Sabtu, 17 November 2012

Benarkah Yeshua Ha Masiah /Jesus Kristus dan Paulus menghapus Taurat dan Kitab Para Nabi?


Yeshua dan Paulus Tidak pernah menghapus Torah
YESHUA DAN RABI SHAUL TIDAK PERNAH MENGHAPUS TORAH.

Awas hati-hati dengan para pengagung Yahweh, kita hidup dalam jaman perjanjian baru yang adalah jaman anugerah, bukan lagi pada perjanjian lama, nanti kita dibawa kembali pada hukum Taurat, karena dengan kematian Yeshua hukum Taurat sudah tidak berlaku lagi...... demikian banyak orang2 Kristen yang merasa bahwa Hukum Taurat itu membawa kematian. Apakah benar Torah (Saya lebih suka menyebut dengan kata Torah saja, karena arti Torah itu artinya bukan hukum tetapi PENGAJARAN atau Teaching), dan Torah itu sudah tidak berlaku lagi? Siapa yang berkata bahwa Torah itu tidak berlaku? Yeshua (Matityahu/ Matius 5:18) atau rabi Shaul (Rasul Paulus) Roma 7:12,14 atau kita orang2 goyim yang mendapat anugerah keselamatan, yang notabenenya adalah orang luar yang berani membuat hukum baru dengan menghapus Torah? Sungguh keterlaluan. Lalu bagaimana dengan ucapan rabi Shaul yang terdapat dlm Efesus 2:13-16 khususnya dlm ayat 15 : "Sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah MEMBATALKAN HUKUM TAURAT dengan segala perintah dan ketentuannya......"


Benarkah Yeshua mati untuk membatalkan Torah? coba perhatikan konteks ayat ini kemana, apa yang sedang dibicarakan oleh rabi Shaul sebenarnya? dia tidak sedang membicarakan tentang Torah tetapi perseteruan Antara org2 Yahudi asli dan bangsa2 gara2 soal makanan Tame dan Tahor, yang waktu itu gaya hidup orang-orang Goyim (non Yahudi) sangat berbeda, karena orang2 Yahudi tidak makan babi atau udang dan makanan2 lain yang dilarang oleh Torah, sementara mereka orang2 Goyim masih makan seperti biasanya, sehingga terjadi suasana yang tidak nyaman bila orang Yahudi dan Goyim makan bersama apalagi hidangan yang dilarang oleh Torah satu meja dengan makanan orang2 Goyim, dan perseteruan yang sudah terjadi ratusan tahun itu dilegalkan oleh aturan rabinik dengan aturan/ fatwa bahwa orang2 Yahudi dilarang makan se meja dengan orang2 Goyim, tujuannya adalah untuk memurnikan Torah, agar tidak jadi syak wasangka, misal saya tidak makan makanan orang Goyim, tetapi karena hidangan itu semeja, orang bisa saja berpraduga kalau saya makan makanan yang dilarang oleh Torah, padahal tidak... dan ini akan berdampak tidak baik, sehingga aturan agar jangan semeja itu adalah jalan keluar yang terbaik agar Torah tetap dimurnikan oleh orang2 Yahudi, tetapi hal ini justru memucu orang2 Goyim yang menganggap kalau orang Yahudi itu exlusive, sehingga terjadi permusuhan. Nah permusuhan inilah yang sedang menjadi pembahasan rabi shaul, bukan Torahnya karena Torah itu tidak mengajarkan permusuhan. Tetapi sekarang timbul masalah baru bagaimana kalau orang2 Yahudi diundang kerumah orang2 Goyim, dan diajak makan, sedangkan makanan disana pasti bukan makanan seperti yang Torah telah atur, orang2 Yahudi kadang tidak bisa menolak, untuk itulah dibuat aturan kedua yaitu agar jangan datang ke rumah org non Yahudi tujuannya adalah untuk memurnikan Torah. Dua aturan ini bukan untuk memusuhi bangsa2 tetapi oleh orang Goyim malah jadi terbentuk tembok perseteruan, dan ini bukan tujuan Torah, karena Torah tidak menyuruh memusuhi bangsa2. Disinilah kemudian rabi Shaul memberitahukan bahwa Yeshua datang merubuhkan tembok pemisah itu (Perseteruan antara Yahudi dan Goyim) jadi yang dipermasalahkan bukan Torah nya, karena yang sedang ada dlm pembicaraan ini bukan Torah tetapi perseteruan dua bangsa antara Yahudi dan Goyim. Coba sekarang kita lihat dlm The Interlinear Bible ditulis: Having broken Enmity = menghancurkan perseteruan/ membatalkan perseteruan.

Melenyapkan/ membatalkan ditulis dengan tulisan Yunani Kathargeo (kata kerja bentuk pass tense, singular) jadi kata ini menghendaki ada satu saja obyek yang melekat dg dia yaitu PERSETERUAN, jadi tidak bisa memiliki dua objek yang satu PERSETERUAN dan TORAH. Jika kita melihat dari text Yunani saja tidak ada kata Torah, dan LAI menuliskan Torah ya tidak heran kalau Torah selalu dimusuhi.

Rabi Shaul bukanlah orang yang mencla mencle yang kadang berkata Torah itu baik dan benar tapi dari mulut yang sama berkata Torah itu bikin orang berdosa, sekarang tidak perlu Torah karena kita hidup dibawah kasih karunia.....Seperti yang tertulis dalam surat Roma 6:14-15, coba kita lihat benarkah rabi Shaul berkata seperti ini?

"Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia. Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!" Roma 6:14-15 Mari kita lihat terjemahan yang benar, ternyata diayat ini tidak ada kata Torah: "For sin shall not have dominion over you; for you are not under the law of sin, but under unmerited favor. (Ayat 14). What then? shal we sin again, because we are free from the law of sin, but under unmirited favor? let it not be (Ayat 15) Jadi jelas diayat ini tidak ada kata Torah sama sekali tetapi "The law of sin" yang oleh LAI diterjemahkan Torah, jelas hal ini SANGAT TIDAK TEPAT, karena "The law of sin" atau hukum dosa itu sebenarnya adalah kecenderungan hati manusia untuk selalu bermain-main dengan dosa, (Roma 7:13,15) itulah "The law of sin" bukan Torah.