaknya;..." (Kej 22:3)

Abraham membawa keledai itu dengan sebuah misi yang ditugaskan oleh TUHAN - untuk mengorbankan Ishak.

Tujuh generasi berikutnya, Musa pun diberikan sebuah misi oleh TUHAN yaitu untuk membebaskan Israel dan membawa mereka keluar dari Mesir. Kel 4:20 mencatat bahwa ketika dia hendak mengerjakan misi itu, maka...

Kemudian Musa mengajak isteri dan anak-anaknya lelaki,
lalu menaikkan mereka ke atas keledai
dan ia kembali ke tanah Mesir... (Kel 4:20)

Dalam kedua kasus tersebut, kedua moshiach TUHAN ini (dalam bahasa Ibrani "moshiach" berarti "yang diurapi") memakai seekor keledai untuk memenuhi panggilan atau tugas atau misi yang TUHAN percayakan kepada mereka. Dalam hal Abraham, keledai itu terlibat di dalam misi TUHAN dengan membawa barang-barang. Dalam hal Musa, keledai itu terlibat di dalam misi TUHAN dengan membawa keluarga Musa.

Seperti yang sudah kita bahas di atas, nubuat mengenai Moshiach ben David pun melibatkan seekor keledai.

Keledai di dalam bahasa Ibrani adalah chamor, yang berasal dari kata chomer. Chomer berarti "materi". Keledai yang dipakai oleh Abraham, Musa dan juga Moshiach ben David merupakan lambang bahwa segala yang rendah dan segala yang jasmani, dapat diangkat derajatnya, sehingga dipakai untuk misi-misi yang lebih tinggi -- misi dari surga.

Hikmat dunia mengajarkan bahwa segala sesuatu yang rohani adalah lebih berarti dan lebih besar daripada segala sesuatu yang jasmani. Namun Taurat mengajarkan, ketika TUHAN menciptakan segala sesuatu, Dia tidak menciptakan semua itu dalam bentuk rohani saja, tetapi juga dalam bentuk jasmani. Segala yang Dia ciptakan, diciptakanNya untuk manusia jasmani. Adam adalah manusia yang jasmani.

Di dalam Yudaisme, segala yang rohani memiliki kekudusan yang sama dengan segala yang jasmani. Yang TUHAN inginkan bukanlah manusia yang hanya bertapa tetapi tidak bekerja dan berkarya. TUHAN tidak memerintahkan Adam untuk beranak-cucu secara rohani. Adam diperintahkan untuk beranak-cucu secara fisik. Yang dikehendaki TUHAN adalah menguduskan segala yang fisik, dan menaikkannya menjadi sederajat dengan segala yang rohani. TUHAN inginkan supaya keberadaan jasmani kita diarahkan sehingga kita dipakai untuk hal-hal yang mulia.

Ketika TUHAN menciptakan langit dan bumi, Dia memang membedakan agar segala yang rohani menjadi milikNya dan segala yang fisik menjadi milik manusia.

Langit itu langit kepunyaan TUHAN,
dan bumi itu telah diberikan-Nya
kepada anak-anak manusia. (Maz 115:16)

Namun di Gunung Sinai, TUHAN mengubah aturan permainan. Ketika TUHAN memanggil Musa, dikatakan bahwa "TUHAN turun" ke atas Gunung Sinai (Kel 19:18). Namun Musa dipanggil untuk "naik ke atas" Gunung Sinai (Kel 24:1). TUHAN turun. Musa naik.

Para chazal Yahudi (kaum cendikiawan, kaum guru, kaum bijak) mengajarkan bahwa hal ini membongkar aturan permainan sebelumnya. Sebelumnya, segala yang roh dan berurusan dengan surga, adalah milik TUHAN. Dan segala yang fisik dan berurusan dengan bumi, adalah milik manusia. Di Gunung Sinai, TUHAN membuka pintu gerbang supaya manusia dapat naik dan menyentuh dunia TUHAN, dan TUHAN turun menyentuh dunia manusia.

Di Gunung Sinai, TUHAN memberikan 613 perintah TUHAN sebagai "lorong" untuk "naik" ke dunia TUHAN itu. Setiap barang fisik kita yang kita pakai untuk memenuhi atau mematuhi ke-613 perintah itu, menjadi "naik derajatnya" karena telah dipakai untuk sebuah misi dari surga -- mentaati perintah TUHAN. Segala yang fisik di dunia ini menjadi rendah dan tidak berharga ketika tidak dipakai untuk misi-misi TUHAN - pemenuhan 613 perintah itu. Ketika bangsa-bangsa di dunia semuanya mentaati Taurat, setiap hal yang jasmani di dalam dunia ini dikuduskan dan "naik derajatnya" sehingga masuk ke "dunia TUHAN".

Jadi Moshiach ben David sendiri dinubuatkan naik keledai yang melambangkan materi dunia, karena dia menjadi tanda dari sebuah dunia, dimana materi tidak lagi lebih rendah atau merupakan elemen sekunder, tetapi sebuah sumber yang benar-benar dikuduskan, tidak kurang penting, dan bahkan menjadi alat untuk kebaikan bahkan sebaik hal-hal yang paling spiritual sekalipun.

Di sini kita melihat, bahwa untuk mencapai dunia seperti ini, pertama-tama bangsa-bangsa akan tunduk pada Taurat TUHAN terlebih dulu, sehingga Moshiach ben David dapat datang.

Elisheva Wiriaatmadja
(Pelajaran Eits Chaim Kelas Online)