Jumat, 21 Juni 2019

EASTER ATAU PASSOVER?



Setiap jatuh hari perayaan kebangkitan Yesus dari kematian, hampir semua orang Kristen di dunia Barat akan mengucapkan “Happy Easter!”. Dan ucapan tersebut diteruskan diberbagai belahan dunia Kristen termasuk Indonesia dengan mengucapkan salam tersebut di atas. Pertanyaannya, mengapa tidak mengucapkan “Selamat Paskah” atau “Happy Pesakh?”

Apakah Paskah itu?

Gereja Kristen hampir secara keseluruhan menunjuk istilah Paskah sebagai hari perayaan kebangkitan Yesus dari kematian. Namun itu tidak tepat. Sebagaimana kita ketahui bahwa Yesus secara kemanusiaan adalah seorang Yahudi (Ibr 7:14). Sebagai seorang Yahudi tentu saja beliau melaksanakan peribadatan sebagaimana yang diatir dalam Torah baik ibadah harian tiga kali sehari (Tefilah), ibadah pekanan (Sabat), ibadah bulanan (Rosh Kodesh) serta ibadah perayaan tahunan yaitu Tujuh Hari Raya (Sheva Moedim).

Perayaan Yahudi yang pertama adalah Paskah. Kata Paskah berasal dari bahasa Aramaik Paska dan bahasa YunaniPascha dan berasal dari bahasa Ibrani Pesakh yang artinya melewati (Kel 12:12-13). Dalam terjemahan berbahasa Inggris, kata Pesakh yang artinya “melewati” adalah Passing Over atau Passover. Tuhan YHWH akan melewati rumah keluarga Israel yang teroles tanda darah di palang pintu sementara terhadap rumah orang Mesir, YHWH akan mendatangkan kematian karena tidak ada olesan darah.

Pesakh Israel ditandai dengan makan roti tidak mengandung ragi dan sayur pahit. Namun dalam perkembangannnya, ditambahkan meminum anggur yang tidak mengandung ragi atau fermentasi.

Yesus Sang Mesias pun melaksanakan Pesakh sebagaimana terekam dalam Lukas 22:7-9 sbb, “Maka tibalah hari raya Roti Tidak Beragi, yaitu hari di mana orang harus menyembelih domba Paskah. Lalu Yesus menyuruh Petrus dan Yohanes, kata-Nya: "Pergilah, persiapkanlah perjamuan Paskah bagi kita supaya kita makan." Kata mereka kepada-Nya: "Di manakah Engkau kehendaki kami mempersiapkannya?”. Namun malam hari saat Yesus melaksanakan Perjamuan Pesakh (atau dikenal dalam istilah Yahudi dengan sebutan Seder Pesakh) ada yang berbeda. Jika Pesakh yang dilaksanakan setiap tahun selalu menunjuk pada peristiwa YHWH terhadap Israel yaitu membebaskan dari tulah maut dan menuntun bangsa Israel melewati Laut Teberau, maka malam hari itu Yesus Sang Mesias menjadikan peristiwa tersebut sebagai penanda dan peringatan akan karya pengorbanan dan kewafatannya untuk menjalankan rencana YHWH Sang Bapa yaitu menghapus dosa dan membinasakan kutuk dosa umat manusia yang berujung pada maut kekal.

Yesus bersabda Mengenai cawan berisi anggur, Yesus berkata dalam Matius 22:17 dan 20 sbb: “Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata: "Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu. Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu. Mengenai roti tidak beragi, Yesus berkata dalam Lukas 22:19 sbb: ”Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."

Penting menggarisbawahi pernyataan Yesus, “perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku." (Luk 22:19). Apa artinya?Pertama, Pesakh adalah sebuah Peringatan (Ibr: Zikaron, Yun: Anamnesis) terhadap penderitaan dan kewafatan Yesus Sang Anak Domba yang dikorbankan. Kedua, Peringatan tersebut dilaksanakan satu tahun sekali sebagaimana Tujuh Hari Raya yang diawali dari Pesakh sampai Sukkot (Pondok Daun) dilaksanakan selama satu kali dalam satu tahun. Ketiga, Pesakh dilaksanakan pada malam hari bukan pagi atau siang hari sebagaimana rasul Paul berkata, “Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Junjungan Agung yaitu bahwa Junjungan Agung Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!” (1 Kor 11:23-25).

Apakah Easter itu?

Menurut definisi Wikipedia sbb: “Easter (Inggris Kuno: Eostre; Yunani: Πάσχα, Paskha, bahasa Aram: פֶּסחא Pasha, dari bahasa Ibrani: פֶּסַח Pesa) adalah hari raya Kristen dan hari libur merayakan kebangkitan Yesus Kristus pada hari ketiga setelah penyaliban-Nya di Kalvari seperti yang dijelaskan dalam Perjanjian Baru . Paskah didahului oleh Prapaskah, masa empat puluh hari puasa, doa, dan penebusan dosa. Minggu terakhir Prapaskah disebut Pekan Suci, dan berisi hari-hari Triduum Paskah, termasuk Kamis Putih, Putih dan memperingati Perjamuan Terakhir, serta Jumat Agung, memperingati penyaliban dan kematian Yesus. Paskah diikuti dengan periode lima puluh hari disebut Paskah atau Musim Paskah, berakhir dengan Pentakosta Minggu. Festival ini disebut dalam bahasa Inggris oleh berbagai nama yang berbeda termasuk Hari Paskah, Minggu Paskah, Hari Kebangkitan dan Kebangkitan Minggu”[1]. Kata Easter dalam definisi di atas lebih menekankan makna masa kini pengertian Easter yang dihubungkan dengan kebangkitan Yesus. Pengertian yang dibangun berdasarkan dogma berabad-abad. Namun akan memeriksa kembali bangunan dogma tersebut berdasarkan kajian Kitab Suci dan sejarah.

Asal Usul Kata Easter

Kita akan mengkaji asal usul kata Easter berdasarkan rujukan literatur terpercaya sbb:

The New Encyclopaedia Britannica: “...diturunkan dari upacara dan simbolisme kuno festival musim semi Eropa dan Timur Tengah kafir. Salah satu simbol adalah kelinci Paskah dan disebut sebagai pengganti modern untuk kelinci yang merupakan simbol kesuburan di Mesir kuno”[2]

The Encyclopedia of Religion: “Juga populer di kalangan orang Eropa dan Amerika pada saat Paskah adalah makan Ham (daging babi), karena babi dianggap sebagai simbol keberuntungan dalam budaya pra-Kristen Eropa...Dalam agama rakyat tradisional telur merupakan simbol kuat dari kesuburan, kesucian, dan kelahiran kembali dan ini digunakan dalam ritual magis untuk mempromosikan kesuburan dan mengembalikan kejantanan; Untuk melihat ke masa depan, untuk membawa cuaca yang baik, untuk mendorong pertumbuhan tanaman dan melindungi ternak dan anak-anak terhadap kemalangan, terutama mata jahat yang ditakuti”[3]



Wikipedia: “Easter adalah istilah bahasa Inggris modern yang dikembangkan dari bahasa Inggris Kuno Eastre atau Eostre yang dikembangkan sebelum tahun 899 Ms. Nama Easter mengacu pada Eostur-monath (Inggris Kuno "bulan Eostre"), satu bulan kalender Jermanik sebagaimana dibuktikan oleh Bede, yang menulis bahwa bulan ini dinamai Eostre yaitu dewi Anglo-Saxon paganisme. Bede mencatat bahwa Eostur -monath adalah setara dengan bulan April, namun pesta yang sebelumnya diadakan untuk menghormati dewi Eostre selama Eostur-monath telah dikeluarkan dari penggunaan paganismenya dan telah diganti dengan kebiasaan Kristen dari "musim Paskah".

Dari pernyataan tiga Ensiklopedi tersebut dapat disimpulkan bahwa kata Easter dari kata Eostre berhubungan dengan nama dewi kesuburan dari kebudayaan Eropa kuno serta kekafiran Timur Tengah kuno.

Namun demikian nama Easter telah lekat menjadi kosa kata Kristen khususnya ketika kitab terjemahan dalam bahasa Inggris yang terkemuka yaitu King James Version memasukannya dalam terjemahan Kisah Rasul 12:4 sbb: “And when he had apprehended him, he put him in prison, and delivered him to four quaternions of soldiers to keep him; intending afterEaster to bring him forth to the people”. Padahal seharusnya kata yang benar adalah Paskah atau Pesakh.

Kontroversi Quartodecimans

Dalam sepanjang sejarahnya, perayaan Easter dan Pesakh menjadi perdebatan sepanjang Abad 2 Ms khususnya oleh beberapa kelompok di Asia Kecil yang disebut dengan Quartodecomans (Lat: Empat belas). Mereka menekankan bahwa perayaan Pesakh seharusnya dilaksanakan pada tanggal 14 Nisan.

Menurut Harper's Bible Dictionary dikatakan sbb: “Namun demikian, pada pertengahan abad kedua, beberapa orang Kristen bukan Yahudi mulai merayakannya pada hari Minggu setelah 14 Nisan, dengan hari Jumat sebelumnya dirayakan sebagai hari penyaliban Kristus, dengan mengabaikan penetapan tanggalnya. Kontroversi yang dihasilkan selama kurun waktu tersebut perihal ketepatan perayaan Paskah memuncak pada tahun 197 Ms, ketika Victor dari Roma mengucilkan orang-orang Kristen yang bersikeras merayakan Easter (yang benar adalah Paskah) pada tanggal 14 Nisan...Perselisihan ini berlanjut sampai awal abad keempat, ketika para Quarto-decimans ... diminta oleh Kaisar Konstantin agar menyesuaikan dengan praktek umum dari kerajaan  yang memelihara penetapan Paskah pada hari Minggu setelah tanggal 14 Nisan, bukan pada tanggal itu sendiri 14 Nisan"[4]

Ditambahkan menurut Ensiklopedi di atas, “Saat ini Easter dirayakan pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama pertama setelah terjadi vernal equinox (sebagaimana ditetapkan oleh Konsili Nicea pada tahun 325 Ms) sehingga Paskah jatuh berbeda untuk Kristen Ortodoks di Timur  - yang tidak seperti Kristen Barat - tidak menerima kalender Gregorian hasil reformasi pada tahun 1582”[5]

Perayaan Mana Yang Dirayakan Gereja Perdana?

Rasul-rasul tidak pernah memerintahkan bahkan menetapkan perayaan Easter. Bukti-bukti induktif dalam Kitab Perjanjian Baru menunjukkan bagaimana Yesus dan rasul-rasulnya tetap melestarikan dan merayakan hari-hari raya tersebut. Yesus merayakan Paskah sebagaimana dilaporkan dalam Matius 26:17-18 (Band. Luk 22:1,7) sbb: “Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: "Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?" Jawab Yesus: "Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku”.

Yesus merayakan Pondok Daun atau Sukkot sebagaimana dilaporkan dalam Yohanes 77:1-2 sbb: “Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun”. 

Bukan hanya Yesus namun para rasulpun memelihara dan merayakan hari-hari raya yang ditetapkan oleh YHWH sebanyak tujuh perayaan (Sheva Moedim) sebagaimana dilaporkan berikut ini.

Rasul Paul merayakan hari raya Pentakosta atau Shavuot sebagaimana dilaporkan dalam Kisah Rasul 20:16 (Band. Kis 2:10, 1 Kor 16:8), “Paulus telah memutuskan untuk tidak singgah di Efesus, supaya jangan habis waktunya di Asia. Sebab ia buru-buru, agar jika mungkin, ia telah berada di Yerusalem pada hari raya Pentakosta”.

Rasul Paul merayakan hari raya Pendamaian atau Yom Kippur sebagaimana dikatakan Kisah Rasul 27:9, “Sementara itu sudah banyak waktu yang hilang. Waktu puasa sudah lampau dan sudah berbahaya untuk melanjutkan pelayaran. Sebab itu Paulus memperingatkan mereka, katanya...”. Frasa “waktu puasa merujuk pada Perayaan Yom Kippur yang ditandai dengan berpuasa dari petang sampai petang.

Dan Bapa Gereja Tertulianus memberikan kesaksian bagaimana umat Kristen pada waktu itu masih memelihara hari-hari raya tersebut. Tertulianus menyebut nama perayaan dua hari raya dari Tujuh Hari Raya (sheva moedim) yaitu Pesakh dan Pentakosta dalam karyanya De Corona pada Bab III dan On Baptism pada Bab 20[6]. Bahkan Catholic Encylopediamenyampaikan penjelasan Tertulianus mengenai hubungan Paskah dengan kebangkitan Yesus sbb, “The connection between the Jewish Passover and the Christian feast of Easter is real and ideal. Real, since Christ died on the first Jewish Easter Day; ideal, like the relation between type and reality, because Christ's death and Resurrection had its figures and types in the Old Law, particularly in the paschal lamb, which was eaten towards evening of the 14th of Nisan” [7] (Hubungan antara Paskah Yahudi dan Kristen hari raya Paskah adalah nyata dan ideal. Karena  kematian dan kebangkitan Kristus, seperti hubungan antara bayangan dan realitas dalam Perjanjian Lama, khususnya dalam korban Paskah yang dimakan menjelang malam hari dari 14 bulan Nisan).

Sekalipun Tertulianus melakukan kesalahan serupa yaitu menghubungkan Paskah (Passover) dengan Kebangkitan (Easter) namun setidaknya akar dari perayaan Yahudi masih diakui dan dipelihara sebagaimana Yesus memeliharanya.

Kesimpulan

Setelah kita mengkaji asal usul kata Easter dan Passover (Pesakh) maka kita melihat sebuah kesenjangan makna dan penyusupan unsur paganisme dalam konsep ibadah Kristen.

Oleh karenanya, kita harus bertekad membuang berbagai unsur paganisme dan mengembalikan makna tata ibadah Kristen yang berakar dari Yahudi dan Yudaisme dengan makna baru yang berpusat pada peristiwa Mesianis yaitu kewafatan dan kebangkitannya.

Jangan lagi kita mengucapkan “Happy Easter” melainkan “Happy Passover” atau “Happy Pesakh”. Sekalipun kita memiliki perbedaan pemahaman dengan mayoritas Gereja yang mewarisi tradisi Barat dimana memaknai Paskah (yang menurut mereka Easter) sebagai kebangkitan Yesus dari kematian, sementara kita memaknainya sebagai peringatan penderitaan dan kewafatan, namun setidaknya ucapan “Happy Passover” atau “Happy Pesakh” dapat menyatukan akar identitas keimanan kita yang bersumber dari Yesus yang Yahudi.

 ----------------------- 

[1] http://en.wikipedia.org/wiki/Easter

[2] Wilbur Berg, What Does Easter Really Commemorate?
http://www.ucg.org/holidays-and-holy-days/what-does-easter-really-commemorate/ 

[3] Ibid.,

[4] Ibid.,

[5] Ibid.,

[6] Father of the Church, Corona, Tertulianus
http://www.newadvent.org/fathers/0304.htm


[7] Holwek F. G. Transcribed by John Wagner and Michael T. Barrett. Easter. The Catholic Encyclopedia, Volume V. Copyright © 1909 by Robert Appleton Company. Online Edition Copyright © 2003 by Kevin Knight. Nihil Obstat, May 1, 1909. Remy Lafort, Censor. Imprimatur. +John M. Farley, Archbishop of New York).


Oleh: Teguh Hindarto
(http://teguhhindarto.blogspot.co.id)