Rabu, 29 Maret 2017

Kitab Injil

Kitab Injil

Injil adalah kitab yang berisi firman-firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Isa as. (Yesus Kristus), putra dari Maryam. Firman Allah SWT. "Dan Kami teruskan jejak mereka dengan mengutus Isa putra Maryam, membenarkan kitab yang sebenarnya, yaitu Taurat. Dan Kami menurunkan Injil kepadanya, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurot, dan sebagai petunjuk serta pengejaran bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Maidah: 46)

Kata Injil semula berasal dari bahasa Yunani euangelion yang berarti kabar gembira. Kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab menjadi Injil. Makna dari kabar gembira yang dimaksud adalah karena Nabi Isa as. menggembirakan para umatnya dengan berita akan kedatangan Muhammad Saw., sebagai utusan Allah SWT yang terakhir untuk seluruh alam. Nabi Isa as. mengajarkan Injil kepada para pengikutnya hanya selama tiga tahun. Tepatnya sejak usia 30 sampai usia 33 tahun. Lalu diangkat/diselamatkan oleh Allah SWT dari pengejaran kaum Yahudi yang ingin menyalibnya. Dalam berdakwah, Nabi Isa Al-Masih dibantu oleh dua belas orang muridnya yang dalam Islam dikenal dengan sebutan Hawariyyun (murid-murid Nabi Isa yang sangat setia). 

Mereka ialah:
1) Andreas
2) Simon Petrus
3) Barnabas
4) Matius
5) Yahya bin Zabdi
6) Ya'kub bin Zabdi
7) Thadeus
8) Yahuda
9) Bartholomeus
10) Pilipus
11) Ya'kub bin Alpius
12) Yahuda Iskariot

Dalam perkembangannya, kitab Injil mengalami banyak perubahan dan distorsi. Perubahan, penulisan ulang serta distorsi yang terus menerus inilah yang membuat jumlah kitab Injil yang beredar mencapai puluhan, sehingga sangat sulit untuk menentukan kitab Injil mana yang asli. Untuk itulah, Kaisar Konstantinus menggelar Konsili Nicea pada tahun 325 M, konsili bersejarah yang dirahasiakan oleh gereja (khususnya Katolik) yang meletakkan dasar-dasar ajaran Kristen yang kita kenal saat ini.

Konsili Nicea

Peristiwa ini sangat penting diketahui, dikarenakan dalam konsili inilah seorang manusia diangkat menjadi serupa dengan Allah. Bukan hanya itu, konsili ini membahas beberapa agenda lain seperti tanggal perayaan Paskah, validitas pembaptisan yang dilakukan oleh kaum bidaah, dan sebagainya. Namun agenda besar dari konsili ini adalah untuk menjawab satu pertanyaan, yaitu “apakah Sang Anak dan Sang Bapa itu satu kehendak atau satu pribadi ?”, yang pada akhirnya menuntun kepada pelantikan Yesus oleh Kaisar Romawi menjadi Tuhan.

Konsili ini digelar oleh Kaisar Konstantinus. Penyebabnya adalah, dia merasa resah akan perdebatan dan perselisihan antara Arius dan Alexander. Ia merasa bahwa perpecahan dalam gereja dapat mengganggu keamanan dan stabilitas negara. Saat itu kekaisaran Romawi sedang dalam perpecahan dan banyak pemberontakan dari wilayah yang berupaya membebaskan diri. Perpecahan dalam gereja hanya akan membuat kerajaan semakin tidak stabil.

Konstantinus berupaya menemukan jalan menyelesaikan pertikaian ini. Pada tahun 325, Kaisar Konstantinus memanggil uskup-uskup dari berbagai penjuru kekaisaran Romawi untuk berkumpul dalam konsili di Kota Nicea (sekarang Iznik di Turki). Konsili ini dibuka dengan pembahasan mengenai permasalahan ajaran Yesus yang dibawa Arius. Eusebius dari Nicomedia memimpin beberapa uskup yang mendukung Arius. Namun ketika Arius membacakan keyakinannya mengenai ke-Esa-an Allah dan pandangan-pandangan lainnya, banyak uskup yang menentang Arius.

Para peserta konsili tidak menerima ajaran Yesus yang dibawa Arius dan memutuskan untuk menolaknya. Mereka berupaya merumuskan suatu pengakuan yang dapat melawan ajaran Injil yesus yang dibawakan Arius. Kemudian Uskup Eusebius dari Kaisarea (Eusebius Pamfili) mengusulkan menggunakan pengakuan yang digunakan di Kaisarea. Pengakuan ini tidak menggunakan kata homoousios (satu hakikat) karena dianggap tidak alkitabiah. Namun, Kaisar Konstantinus dan para uskup lain memilih untuk menggunakannya dalam rumusan pengakuan tersebut untuk menentang Arius, karena Arius terang-terangan menolak konsep homoousios. Hanya dua orang uskup yang mendukung pandangan Arius dan menolak konsep homoousios. Akhirnya diputuskan bahwa Sang Anak (Yesus) tidak diciptakan, namun sehakikat (homoousios) dengan Sang Bapa (Allah), yang dirumuskan dalam Pengakuan Iman Nicea. Ajaran Yesus yang dibawa Arius kemudian ditolak dan Arius bersama beberapa uskup yang mendukungnya kemudian dikucilkan dari gereja dan dibuang serta jabatannya dicopot. Bukunya, Thallia, dibakar dan pengikutnya dianggap sebagai musuh gereja. Di dalam pembuangan, Arius sangat menderita sehingga adik perempuan Kaisar Konstantinus, Konstantia, meminta Konstantinus untuk memulihkan kembali jabatan Arius. Konstantinus menyetujuinya, namun Athanasius, uskup Alexandria yang baru, menolaknya.

Pada tahun 336, upacara pemulihan jabatan Arius kemudian direncanakan untuk dilaksanakan di katedral Konstantinopel. Akan tetapi, upacara tersebut tidak pernah dilaksanakan karena pada sore hari sebelum upacara dilaksanakan, tiba-tiba Arius meninggal karena diracun.

Isi Kitab Injil

Isi yang terkandung dalam kitab Injil berbeda dengan kitab-kitab terdahulu. Kitab Taurat mengajarkan tentang Tauhid (ke-Esa-an Allah SWT), Kitab Zabur mengajarkan puji-pujian (zikir dan doa) kepada Allah SWT, sedangkan Injil mengajarkan tentang pembersihan jiwa-raga dari kekotoran (nafsu duniawi). Dengan kata lain, Injil mengajak manusia untuk hidup zuhud, yakni pola hidup yang tidak mengutamakan hal-hal yang bersifat duniawi.

Sebagai umat Islam kita wajib mempercayai bahwa Injil merupakan kitab dari Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Isa as. Akan tetapi umat Kristen berpendapat lain. Menurut mereka, Injil adalah kisah atau laporan yang disusun oleh para pengikut Isa Almasih tentang kehidupan Isa Almasih, termasuk tentang pengajarannya kepada Bani Israil atau Bangsa Yahudi agar mereka beragama secara benar.

Penting untuk kita ketahui, bahwa Injil yang beredar sekarang ini berbeda dengan aslinya. Kalau begitu dari manakah Injil yang ada saat ini ? Tidak lain adalah karya orang-orang Yahudi yang ditulis beberapa waktu lamanya setelah Nabi Isa as. tiada. Pada mulanya beredar puluhan Injil, namun dalam Konsili di Nicaea, yaitu suatu tempat di Asia Kecil, dekat Konstantinopel pada tahun 325 M yang diadakan oleh Kaisar Konstantinus, diputuskan hanya empat injil yang sah:

1. Injil Matius karya Santo Matius yang disebut juga Lewi anak Alpius, seorang Yahudi yang mula-mula bekerja sebagai pegawai pemungut pajak.

2. Injil Markus karya Markus bin Maryam. Sesungguhnya Markus adalah nama gelar, sedangkan namanya sendiri adalah Yohana atau Yahya. Semula ia seorang beragama Yahudi, kemudian masuk Kristen di tangan Petrus. Riwayat lain mengatakan bahwa penulis Injil Markus adalah guru markus, ialah Petrus. Markus adalah kemenakan dari Barnabas, yang juga penulis Injil. Berdua mereka mengembara (untuk berdakwah) mengabarkan Injil ke Roma, Afrika Utara dan akhirnya menetap di Mesir. Ia meninggal dunia karena dibunuh oleh
para penyembah berhala pada tahun 62 M. Markus, menurut Ibnu Batrik yang juga penulis Masehi, tidak mengakui ketuhanan Yesus. Pahamnya ini diikuti olehpemeluk Nasrani di daerah dakwahnya seperti Afrika Utara, Mesir, dan Habsy. Itulah sebabnya Najasi, Raja Habsyi pada masa Nabi Muhammad saw. juga percaya sepenuhnya bahwa Isa anak Maryam bukanlah Tuhan, melainkan nabi dan rosul sebagaimana nabi-nabi dan rosul-rosul Tuhan yang lain.

3. Injil Lukas dikarang oleh Lukas, seorang tabib kelahiran Antiokia, Yunani. Sumber lain mengatakan, bahwa ia seorang tukang gambar. Ia murid Paulus, dan keduanya tidak pernah bertemu dengan Yesus. Dengan demikian baik Yahya maupun Paulus bukanlah murid Yesus.

4. Injil Yahya. Menurut Encyclopedia Britanica, Injil Yahya ditulis pada tahun 100 M dan Kitab wahyunya tahun 96 M oleh seorang ketua Gereja bernama Yahya atau John the Presbyter yang tinggal di Episus. Jelaslah bahwa Injil Yahya bukan karya Yahya bin Zabid — Murid Yesus, sebab ia terbunuh pada tahun 70 M.

Prof. Stadlein menegaskan bahwa Injil Yahya dikarang oleh seorang mahasiswa dari perguruan Iskandariyah pada abad kedua masehi. Pendapat inilah yang cukup beralasan. Mengapa? Injil Yahya mengajarkan ketuhanan Yesus, di mana ajaran tersebut mula-mula datang dari mazab Iskandariyah yang kemudian disahkan oleh Kongres Nicea pada tahun 325 M semasa Kaisar Constantinus.

Yang jelas Injil Yahya sengaja ditulis untuk menegaskan tentang ketuhanan Yesus. Tentang sejarah penulisan Injil Yahya ini lebih lengkap dan jelas diterangkan dalam buku Kuliah Aqidah Lengkap karya Drs. Humaidi Tatapangarsa (terbitan Bina Ilmu, Surabaya). Bahwa Injil Yahya mengajarkan ketuhanan Yesus memang dapat dimaklumi, sebab ia ditulis oleh pengarangnya memang untuk tujuan itu atas desakan dari orang-orang disekitarnya.

Seorang penulis Masehi dari Libanon, Jerjis Zuwen mengatakan: "Sesungguhnya Syirbantus dan Abisu beserta pengikut mereka di waktu mengajarkan agama Masehi berpendapat bahwa Al-Masih tidak lain adalah seorang manusia dan dia tidak ada sebelum ibunya Maryam. Oleh karena itu pada tahun 96 berkumpullah semua pendeta Asia dan lain-lain di tempat Yahya. Mereka mengharapkan agar Yahya menulis tentang Al-Masih dan menyerukan sebuah Injil yang belum ditulis oleh ahli-ahli Injil yang lain. Lalu ditulisnya dengan cara tersendiri tentang ketuhanan Al-Masih." Penulis Masehi lainnya, Yusuf Al-Dubai Al-Khouri menerangkan pula. "Sesungguhnya yahya mengarang Injilnya pada penghabisan hidupnya atas permohonan pendeta-pendeta Asia. Penyebabnya adalah karena di sana terdapat beberapa golongan yang mengingkari ketuhanan Al-Masih. Mereka meminta kepadanya agar ditegaskan ketuhanan Al-Masih itu dan disebutkan apa-apa yang ditinggalkan oleh Matius, Markus dan Lukas dalam Injil-injil mereka." Jadilah Injil Yahya adalah satu-satunya Injil, di antara keempat Injil, yang diakui sah oleh kalangan gereja, yang secara tegas mengajarkan ketuhanan Yesus.

Injil-injil selain yang keempat itu dinyatakan sebagai injil Apocrypha (injil-injil yang tidak sah, yang dilarang terbit dan harus dimusnahkan). Injil-injil yang dinyatakan tidak sah tersebut, antara lain:
1. Injil Andreas
2. Injil Apeles
3. Injil Barnabas
4. Injil Duabelas
5. Injil Ebionea
6. Injil Ibrani
7. Injil Marcion
8. Injil Maria
9. Injil Mathias
10.Injil Nicodemus
11.Injil Orang-orang Mesir
12.Injil Philip
13.Injil Thomas
14.Injil Yakobus
15.Injil Yudas Iskariot

Di antara semua Injil yang tersebut di atas, baik yang sah maupun tidak, sesungguhnya Injil Barnabas yang menarik perhatian, terutama bagi umat Islam. Isi Injil Barnabas banyak persamaannya dengan yang diberitakan dalam Al-Qur'an. Sebab dalam kitab tersebut, antara lain, diterangkan juga:

1) Yesus tidak disalib, yang disalib sebenarnya Yudas Iskariot yang telah diserupakan oleh Tuhan, baik rupa maupun suaranya, dengan rupa dan suara Yesus. Sedang Yesus sendiri loncat bersama malaikat dan terus diangkat ke hadirat Allah SWT (Pasal 215, 216, dan 217).

2) Yesus bukan anak Allah, bukan pula Tuhan, tetapi seorang rosul (utusan) Allah

3) Bahwa putra Nabi Ibrahim as. yang akan disembelih karena perintah Allah SWT adalah Ismail, bukan Ishaq seperti yang tersebut dalam Perjanjian lama yang ada sekarang ini.

4) Mesias (yang dimaksudkan di sini "pembebas dunia" atau "juru selamat" ) atau Almasih yang dinanti-nantikan itu bukan Yesus akan tetapi Muhammad — nabi dan rosul Allah yang terakhir.

Hanya saja, yang patut disesalkan, Injil Barnabas oleh Pihak Gereja digolongkan sebagai Injil yang tidak sah, sehingga ditarik dari peredaran dan dimusnahkan. Tetapi pada tahun 1709, Cremer Toland, seorang penasihat Raja Prusia menemukan naskah tertua Injil Barnabas dalam bahasa Italia yang semula tersimpan rapi di perpustakaan seorang terkemuka di Amsterdam. Dari naskah berbahasa Italia itulah dibuat terjemahannya ke bahasa lain seperti bahasa Inggris, Sepanyol dan Arab. Injil adalah kitab yang berisi firman-firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Isa as. (Yesus Kristus), putra dari Maryam. Firman Allah SWT. "Dan Kami teruskan jejak mereka dengan mengutus Isa putra Maryam, membenarkan kitab yang sebenarnya, yaitu Taurot. Dan Kami menurunkan Injil kepadanya, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurot, dan sebagai petunjuk serta pengejaran bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. 5/ Al-Maidah: 46)

Sumber:
Makalah Pendidikan Agama Islam (Kitab Injil)
Kelompok : Alfisyahrin Ariwanto, Chiara Choiri, Rizka Apriliana, Umair M.Raihan
XI MIPA 3, SMA Negeri 3 Bogor, 2015

Kamis, 23 Maret 2017

Berhala: Apa Kata Taurat?

Kali ini meneruskan pembahasan mengenai ke-2 perintah pertama dari 10 Perintah TUHAN yang tercantum di dalam Taurat. Yang lalu kita sudah membahas perintah ke-1, yaitu, "Jangan ada ilah lain di hadapan (di "muka") -Ku." Hari ini kita akan membahas perintah yang ke-2:

"Jangan membuat bagimu patung
yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas,
atau yang ada di bumi di bawah,
atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
Jangan sujud menyembah kepadanya
atau beribadah kepadanya..."

(Kel 20:4-5)


Dalam pelajaran yang lalu, sudah kita bahas bahwa urutan di dalam 10 Perintah TUHAN menunjukkan urutan keparahan/ beratnya dosa seseorang apabila mereka melanggarnya. Semakin tinggi letak perintah itu di dalam 10 Perintah tersebut, semakin parah/ semakin berat dosanya apabila dilanggar.

Dengan demikian kita tahu bahwa urutan dosa terparah kedua adalah penyembahan berhala seperti yang tertulis dalam perintah ke-2 ini. Namun apa bedanya perintah ke-2 ini dari perintah yang pertama?

Dosa yang terbesar dipegang oleh mereka yang memang menyembah Bapa, tetapi memiliki selingkuhan di sampingnya. Apabila ada yang bertanya, "Mengapa bangsa Yahudi menolak Yesus sebagai TUHAN?" Inilah jawabnnya: di mata bangsa Yahudi, inilah yang dilakukan oleh gereja: menyembah Bapa, TUHAN-nya Abraham, tetapi memiliki selingkuhan di muka TUHAN -- Yesus.


Dosa terbesar kedua, setelah yang di atas ini, adalah "membuat patung yang menyerupai apapun" dan menyembahnya. Jadi apapun yang tangan manusia sendiri buat dan ciptakan, itu tidak boleh menjadi objek penyembahan. Garis besar dari perintah ini adalah memberikan definisi yang jelas tentang penyembahan berhala. Inilah definisi itu: penyembahan berhala adalah mengambil segala sesuatu yang berstatus "ciptaan" dan memberikan status "Pencipta" padanya, serta menyembahnya sebagai sang pencipta.

Baca definisi ini kembali secara perlahan-lahan:

Penyembahan berhala... adalah mengambil segala sesuatu yang berstatus "CIPTAAN"... dan memberikannya status "Pencipta"... serta menyembahnya sebagai "SANG PENCIPTA".

Apakah hal ini terdengar familiar?

Perintah ke-2 ini adalah alasan kedua mengapa bangsa Yahudi menolak Yesus sebagai TUHAN. Kekristenan mengajarkan bahwa Yesus adalah "Pencipta yang berinkarnasi menjadi CIPTAAN". Ini diajarkan dengan jelas di Yoh 1:1-14 serta Fil 2:6-7. Justru konsep inilah yang menjadi alasan tajam bagi mereka untuk tidak membungkuk padanya -- sang ciptaan.

Mungkin Anda mengatakan, "Tetapi Bapa dan Yesus adalah satu." -- Baiklah. Seberapa "satu"nya mereka? Karena, di Yoh 14:28, Yesus mengakui, "Bapa lebih besar daripada aku". Apabila Yesus adalah TUHAN juga, tuhan seperti apakah dia? Tuhan kecil? Karena Bapa adalah lebih besar darinya. Jadi, ada berapa tuhan? (1) Bapa - Tuhan besar. (2) Yesus - Tuhan kecil. Di sini bangsa Yahudi terpentok lagi dengan Perintah ke-1 -- "Jangan ada ilah lain di MUKA-Ku!"

Atau...

Mungkin hanya Bapa yang adalah TUHAN, lalu Yesus adalah inkarnasiNya (Tuhan jadi ciptaan). Namun apabila demikian, maka bangsa Yahudi terpentok lagi dengan perintah ke-2 - penyembahan berhala. Penyembahan berhala adalah "mengambil ciptaan dan menyembahnya menjadi sang pencipta."

Sekarang Anda mengerti mengapa  bangsa Yahudi tidak menyembah Yesus sebagai tuhan.

Sumber:
Eits Chaim
Elisheva Wiriaatmadja