Jumat, 25 Desember 2015

Pengantar Bahasa Koine Yunani (Κοινὴ Ἑλληνική)

Koine Yunani

Bahasa Koine Yunani (Κοινὴ Ἑλληνική) merujuk Bahasa Koine Yunani (Κοινὴ Ἑλληνική) merujuk kepada bentuk-bentuk bahasa Yunani yang dipakai pada masa pasca-klasik (kurang lebih dari 300 SM – 300 M). Nama-nama lain bahasa ini adalahbahasa Yunani Iskandariah, Yunani Helenistik, Yunani Umum, atau Yunani Perjanjian Baru. Bahasa Yunani Koine tidak hanya penting bagi bangsa Yunani karena merupakan bahasa umum pertama yang juga merupakan moyang bahasa Yunani Demotik namun karena pengaruhnya yang sangat besar bagi perkembangan kebudayaan Dunia Barat dan fungsinya sebagai lingua franca daerah Laut Tengah. Bahasa Koine juga merupakan bahasa yang dipakai untuk menuliskan kitab Perjanjian Baru. Bahasa Yunani Koine di samping bahasa Latin merupakan sebuah bahasa penting di Kekaisaran Romawi.

Kata koine (Κοινὴ) artinya adalah "umum" jadi maksudnya ialah "bahasa Yunani Umum" yang bisa dimengerti semua orang Yunani.

Sejarah

Bahasa Yunani Koine sebagai dialek umum di antara bala tentara Alexander yang Agung. Ketika negara-negara Yunani yang bersekutu di bawah Makedonia menaklukkan dan mengkolonisasi dunia yang diketahui, bahasa bersama mereka dipertuturkan dari Mesir sampai ke perbatasan India. Meski unsur-unsur bahasa Koine baru terwujud pada masa Yunani Klasik akhir, periode Pasca-Klasik Yunani dari mangkatnya Alexander pada tahun 323 SM ketika budaya-budaya di bawah pemerintahan Helenistik pada gilirannya memengaruhi bahasa ini. Periode selanjutnya yang dikenal dengan istilah Bahasa Yunani Pertengahan, ditarikh muncul pada pendirian Konstaninopel oleh Konstantin I di tahun 330. Masa Pasca-Klasik ini jadi merujuk kepada diciptakannya dan perkembangan bahasa Yunani Koine selama keseluruhan era Helenistik dan Romawi pada sejarah Yunani sampai munculnya Abad Pertengahan.

Istilah Koine


Koine (Κοινή), dalam bahasa Yunani artinya adalah "Umum", sebuah istilah yang sebelumnya juga pernah digunakan oleh beberapa ilmuwan kuna untuk merujuk ke beberapa jenis bahasa Yunani. Sebuah mazhab ilmuwan seperti Apollonius Dyscolus dan Aelius Herodianus menggunakan istilah Koineuntuk merujuk kepada bahasa proto-Yunani, sementara yang lain menggunakan istilah ini untuk merujuk ke sembarang bentuk lisan bahasa Yunani yang berbeda dengan bahasa tertulis. Ketika Koinesecara bertahap berkembang menjadi bahasa kesusastraan, beberapa orang membedakannya menjadi: bahasa Yunani-Hellenik sebagai bahasa sastra masa pasca-klasik dan Koine sebagai bahasa lisan yang populer. Sedangkan yang lain lebih suka menggunakan istilah "Dialek Iskandariah" (Περὶ τῆς Ἀλεξανδρέων διαλέκτου) untuk merujuk Koine. Istilah "Dialek Iskandariah" ini sering dipakai oleh para pakar klasik modern.

Asal-usul


Akar atau asal-usul dialek umum bahasa Yunani tidaklah jelas sejak masa kuna. Semasa zaman Hellenistik, sebagian besar pakar mengira bahwa Koine muncul karena pembauran empat dialek utama Yunani kuna; "ἡ ἐκ τῶν τεττάρων συνεστῶσα" (komposisi dari empat). Pandangan ini didukung oleh pakar linguistik dari Austria pada tahun 1901 oleh P. Kretschmer di bukunya "Die Entstehung der Koine", sementara sang pakar Jerman Wilamowitz dan Perancis Antoine Meillet, yang penelitian mereka berdasarkan pengaruh kuat unsur-unsur bahasa Yunani Attik — seperti partikel σσ dan bukan ττ atau ρσ daripada ρρ (θάλασσα — θάλαττα, ἀρσενικός — ἀρρενικός) — menganggap bahwa Koine adalah sebuah bentuk sederhana bahasa Yunani dialek Ionia. Jawaban terakhir yang secara luas di bidang akademi diterima, diberikan oleh sang pakar dari Yunani G. N. Hatzidakis, yang membuktikan bahwa meski ada "komposisi dari empat" ini, inti stabil bahasa Koine adalah bahasa Attik. Dengan kata lain bahasa Koine bisa dianggap sebagai bahasa Attik dengan campuran ketiga dialek Yunani lainnya. Kadar pentingnya unsur-unsur non-Attik lainnya dalam bahasa Koine bisa bervariasi tergantung kepada daerah Dunia Hellenistik yang berbeda-beda. Jadi misalkan kosa kata dari pemukiman Ionia di Asia Kecil dan Siprus lebih banyak memuat kata-kata Ionia daripada yang lain. Bahasa kesusastraan Koine pada masa Hellenistik banyak menyerupai bahasa Attik sehingga seringkali disebut sebagai Attik Umum.

PENDAHULUAN

Bahasa Yunani yang merupakan bahasa asli Perjanjian Baru (Injil orang Kristen) yang memiliki sejarah yang panjang sejak abad ke-13 sebelum Masehi hingga masa kini. Bentuk paling dini dari bahasa ini disebut Linear B (abad ke-13 sM). Bentuk bahasa Yunani yang digunakan oleh penulis dari Homer (abad ke-8 sM) hingga Plato (abad ke-4 sM) disebut Bahasa Yunani Klasik. Alphabet Yunani berasal dari abjad Fenisia seperti halnya dengan alefbet Ibrani. Bahasa Yunani Klasik memiliki aneka ragam dialek dengan tiga dialek utama yaitu Doric, Aeolic, dan Ionic.

Raja Philip dari Makedonia menaklukkan Athena di abad ke-4 sM. Putranya, Aleksander Agung mengembangkan kebudayaan dan bahasa Yunani di daerah jajahannya. Aleksander berbicara dalam dialek Attic, cabang dari dialek Ionic, dan dialek inilah yang berkembang. Dialek ini juga digunakan oleh penulis Athena kenamaan. Saat itulah permulaan dari Abad Helenistik.

Oleh karena bahasa Yunani berkembang dan bertemu dengan bahasa-bahasa lain, bahasa-bahasa ini berinteraksi satu sama lain. Hal ini menyebabkan adanya adaptasi bahasa yang dewasa ini dikenal sebagai bahasa Yunani Koine. Kata κοινη-koinê berarti umum, bermakna bahasa sehari-hari. Bahasa Yunani Koine adalah bentuk yang lebih sederhana dari bahasa Yunani klasik dan banyak unsur-unsur lain yang hilang dari bahasa Yunani klasik. Bahasa Yunani Koine inilah yang digunakan di dalam Septuaginta, yaitu terjemahan Tanakh Ibrani (Perjanjian Lama) ke dalam bahasa Yunani, Perjanjian Baru dan tulisan-tulisan dari para Bapa Gereja.

ALPHABET (ABJAD)

Bahasa Yunani memiliki dua puluh empat aksara (huruf). Sebenarnya masih ada huruf-huruf lain, tetapi tidak digunakan lagi sebelum periode klasik. Perjanjian Baru Yunani ditulis dalam huruf kapital tanpa tanda baca, tekanan suara, bahkan tanpa spasi antar huruf. Sebagai contoh, frasa pertama Yohanes (Yochanan) 1:1.

ΕΝΑΡΧΗΗΝΟΛΟΓΟΣ

Huruf kecil dikembangkan setelah akhir abad pertama Masehi dan frasa pertama Yohanes (Yochanan) 1:1 disalin menjadi:

εν αρχη ην ο λογος
en arkhê ên ho logos


Greek alphabet - Modern pronunciation
Greek pronunciation notes
Greek diphthongs, consonant combinations, ligatures and other special letters
Notes on the pronunciation of Greek diphthongs and consonant combinations

Greek alphabet (Modern pronunciation)

Α - α - Alpha
Aksara pertama, dibunyikan seperti a dalam abad, dan dialihhurufkan (transliterasi) dalam aksara Latin dengan huruf a. Secara figuratif digunakan untuk menunjukkan urutan pertama.


Penyalinan huruf (transliterasi) adalah kemiripan suatu huruf dalam bahasa lain, seperti α - alpha di atas. Hal ini tidak berarti bahwa kombinasi yang mirip dari aksara suatu bahasa bermakna sama seperti kombinasi dalam bahasa lain. Kata dalam bahasa Indonesia adalah kombinasi huruf tertentu yang mengandung makna sedangkan κατα-kata dalam bahasa Yunani berarti sesuai dengan, menurut. Disebabkan oleh kemiripan suara dan fungsi antara α - alpha Yunani dengan huruf Latin a, maka dikatakan bahwa aksara Latin a adalah transliterasi dari aksara Yunani α - alpha.

Β - β - Beta
Aksara kedua, dibunyikan seperti b dalam badan, dan dialihhurufkan (transliterasi) dalam aksara Latin dengan huruf b.

Γ - γ - Gamma
Aksara ketiga, dibunyikan seperti g dalam gigi, dan dialihhurufkan (transliterasi) dalam aksara Latin dengan huruf g. Aksara γ -gamma memiliki bunyi g yang keras, jika diikuti dengan γ-gamma, κ -kappa, χ-khi atau ξ -xi, aksara ini dibunyikan n.

αγγελλος
aggelos
dibunyikan: ang-e-los

Δ - δ – Delta
Aksara keempat, dibunyikan seperti d dalam dada, dan dialihhurufkan (transliterasi) dalam aksara Latin dengan huruf d.

Ε - ε - Epsilon
Aksara kelima, dibunyikan PENDEK seperti e dalam enak, dan dialihhurufkan (transliterasi) dalam aksara Latin dengan huruf e.

Ζ - ζ - Zeta
Aksara keenam, dibunyikan seperti z dalam zalim, dan dialihhurufkan (transliterasi) dalam aksara Latin dengan huruf z. Untuk membedakannya dengan bunyi s, sebagian kalangan mengucapkan huruf ini di awal kata dengan z, tetapi di tengah kata dengan dz.

βαπτιζω - baptizô diucapkan: bap-tid-zo, AKU MEMBAPTIS

Η - η - Eta
Aksara ketujuh, dibunyikan PANJANG seperti e dalam enak, dan dialihhurufkan (transliterasi) dalam aksara Latin dengan huruf ê, yaitu e dengan karakter ^ di atasnya [ALT-0234]. Harap bedakan aksara ini dengan aksara Latin h atau n.

Θ - θ - Theta
Aksara kedelapan, dibunyikan seperti th dalam kata Inggris thank (terima kasih), diucapkan dengan meletakkan lidah di antara gigi atas dan bawah serta menghembuskan nafas keras. Aksara ini dialih-hurufkan (transliterasi) dalam aksara Latin dengan huruf th. Ada lima aksara Yunani yang ditransliterasikan dalam gabungan dua aksara Latin seperti di atas. Aksara seperti ini disebut konsonan ganda.

Ι - ι - Iota
Aksara kesembilan, dibunyikan seperti i dalam ibu, dan dialihhurufkan (transliterasi) dalam aksara Latin dengan huruf i.

Κ - κ - Kappa
Aksara kesepuluh, dibunyikan seperti k dalam kabar, dan dialihhurufkan (transliterasi) dalam aksara Latin dengan huruf k.

Λ - λ - Lambda
Aksara kesebelas, dibunyikan seperti l dalam lada, dan dialihhurufkan (transliterasi) dalam aksara Latin dengan huruf l.

Μ - μ - Mu
Aksara kedua belas, dibunyikan seperti m dalam mata, dan dialihhurufkan (transliterasi) dalam aksara Latin dengan huruf m.

Nama konsonan dibentuk dengan bantuan sebuah vokal, tetapi bunyi konsonan itu tidak termasuk vokal itu. Sebagai contoh, jika kata μ - mu muncul dalam suatu kata, tidak ada bunyi u di sana.


μαγεια - mageia, PERBUATAN SIHIR/MAGIC

Ν - ν - Nu
Aksara ketiga belas, dibunyikan seperti n dalam nama, dan dialihhurufkan (transliterasi) dalam aksara Latin dengan huruf n. Dari segi bentuk aksara ν - nu Yunani mirip dengan aksara Latin v, dan dalam hal ini kita harus dapat membedakannya.

Ξ - ξ - Xi
Aksara keempat belas, dibunyikan seperti x (ks) dalam kata Inggris text (baca: tekst), dan dialihhurufkan (transliterasi) dalam aksara Latin dengan huruf x.

Ο - ο - Omicron (baca: o-mai-kron)
Aksara kelima belas, dibunyikan seperti o dalam polos, dan dialihhurufkan (transliterasi) dalam aksara Latin dengan huruf o.

Π - π - Pi
Aksara keenam belas, dibunyikan seperti p dalam padat, dan dialihhurufkan (transliterasi) dalam aksara Latin dengan huruf p.

Ρ - ρ - Rho

Aksara ketujuh belas, dibunyikan seperti r dalam raba, dan dialih-hurufkan (transliterasi) dalam aksara Latin dengan huruf r. Bentuk huruf ini mirip dengan p dalam aksara Latin, seyogianya kita berhati-hati agar tidak menganggapnya sebagai p.

Σ - σ - ς - Sigma
Aksara kedelapan belas, dibunyikan seperti s dalam sabar, dan dialihhurufkan (transliterasi) dalam aksara Latin dengan huruf s. Ada dua bentuk huruf sigma dalam bahasa Yunani, ς muncul pada akhir kata dan σ terletak di awal dan tengah kata, misalnya:
αποστολος – apostolos, Rasul

Τ - τ - Tau

Aksara kesembilan belas, dibunyikan seperti t dalam tahan, dan dialihhurufkan (transliterasi) dalam aksara Latin dengan huruf t.

Υ - υ - Upsilon, baca: ap-sai-lon 

Aksara kedua puluh, dibunyikan seperti u dalam udang, dan dialihhurufkan (transliterasi) dalam aksara Latin dengan huruf u. Jika aksara ini dikombinasikan dengan vokal lain seperti ε - epsilon dan η - êta, maka bunyinya berubah yu, sebagian mengucapkannya dengan ev.

ευαγγελιστης – euaggelistês,
baca: yu-ang-gel-is-tes, 

atau: ev-ang-gel-is-tes, evangelis, penginjil
 

Aksara kapital mirip dengan aksara Y Latin dan bentuk inilah yang banyak diserap serta seringkali ditulis dengan aksara y kecil, misalnya:
δυναμις -dunamis, menjadi dynamis
φυσικος -phusikos menjadi physikos
υπερ - huper menjadi hyper
υρο - hupo menjadi hypo
κερυγμα - kerugma menjadi kerygma
κυριος - kurios menjadi kyrios
μυστεριον - musterion menjadi mysterion,
dan lain-lain

Φ - φ - Phi
Aksara kedua puluh satu, dibunyikan seperti f dalam fajar, dan dialihhurufkan (transliterasi) dalam aksara Latin dengan huruf ph. Huruf kecil phi memiliki dua bentuk penulisan seperti di atas.

Χ - χ - Chi
Aksara kedua puluh dua, dibunyikan seperti ch dalam kata Jerman loch, dan dialihhurufkan (transliterasi) dalam aksara Latin dengan huruf kh (Indonesia) atau ch (Inggris). Bentuk huruf ini mirip dan harap dibedakandengan x Latin. Istilah bahasa Inggris untuk hari Natal yaitu Christmas disingkat X-mas berasal dari huruf ini, yaitu perkembangan dari kata ΧΡΙΣΤΟΣ, χριστος - khristos, Kristus.

Ψ - ψ - Psi
Aksara kedua puluh tiga, dibunyikan seperti ps dalam kata epilepsi (ayan), dan dialihhurufkan (transliterasi) dalam aksara Latin dengan huruf ps. "Psantren"

Ω - ω - Omega 

Aksara terakhir atau aksara kedua puluh empat, dibunyikan PANJANG seperti o dalam kata obat, dan dialih hurufkan (transliterasi) dalam aksara Latin dengan huruf ô [ALT-0244] yaitu huruf o dengan karakter ^ di atasnya. Harap bedakan aksara ini dengan w Latin.

Secara Ringkas sebagai berikut

KUNCI TRANSLITERASI : 


Α - α - Alpha : transliterasi "a"

Β - β - Beta : transliterasi "b"

Γ - γ - Gamma : transliterasi "g"

Δ - δ - Delta : transliterasi "d"

Ε - ε - Epsilon : transliterasi "e"

Ζ - ζ - Zeta : transliterasi "Z"

Η - η - Eta : transliterasi "ê" Ê
 

Θ - θ - Theta : transliterasi "th"

Ι - ι - Iota : transliterasi "i"

Κ - κ - Kappa : transliterasi "k"

Λ - λ - Lambda : transliterasi "l"

Μ - μ - Mu : transliterasi "m"

Ν - ν - Nu : transliterasi "n"

Ξ - ξ - Xi : transliterasi "X"

Ο - ο - Omicron : transliterasi "o"

Π - π - Pi : transliterasi "p"

Ρ - ρ - Rho : transliterasi "r"

Σ - σ - ς Sigma : transliterasi "s"

Τ - τ - Tau : transliterasi "t"

Υ - υ - Upsilon : transliterasi "u"

Φ - φ - Phi : transliterasi "ph"

Χ - χ - Chi : transliterasi "ch" atau "kh"

Ψ - ψ - Psi : transliterasi "ps"

Ω - ω - Omega : transliterasi "ô" atau "Ô"

DIFTONG

Diftong terdiri atas dua vokal, vokal yang kedua senantiasa ι - iota atau υ - upsilon. Pengucapannya tidak berbeda dengan bahasa Indonesia, kecuali ευ atau ηυ yang sudah dijelaskan sebelumnya.

αι - ai
ει - ei
υι - ui
αυ – au
ου- ou υι- ui, dibunyikan: wi
ευ - eu ; ηυ - êu, dibunyikan: yu atau ev



Cetakan Modern Injil Bahasa Yunani Asli yang menjadi rujukan terjemahan.

Tanda Aksen

Perhatikan tanda `(koma terbalik di atas / seperti petik buka) dan ' (koma di atas / seperti petik tutup) di atas huruf vokal ο dan ε dalam kalimat di atas. Kedua tanda itu disebut tanda hembus (breathing), digunakan untuk kata-kata yang dimulai dengan huruf vokal. Tanda ` adalah tanda hembus berbunyi (rough breathing), dilafalkan dengan "h" dan tanda v adalah tanda hembus diam (smooth breathing), dilafalkan hanya huruf vokal di bawahnya. Jadi, 'ο dibaca "ho" dan εvστιν dibaca "estin".

Ada beberapa lagi tanda aksen, tapi kebanyakan adalah berfungsi untuk membedakan makna kata, dan bahkan ada yang hanya numpang eksis saja hehehehe

Tanda Baca

Perhatikan tanda ; di akhir kalimat di atas. Berbeda dengan penggunaan internasional, tanda titik koma ";" di sini berfungsi sebagai tanda tanya ("?"), sedangkan untuk tanda ";" digunakan titik atas ˙. Tanda titik (.) dan koma (,) tidak ada perbedaan dengan sistem internasional.

Komentar Liberal Theologis

Dalam cetakan naskah asli Yunani, terdapat catatan kaki yang memuat semua varian/perbedaan dari salinan-salinan Kitab Suci. Perbedaan itulah yang mungkin membuat sebuah golongan memahami konsep keagamaan secara berbeda daripada golongan yang lain. Beberapa penerjemah dalam terjemahannya bahkan memasukkan catatan kaki ke dalam sebuah ayat sehingga seolah-olah "catatan kaki" tersebut ada dalam naskah aslinya, padahal aslinya ayat tersebut memang tidak ada. Hal itu akan membuat orang awam tanpa pemahaman naskah asli kitab suci akan menafsirkannya secara berbeda dari konteks aslinya, tidak heran apabila ada ribuan denominasi dalam komunitas mereka.  

Naskah yang adalah Firman Tuhan, seyogyanya terjaga dari tangan-tangan jahil atau ceroboh atau sembrono, naskah aslinya mungkin saja memang terjaga, namun dengan adanya 5000an salinan lebih, yang asli yang mana? Tentu akan membuat orang awam seperti Blogger ini pusing tujuh keliling dibuatnya.

Berikut salah satu contohnya, naskah dalam kurung siku ganda ini posisinya dalam naskah masih dalam perdebatan, ada yang setuju dan ada yang tidak. Para ahli akan memahami, namun orang awam tidak akan memperhatikan kurung siku ganda tersebut dan hanya akan berpendapat itu adalah sebuah ayat.


Omit dalam catatan kaki artinya menghilangkan / tidak ada, angka-angka dan huruf-huruf selanjutnya adalah kode naskah/salinan lain. Penyalin sebuah naskah lain menghapus teks ini, dalam salinan yang lain lagi teks ini tetap ada karena disalin penyalin yang berbeda, semuanya didaftarkan dalam catatan kaki.


======================

From Omniglot :

Ancient Greek alphabet

This alphabet is based on inscriptions from Crete dated to about 800 BC. Greek was written from right to left in horizontal lines at this time. The names of the letters were slightly different to those for later varities Greek. 

Ancient Greek alphabet from Crete

 

Greek alphabet (Classical Attic pronunciation)

 

Greek alphabet - Classical Attic pronunciation

Note

Σ = [z] before voiced consonants
Diphthongs, consonant combinations and other special symbols

 

Obsolete and archaic letters

 

Obsolete and archaic Greek letters

 

Greek numerals and other symbols

 

The Ancient Greeks had two numeric systems: the Acrophonic or Attic system used the letters iota, delta, gamma, eta, nu and mu in various combinations. These letters were used as they represented the first letters of the number names, with the exception of iota: Γέντε (gente) for 5, which became Πέντε (pente); Δέκα (Deka) for 10, Ηἑκατόν (Hektaton) for 100, Χίλιοι (Khilioi) for 1,000 and Μύριον (Myrion) for 10,000. This system was used until the first century BC. 


Acrophonic/Attic Greek numerals


The Acrophonic system was replaced by an alphabetic system that assigned numerical values to all the letters of the alphabet. Three obsolete letters, stigma, koppa and sampi, were used in addition to the standard Greek letters, and a apostrophe-like numeral sign was used to indicate that letters were being used as numerals. 


Greek numerals (Alphabetic system)


======================

Kamis, 12 November 2015

KAJIAN TENTANG HARI KE-33 PENGHITUNGAN OMER (LAG B'OMER)


KAJIAN TENTANG HARI KE-33 PENGHITUNGAN OMER (LAG B'OMER)
Andre Widodo © Talmidim Ha'Mashiach Ministries

Shalom,


Tanggal 18 Iyyar, yaitu pada hari ke-33 penghitungan Omer, dikenal sebagai LAG B'OMER - ל״ג בעומר. Seperti kita ketahui bahwa setiap huruf Ibrani memiliki nilai-nilai angka sendiri. Sistem ini disebut sebagai "GEMATRIA."


Huruf Ibrani LAMED ל memiliki nilai gematria = 30
Huruf Ibrani GIMMEL ג memiliki nilai gematria = 3


Sehingga kata LAG ל״ג memiliki total nilai gematria = 33.


Mengapa hari ke-33 penghitungan Omer (Lag B'Omer) dirayakan? Tanggal 18 Iyyar, yaitu hari ke-33 penghitungan Omer dirayakan untuk mengenang hari wafatnya Rabbi Shimon Bar Yochai (Rashbi) Z"L (זיכרונו לברכה - Zikhrono Livrakha - May his memory be blessed), yang terjadi pada tanggal 18 Iyyar, yaitu hari ke-33 penghitungan Omer.


Siapakah Rashbi? Rashbi Z"L adalah seorang Rabbi di masa Tannaim (tahun 1 CE -tahun 225 CE). Rashbi merupakan salah seorang murid terkenal dari Rabbi Akiva Z"L, yang pada hari wafatnya, beliau menyatakan rahasia-rahasia terdalam (esoterik) dari Torah, atau rahasia-rahasia yang tersembunyi dari Torah. Hasil karya Rashbi Z"L ini dikenal dengan nama "זהר ZOHAR", yang artinya adalah "bercahaya."


Perayaan Lag B'Omer selalu dirayakan di kota Meron, di daerah Utara Galilea (Kinneret), dekat kota Tzfat (Safed), sebuah kota di daerah pegunungan, sekarang menjadi pusat studi Kabbalah.


Apakah Mesianik Judaisme perlu mengetahui tentang Lag B'Omer? Ada beberapa alasan mengapa praktisi Mesianik Judaisme perlu mengetahui Lag B'Omer, yaitu:


1.) = = = = = = =
 
Walaupun Lag B'Omer tidak diperintahkan untuk dirayakan di dalam Torah Moshe, seperti hari raya Chanukah, dan hari raya Purim, tetapi melalui hari raya Lag B'Omer, setiap pemeluk Mesianik Judaisme akan belajar mengenal sejarah Mesianik Judaisme mengapa sampai terpisah dari Orthodox Judaisme. Rashbi adalah murid utama dari Rabbi Akiva. Rabbi Akiva adalah sosok yang mendeklarasikan Shimon Bar Kochba sebagai Mesias bangsa Yahudi yang akan memimpin bangsa Israel melawan bangsa Romawi. Ketika Rabbi Akiva menyatakan bahwa Bar Kochba adalah Mesias, hal ini tidak dapat diterima oleh masyarakat Mesianik Judaisme pada masa itu, karena mereka tidak mungkin menerima Mesias lain selain dari sosok Yeshua dari Natzeret. Karena masyarakat Mesianik Judaisme tidak mau menerima deklarasi bahwa Shimon Bar Kochba adalah Mesias, maka masyarakat Mesianik Judaisme mulai dikucilkan, disingkirkan, dan terpisah dari Orthodox Judaisme, hingga sekarang ini.


Pemberontakan Bar Kochba ini berlangsung dari tahun 132 CE - 135 CE, ketika Bar Kochba mati terbunuh, dan membuktikan bahwa deklarasi Rabbi Akiva terhadap Shimon Bar Kochba sebagai Mesias adalah salah, dan bangsa Israel semakin ditindas oleh bangsa Romawi, dlarang masuk ke kota Yerusalem dan mengalami diaspora.


Peristiwa tragis Bar Kochba ini juga diikuti dengan peristiwa tragis lainnya bahwa masyarakat Mesianik Judaisme pada saat itu juga dikucilkan oleh masyarakat Orthodox Judaisme, dan juga ditindas, diasingkan oleh bangsa Romawi dilarang masuk ke kota Yerusalem.


Melalui kisah tragis Shimon Bar Kochba ini, maka masyarakat Mesianik Judaisme dan masyarakat Orthodox Judaisme yang dulunya satu, beribadah bersama di dalam satu sinagog (mengikuti nasihat Rabbi Gamaliel di Kisah 5:34-39), maka sejak zaman Rabbi Akiva, masyarakat Mesianik Judaisme mulai disingkirkan dengan cara menambahkan "Birkat Ha'Minim" (Doa untuk menghadapi ajaran sesat) di dalam "Shemonei Eshrei."


Mesianik Judaisme dinilai sebagai aliran yang sesat dari Orthodox Judaisme.


Tetapi hal yang sama juga terjadi di dalam Orthodox Judaisme sendiri di masa sekarang, ketika para pengikut Rabbi Schneerson Lubavitch (Chabad) mendeklarasikan bahwa Rabbi Schneerson adalah Mesias bangsa Israel. Sama persis dengan para pengikut Yeshua dari Natzeret yang mempercayai bahwa Yeshua adalah Mesias bangsa Israel.


2.) = = = = = = = 
 
Melalui Lag B'Omer, saat ini kita mempunyai nara sumber yaitu Kitab Zohar, yang menjelaskan banyak rahasia-rahasia tersembunyi dari Torah, yang banyak menjelaskan tentang Ha'Shem dan Raja Mesias. Justru melalui Kitab Zohar, kita dapat melihat figur Yeshua sebagai Mesias bangsa Israel. Contoh: Zohar tentang Yesaya 53 yang menjelaskan bahwa Yesaya 53 adalah berbicara tentang Mesias, dan bukan berbicara tentang bangsa Israel sebagaimana yang sering diklaim oleh para anti-Misionaris (Zohar, Numbers, Pinchus 218a).



Akhirnya, selamat merayakan LagB'Omer...
 חג ל״ג בעומר שמח
Chag Lag B'Omer Sameach

Sumber :

Senin, 12 Oktober 2015

Menghitung Omer

Shalom Aleichem,

OMER [עמר] adalah satuan ukuran yang digunakan oleh masyarakat Israel kuno untuk mengunjukkan berkas hasil bumi dan komoditas kering. Di dalam Torah 1 OMER setara dengan 0,1 dari EPHAH [איפה].

1 OMER = 0,1 EPHAH
1 EPHAH = 10 OMER = 36,4 LITER.

Perintah untuk MENGHITUNG OMER terdapat dalam Imamat 23:10-11, yaitu :

Imamat 23:10"Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Apabila kamu sampai ke negeri yang akan Kuberikan kepadamu, dan kamu menuai hasilnya, maka kamu harus membawa se-BERKAS HASIL PERTAMA dari penuaianmu kepada imam,

Imamat 23:11
dan imam itu haruslah MENGUNJUKKAN BERKAS itu di hadapan TUHAN, supaya TUHAN berkenan akan kamu. Imam harus mengunjukkannya PADA HARI SESUDAH SABAT.Kalimat dalam Imamat 23:10 yang mengatakan "....membawa se-BERKAS HASIL PERTAMA dari penuaianmu kepada imam", adalah mengenai HARI RAYA BUAH SULUNG, yaitu YOM HA'BIKKURIM [יוֹם ביכורים‎].

Dalam Imamat 23:11, dikatakan bahwa "...imam itu haruslah MENGUNJUKKAN BERKAS itu di hadapan TUHAN, supaya TUHAN berkenan akan kamu. Imam harus mengunjukkannya PADA HARI SESUDAH SABAT".

Kapan saatnya imam harus MENGUNJUKKAN BERKAS?

Ada beberapa pendapat mengenai kapan saatnya MENGUNJUKKAN BERKAS, yaitu SEFIRAT HA'OMER [
ספירת העומר] dilakukan, karena kalimat "PADA HARI SESUDAH SABAT" dapat merujuk pada :
   
1.) PENDAPAT KAUM TZADDUKIM (SADUKI)
Hari Minggu (atau Yom Rishon), yaitu hari sesudah SABAT MINGGUAN. Ini adalah penafsiran yang korup dari kaum Tzaddukim (Saduki).

Sebagian orang berpendapat bahwa
karena kaum Saduki pada saat itu mereka menguasai jadwal ibadah Bait Suci Kedua, maka PENGUNJUKKAN BERKAS diadakan pada hari Minggu, yaitu  setelah hari Sabat mingguan.

Pendapat ini keliru, karena ketika para wanita datang pagi-pagi benar pada hari Minggu, Yeshua telah bangkit. (
Matius 28:1; Markus 16:2; Lukas 24:1; Yohanes 20:1).

Jika Yeshua sudah bangkit lebih dulu (BUAH SULUNG), maka interpretasi dari kaum Saduki ini adalah salah. Karena para imam haru MENGUNJUKKAN BERKAS lebih dulu sebelum HARI RAYA BUAH SULUNG.

Sedangkan fakta membuktikan bahwa pagi-pagi benar, hari Minggu Yeshua sudah menjadi BUAH SULUNG KEBANGKITAN, sedangkan MENGUNJUKKAN BERKAS baru akan diadakan hari Minggu siang, bukan Minggu subuh.

Maka pendapat dari kaum Saduki ini, kurang tepat.
 
2.) PENDAPAT KAUM PERUSHIM (FARISI)
Kalimat "PADA HARI SESUDAH SABAT" adalah merujuk kepada Hari Sabat Besar, yaitu Hari Pertama Roti Tidak Beragi yang dapat terjadi pada hari apa saja di dalam seminggu selain dari pada hari Sabat mingguan (Sabtu).

PENGUNJUKKAN BERKAS akan terjadi pada tanggal 16 Nisan siang, yaitu hari setelah Sabat Besar tanggal 15 Nisan, yaitu Hari Pertama Roti Tidak Beragi (Yos. 5:11). Dan HARI RAYA BUAH SULUNG terjadi malamnya yaitu tanggal 17 Nisan, yaitu Hari Kebangkitan Mesias.

Dan ini sesuai dengan apa yang terjadi.
Jadi kapan sebenarnya PENGHITUNGAN OMER dimulai? PENGHITUNGAN OMER dimulai setelah selesai melakukan PENGUNJUKKAN, yaitu mulai tanggal 17 Nisan, kita mulai menghitung 50 hari menuju HARI RAYA SHAVUOT (PENTAKOSTA)

Baruch HaShem b'Shem Yeshua HaMashiach.

















Sumber :

Buku Menghitung Omer Yadid Adonay Ministry
andrewidodotalmidhamashiach.blogspot.com
www.new2torah.com

Senin, 07 September 2015

Etrog VS Lemon

Etrog VS Lemon: Perbedaan Antara Surga dan Bumi 



Seluruh keluarga Yahudi di seluruh dunia, saat ini ramai mencari, memesan dan memetik buah etrog. Etrog ini adalah buah yang sangat istimewa yang memegang peranan penting dalam Hari Raya Sukkot.

Nama latin dari etrog ini adalah citrus medica var. etrog, yang merupakan satu keluarga dengan buah lemon biasa yang dipakai di dapur sehari-hari. Namun varian buah citrus ini, yaitu etrog, memiliki perbedaan yang sangat besar, antara surga dan bumi, dari buah lemon biasa. Apa perbedaannya?

Buah yang Cantik

Perintah Taurat dalam Im 23:40 adalah untuk Sukkot, seorang Yahudi harus mengambil “buah-buah dari pohon-pohon yang elok”. Bahasa Ibraninya adalah “peri etz hadar“. Bahasa Ibrani yang modern memakai kata “hadar” ini untuk menunjuk pada buah citrus. Tetapi citrus yang mana? Dan mengapa bukan lemon?

Pertama-tama, kata “hadar” berarti juga “elok” atau “cantik”. Ada banyak jenis citrus di dunia ini, tetapi Taurat Musa menunjuk citrus yang spesifik – yaitu citrus yang elok. Sementara semua jenis citrus memiliki kurang lebih penampilan yang sama, etrog memiliki penampilan luar yang berbeda sendiri: permukaannya berlekuk-lekuk. Semakin banyak dan dalam lekukannya, semakin mahal harga etrog ini dijual. Kecantikan/ keelokan citrus ini dilihat dari lekukannya. Dalam penafsiran kitab Imamat ini, chazal Ibn Ezra menulis bahwa etrog adalah buah yang paling cantik bentuknya. Dan ketika Taurat memerintahkan kita untuk mengambil buah yang cantik, tidak ada lagi kemungkinan yang lain selain citrus etrog ini.

Kedua, sejak zaman Musa, bangsa Yahudi secara turun temurun menanam etrog di halaman rumah masing-masing, untuk memenuhi mitzvot (perintah) Sukkot ini. Dari generasi ke generasi, setiap tahun, mereka menanam, membudidayakan dan memelihara etrog untuk keperluan perayaan Sukkot. Tidak pernah ada satu masa dimana bangsa Yahudi memiliki keraguan mengenai apa yang dimaksud dengan “peri etz hadar” tersebut. Ini merupakan pengalaman dan pengetahuan turun-temurun yang tidak pernah putus.

Makna Kecantikan

Sebuah etrog berbentuk seperti sebuah jantung (heart) yang melambangkan hati seorang Yahudi yang tzadik. Selain cantik kelakuannya, seorang Yahudi tzadik dituntut untuk memiliki hati yang cantik.
Sebuah etrog juga mengeluarkan wangi yang menyenangkan dan memiliki rasa yang enak. Ini melambangkan seorang Yahudi tzadik yang memiliki karakter yang baik, dan pengetahuan di dalam Taurat yang kuat.

Pusatnya adalah TUHAN

Hati seorang Yahudi yang tzadik pusat hidupnya adalah TUHAN. Apabila Anda membelah sebuah lemon, biji-bijinya akan menghadap ke dalam – sebuah perlambangan manusia dunia ini yang hidup untuk diri sendiri, lebih mementingkan ambisi sendiri, lebih suka mengikuti interpretasinya sendiri akan Taurat, bukannya apa yang benar-benar diinginkan oleh TUHAN. Apabila Anda membelah sebuah etrog, biji-bijinya menghadap ke langit – sebuah perlambangan seorang Yahudi tzadik yang pusat hidupnya adalah TUHAN, mementingkan apa yang dimaksud oleh TUHAN, dan bukan apa maunya; menunggu waktu TUHAN, dan tidak memaksakan waktunya; mementingkan kemurnian pengajaran dan bukan ambisi pribadi.

Sifat yang Kekal

Tinggalkan sebuah lemon di atas meja makan sampai 2 minggu, dan ketika Anda kembali, lemon ini sudah terlihat membusuk dan berjamur. Tinggalkan sebuah etrog di atas meja makan sampai 2 minggu, 2 bulan, 2 tahun, dan ketika Anda kembali, etrog ini tidak membusuk dan tidak berjamur. Dia akan kering, memang, tetapi tidak membusuk.

Ini merupakan perlambangan bangsa Yahudi yang bersifat “kekal”. Kerajaan-kerajaan lain bangkit, membesar dan menjadi jaya, lalu runtuh dan menghilang – Persia, Babylon, Roma-Greeko dll… namun bangsa Yahudi, sekalipun telah dianiaya, diusir, menderita dst… ternyata masih ada sampai ribuan tahun berikutnya sejak keluar dari Mesir, sampai sekarang.

Etrog vs Lemon

Setelah mengerti perbedaan etrog dan lemon, yang seperti perbedaan surga dan bumi, kita akan membahas mengapa seseorang tidak boleh dengan sembarangan menggantikan etrog dengan lemon.
Alasan yang pertama dan utama adalah peringatan TUHAN untuk TIDAK MENGURANGI dan TIDAK MENAMBAH perintah TUHAN (Ul 4:2). Ketika Taurat TUHAN (tertulis dan lisan) memerintahkan untuk mengambil etrog, jangan kurangi menjadi lemon. Atau jangan menambah jadi semangka. Mengambil lemon menggantikan etrog, Anda sedang mengurangi standard ketaatan Anda pada perintah TUHAN.

Alasan yang kedua menyangkut perlambangan. Mengambil lemon untuk merayakan Sukkot Anda, menggantikan etrog, Anda sedang mendeklarasikan diri Anda dan keluarga Anda sebagai lemon – tidak cantik di hadapan TUHAN, tidak menjadikan TUHAN sebagai fokus hidup, dan suatu saat keluarga dan generasi penerus keluarga Anda akan terhilang di hadapan TUHAN, seperti lemon yang akan membusuk dan berjamur.

Selamat bersiap-siap untuk merayakan Sukkot 5776.


Sumber:

Senin, 17 Agustus 2015

Mengenal Abjad Hebrew (Ibrani)

Ibrani adalah sebuah istilah dalam Bahasa Indonesia yang jika ditelusuri berasal dari kata Eber, yaitu salah satu keturunan Noach (Nabi Nuh) dari garis Shem (Dari Shem ini muncul istilah Bangsa Semit), dalam bahasa lain istilah ini disebut Heber, Hebrew, dan variasi lainnya.

Inspirasi penulisan ini adalah catatan kecil Blogger dimasa lalu dan kenyataan bahwa Bahasa Hebrew sendiri sebenarnya bisa dibilang sudah "kritis" bahkan pernah mati selama ratusan tahun dan hanya hidup dalam bahasa Sastra orang Yahudi. Namun ajaibnya saat ini Bahasa itu benar-benar bangkit dan hidup kembali sebagai bahasa sehari-hari. Kebangkitan ini bukanlah tanpa tantangan karena banyak orang dari kalangan mereka sendiri juga menolak penggunaan Bahasa Ibrani sebagai bahasa percakapan kembali karena beberapa alasan. Kita mungkin akan menyebut para penolak ini adalah orang-orang yang kolot bagaikan katak dalam tempurung, walaupun begitu bahasa Ibrani akhirnya tetap eksis dan hidup kembali sebagai bahasa sehari-hari. Tata bahasa disederhanakan, beberapa ejaan lama yang diperbaharui seperti kata Elohim (Tuhan) dari אלהים menjadi אלוהים. Mengadopsi kosakata dari bahasa lain untuk kosakata yang belum ada dalam Bahasa Ibrani Klasik.

Blogger sendiri sebagai orang Jawa juga melihat bahwa Bahasa Jawa sendiri juga demikian, Bahasa Jawa Halus (Krama Inggil) saat ini untuk orang kebanyakan juga sudah mulai terasa sulit. Aksara Jawa pun boleh dibilang sudah mati. Kebalikan dari Ibrani, kalau Ibrani yang mati bahasanya, namun tulisannya tetap hidup, di Jawa yang mati aksaranya namun bahasanya tetap hidup. Dalam kerangka inilah muncul inspirasi untuk mem-blog-kan tentang Abjad Hebrew. Jika Bahasa Hebrew saja bisa bangkit. Tentunya Aksara leluhur kita juga pasti akan bangkit karena bahasa kita nyatanya masih lestari. Hanya tergantung kitanya bersedia untuk membangkitkan kembali Aksara Jawa atau tidak, apakah kita akan kompak atau adalah pihak-pihak yang menolak. Semua tergantung persatuan kita, seperti peribahasa Arab "Kerjasama dasar kesuksesan". Jadi bersediakah kita?

Kembali kita lanjutkan ke dalam ulasan tentang Abjad Ibrani. Dimulai dari sebuah salam pembukaan yang sangat mirip dengan Bahasa Arab, sangat mirip karena mereka bersaudara dan dalam huruf Ibrani sendiri Arab dan Ibrani memiliki komposisi huruf yang sama, hanya berbeda susunan. Perhatikan baik-baik, mereka bagaikan pinang dibelah dua.

Arbi (Orang Arab) = ערבי
Ivri (Orang Ibrani) = עברי

Arbith (Bahasa Arab) = ערבית
Ivrith (Bahasa Ibrani) = עברית

Kembali kepada salam yang sejajar dengan salam "Assalamu alaikum" :


Shalom Aleichem  

"Para pembaca dipersilahkan mengadakan pembacaan karangan ini dengan rela hati, dan penuh minat, lagi pula menaruh kemurahan hati, andai kami sendiri, walaupun sedapat-dapatnya mengusahakan terjemahannya, kurang teliti menyalin beberapa kalimat. Sebab segala sesuatu tidak sama daya dan artinya kalau dibaca dalam bahasa aslinya, yaitu Ibrani, atau diterjemahkan ke dalam bahasa lain, dan tidak saja karangan ini saja, tetapi juga Kitab Taurat sendiri, Kitab Para Nabi dan kitab-kitab lain itu tidak kecil perbedaannya, apabila orang membaca dalam bahasa aslinya.”

Kutipan dari Pengantar Terjemahan Yesus bin Sirakh, yang menyinggung proses penerjemahan buku tersebut ke dalam bahasa Yunani. Sekaligus dinyatakan manfaat membaca Alkitab dalam bahasa aslinya, karena setiap terjemahan – walaupun seteliti mungkin – tidak dapat mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam aslinya tanpa perbedaan apapun.

Alkitab Ibrani (Tanakh) aslinya ditulis dalam bahasa Ibrani dan Aram (Ezra 4:8-6:18; 7:12-26, Yeremia 10:11, Daniel 2:4-7:28). Dalam Bahasa Ibrani, kedua bahasa ini disebut: Ivrith (עִבְרִית)  atau Yehudit/Bahasa Yehuda (“יְהוּדִית” Raja-Raja 18:26) dan Aramith/Bahasa Aram (“אֲרָמִית” Daniel 2:4)

Selama 2.500 tahun, bahasa Ibrani hanya dipakai untuk mempelajari Alkitab dan Mishnah (teks susunan para Ravi Talmud) saja, karena bahasa yang digunakan adalah Bahasa Ibrani. Bisa dikatakan pada masa ini, bahasa Hebrew merupakan bahasa liturgis saja (meskipun sebenarnya sudah digunakan oleh bangsa-bangsa Timur Tengah seperti Kanaan, Phunisia, Amori, dan Yebus). Tetapi pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, bahasa ini lahir kembali menjadi sebuah bahasa sejati dengan para penuturnya.

Dalam blog  ini tidak akan dibahas panjang lebar mengenai huruf Ibrani. Namun akan diberikan daftar lengkap huruf Ibrani dari yang tertua.

Alih aksara tidak menggunakan ejaan ilmiah namun dengan ejaan sederhana saja dan cukup untuk pengenalan huruf.

Pada awalnya penulisan menggunakan gambar seperti gambar matahari untuk konsep hari, terang, dll. Sampai suatu ketika seorang juru tulis kuno menyadari bahwa suatu bahasa dapat disederhanakan dengan meminjam huruf pertama dari sebuah gambar. Dari situlah berkembang huruf semit kuno, yang pada akhirnya berkembang ke seluruh dunia (kecuali Jepang dan Cina).


Huruf Semit Kuno :


Ibrani kuno melihat dunia mereka berbeda dari yang kita lakukan dalam kita abad 21. Setiap huruf yang digunakan untuk membentuk sebuah kata adalah sebuah kalimat dalam dirinya sendiri. Dengan mempelajari kata-kata melalui huruf, yang lebih penuh makna Ibrani dapat dilihat.

Makna tiap huruf Ibrani adalah sebagai berikut :

Alef (gambar kepala sapi - ternak)
Beth (rumah)
Gimmel (kaki)
Daleth (pintu)
He (dia – menunjuk)
Waw (pasak)
Zayin (cangkul)
Kheth (dinding)
Teth (keranjang)
Yod (tangan)
Kaf (telapak tangan)
Lamed (tongkat)
Mem (air)
Nun (benih)
Samekh (duri)
Ayin (mata)
Pe (mulut)
Tsadi (sisi, samping)
Qof (matahari setengah, terbit)
Resh (kepala)
Shin (gigi, kehancuran, penghancur)
Thaw (tanda target)

========================
 

Alef & Beth
Huruf pertama "’alef" (Ibrani adalah dibaca dari kanan ke kiri) adalah, sebuah gambar lembu. Huruf kedua, beth, adalah gambar dari tenda atau rumah tempat tinggal keluarga. Beth memiliki arti keluarga. Kata diatas berarti "yang kuat dari keluarga" - AYAH (AV/AB).

Alef & Mem
Kata ini juga dimulai dengan "’alef" yang berarti "kuat" Huruf kedua adalah "mem" berarti air. Kata ini berarti "air yang kuat". Orang ibrani membuat lem dengan merebus kulit binatang dalam air. Seperti kulit rusak cairan kental yang lengket yang terbentuk pada permukaan air. Cairan kental ini telah dihapus dan digunakan sebagai agen pengikat - "air yang kuat". Kata ini berarti "orang yang mengikat bersama-sama keluarga" - IBU (EM/AME).

Alef & Kheth
Kata ini juga dimulai dengan "’alef"yang berarti "kuat". Huruf kedua adalah "kheth", sebuah gambar dinding. Kata Kheth berarti "dinding yang kuat" atau "penghalang kuat". Konsep Ibrani dinding adalah setiap hambatan, vertikal atau horisontal. Kata ini berarti "orang yang bertindak sebagai penghalang untuk melindungi keluarga" – SAUDARA (AKH). 


Beth & Nun

Kata ini diawali dengan "Beth" yang berarti "tenda". Karena tenda adalah rumah keluarga, huruf ini juga berarti "keluarga". Huruf kedua adalah "Nun", gambaran tentang sebuah benih. Benih adalah kehidupan generasi baru yang akan tumbuh dan menghasilkan generasi baru benih, melanjutkan garis generasi ke generasi. Kata ini berarti "orang yang meneruskan garis keturunan keluarga" - ANAK (BEN).


========================

Huruf Semit kuno telah berkembang bentuknya menjadi lebih sederhana dan dipakai secara luas untuk bahasa-bahasa Kanaan, Ibrani, Aram, Moab, Edom, dan sekitarnya. Saat ini huruf ini bisasa disebut Paleo Hebrew. Dalam gaya huruf inilah Kitab Taurat pertama kali ditulis dan gaya penulisan ini dipakai sampai zaman pembuangan. Orang Samaria sendiri di Nablus masih mempertahankan corak penulisan ini dalam tulisan mereka.



Setelah pembuangan, orang Ibrani mengadopsi gaya persegi dan huruf ini dipakai sampai saat ini baik untuk penulisan Kitab Suci Ibrani maupun penulisan umum.



Dalam perkembangannya ada juga model huruf Ibrani yang dinamakan Rashi, huruf ini biasa digunakan untuk catatan kaki/komentar teks.



Ada juga sistem menulis cepat/kursif yang disebut rahut ktav (tulisan mengalir). Berawal dari huruf Ibrani Persegi yang ditulis dengan lebih cepat dan efisien. Mengalami banyak perkembangan dan akhirnya menjadi seperti di bawah ini :




==========================

Berikut daftar dan pembahasan singkat Huruf Ibrani yang lazim dipakai oleh para Juru Tulis Alkitab Ibrani. Transliterasi yang digunakan adalah transliterasi yang sederhana saja (cukup untuk pengenalan bentuk dan nama huruf).


 
Semua huruf Ibrani adalah huruf mati semua (konsonan saja dan tanpa vokal) yang ditulis dari kanan ke kiri seperti huruf Arab.

Contoh :

Latin                 Ibrani
Sykr                 שׁכּר
Lmym               למים 

Semua huruf Ibrani ditulis dari ujung kiri atas kecuali huruf teth (ט) yang dimulai dari tengah, dalam daftar diatas huruf shin (ש) penulisannya dari kanan atas.

Pada dasarnya huruf Ibrani memenuhi sebuah bujur sangkar, namun ada juga yang setengah persegi (גוזנ), ada yang kecil (י), ada yang melampaui garis (ךלףץק), ada yang setengah persegi dan melampaui garis (ן).

Ada 5 huruf yang memiliki bentuk berbeda apabila mereka berada di akhir kata yaitu: 
Kaf sofit (ך), 
Mem sofit (ם), 
Nun sofit (ן), 
Pe sofit (ף), dan 
Tsadi sofit (ץ).
Bisa dihafal dengan rumus KaMNaPeTS

Ada 6 huruf yang memiliki 2 macam pengucapan, namun sekarang hanya tinggal 3 huruf saja yang memiliki pengucapan berbeda. Meskipun begitu, tanda dagesh (titik ditengah huruf) tetap harus ada (meski demikian, dalam dialek Yemeni dan Sephardi masih mempertahankan perbedaan pengucapan). Huruf-huruf tersebut adalah :

Beth           בּ = B          ב = V
Gimmel       גּ = G        ג = G
Daleth        דּ = D         ד = D
Kaf             כּ = K         כ = KH
Pe               פּ = P        פ = F
Thaw          תּ = TH        ת = TH

Dari daftar diatas dapat dilihat dengan jelas huruf-huruf yang memiliki pengucapan ganda. Huruf-huruf ini dapat dihafal dengan rumus singkatan yaitu begadkefath.

Huruf Shin (ש) memiliki 2 macam ucapan tergantung titik yang mengikutinya, bila titiknya dikiri (שׂ) maka diucapkan sebagai S dan bila titiknya di sebelah kanan (שׁ) maka diucapkan sebagai SY. 

Huruf ’Alef (א) dan ‘Ayin (ע) dalam Ibrani Modern ucapannya tidak dibedakan, namun dalam transliterasi ke dalam hruf latin harus dibedakan karena beda tanda beda arti. Huruf ’Alef (א) dilambangkan sebagai koma diatas ( ’ ) dan huruf ‘Ayin (ע) sebagai koma terbalik diatas ( ‘ ).

Huruf Samekh/S (ס) dengan Shin/SH dengan titik di sebelah kiri (שׂ) sama-sama diucapkan S, meskipun dalam transliterasi dibedalan.

Huruf Teth/T (ט) dan Thaw/TH (ת) sama-sama diucapkan T, meskipun dalam transliterasi dibedakan.

Huruf Kheth (ח) dan Kaf tanpa dagesh / titik tengah (כ & ך) juga sama-sama diucapkan KH.

Tidak ada perbedaan antara huruf besar dan huruf kecil.

Berhati-hatilah dengan huruf yang mirip.

Huruf Ibrani harus ditulis dengan sangat teliti, karena dalam tulisan tangan seringkali beberapa huruf bisa benar-benar sangat mirip.  

גנ    דרך    ןויז     עצ
  בכ     סםט          חהת

Pada mulanya Bahasa Ibrani sama seperti sistem penulisan kuno pada umumnya, ditulis dalam huruf mati saja dan tanpa jarak antar kata (spasi). Aksara Jawapun sampai saat ini masih ditulis tanpa adanya "spasi", demikian juga dengan aksara-aksara nusantara yang lain. Huruf Ibrani merupakan huruf yang hanya terdiri dari konsonan saja, jadi sangat sulit dibaca apalagi tidak ada garis pemisahnya (spasi). Hanya penutur bahasa itu saja yang mungkin bisa membacanya dengan tepat. Jika dianalogikan dalam Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :

Contoh :

ShLWM membacanya Shalom
'LHYM membacanya Elohim
'DNY membacanya Adonai
ShMYM membacanya Shamayim

Kejadian 1:1 dalam Bahasa Indonesia apabila ditulis seperti cara tulis Alkitab Ibrani akan menjadi seperti ini:

PDMLNYTHNMNCPTKNLNGTDNBM

Sangat sulit dibaca kan???, dan bila diberi akan spasi menjadi :

PD  MLNY  THN  MNCPTKN  LNGT  DN  BM

yang akan dibaca :
  
PaDa  MuLaNYTuHaN  MeNCiPTaKaN  LaNGiT  DaN BuMi

Bagi pembaca Indonesia masalah menyisipkan VOKAL diantara KONSONAN mungkin hal ini agak mudah, namun bila tidak benar-benar menguasai bahasa Indonesia dengan baik, maka hal ini akan sangat sulit sekali. Demikian juga dalam teks asli Ibrani yang tidak dipisah spasi dan hanya terdiri dari huruf mati saja tanpa adanya vokal. Memang dahulu orang-orang sangat terlatih dalam Bahasa Ibraninya sehingga mereka mudah saja dalam membacanya. Namun hal itu tidak berlaku bagi mereka yang tidak mengerti bahasa Ibrani, jangankan memahami, membaca saja sudah sangat kesulitan, apalagi saat Bahasa Ibrani terdesak dengan bahasa-bahasa lain yang lebih dominan dipakai masyarakat luas sebagai bahasa pergaulan di Palestina Kuno seiring pergantian kekuasaan (Yunani, Aram, Latin, dll).

Namun kita perlu bersyukur sebab berkat kerja keras para Masora (Ahli Kitab), Alkitab Ibrani di “rapikan” dengan memberi jarak antar kata (spasi) dan menambahi dengan tanda yang menandai pengucapan vokal (harakat) tanpa merubah susunan naskah asli dan tanpa membuat naskah asli menjadi lebih panjang. Perkembangan dari kasus ini dijelaskan di bawah ini :

Dalam perkembangannya huruf yang hanya terdiri dari konsonan saja sangat sulit  dibaca, karena satu tulisan bisa dibaca menjadi beberapa kata, misalnya (ים) dapat dibaca Yom (hari) atau Yam (laut) namun seperti solusi dalam bahasa Aram yang menggunakan konsonan yang lemah bunyinya untuk menggantikan vokal, bahasa Ibrani juga demikian. Daftar huruf-huruf yang dipakai adalah sebagai berikut :



Contoh : 
Kata ים  Bila tertulis  יום dibaca Yom (hari) dan Bila tertulis  ים dibaca Yam (Laut)

Namun masih terdapat kesulitan karena setiap huruf mewakili lebih dari satu vokal, bahkan kadang huruf-huruf ini dapat menjadi vokal dan kadang menjadi konsonan. Masalah ini benar-benar menyulitkan. Untuk menciptakan huruf vokal baru sangat tidak mungkin dan penyisipan vokal bisa menjadi masalah dari segi teologis.

Maka Para Masora (Juru Tulis Perjanjian Lama) pada akhirnya menciptakan tanda vokal yang berupa titik dan strip yang mewakili ucapan vokal, yang ditempatkan di sekitar huruf-huruf dalam Kitab Suci tanpa mengganggu kesucian huruf-huruf tersebut. Tanda-tanda itu menunjukkan pengucapan aksen dan vokal agar memudahkan pembacaan terutama bagi mereka yang tidak menguasai bahasa Ibrani.

Ada 3 sistem tanda vokal yang dipakai dalam penulisan Kitab Suci Ibrani, namun yang  akhirnya mendominasi dan paling banyak dipakai adalah sistem Tiberian. Tanda-tanda tersebut adalah sebagai berikut :



Contoh Penempatan dalam Huruf
(huruf lamed sungutnya dimodel agak lain) :




Orang Samaria mempertahankan bentuk "Paleo-Hebrew" dalam gaya tulis mereka dan mereka memiliki sistem "harakat" yang berbeda dari Ibrani Standar. Karena memang Ibrani Samaria merupakan dialek Ibrani yang sudah berbeda dengan pengucapan Ibrani Standar.

Berikut ini pembahasan singkat tentang tanda ucapan vokal (niqqud) dari Tiberias tersebut :





Catatan :
Semua tanda berada tepat di bawah huruf סָ חֻ  צֶ, kecuali Kholem (o panjang) yang ada di atas kiri huruf הֹ  קֹ  pada huruf setengah persegi atau hanya memiliki satu tiang saja, tanda vokal berada tepat di bawah tiangnya וָ  זֶ  רַ (beberapa font komputer kadang tidak mendukung kondisi ini).

Khusus kaf final (ך) penempatan tandanya yaitu : 

Tanda ( ָ ) memiliki dua pengucakan yaitu A panjang dan O (seperti dalam kata polos). Namun lebih sering sebagai A panjang. Dalam suku kata tertutup (yang berakhir dengan huruf mati atau huruf yang tidak dibunyikan) tidak pernah mendapat vokal panjang. Sehingga qamets diucapkan sebagai qamets-khatuf dalam suku kata tertutup yang tidak mendapat tekanan (bandingkan dalam bahasa Jawa, hanacaraka, meskipun tertulis a, namun dibaca seperti huruf O dalam kata polos).

===================

TANDA MAQQEF ( ־ ) 
Tanda hubung berguna untuk menghubungkan 2 kata atau lebih dan dalam pengucapannya kata tersebut menjadi satu kata, jadi tekanan kata ada pada suku kata terakhir, dan kata yang depan tidak mendapat penekanan dalam pengucapan karena kata yang digabung dianggap sebagai satu kata, namun tanda hubung ini tidak boleh digunakan untuk memisahkan kata di akhir baris seperti dalam bahasa Indonesia.

Contoh :
אל־עלם
רוּחַ־אֱלֹהִים

Dalam bahasa Ibrani Modern, tanda maqqef sering ditempatkan ditengah kata seperti dalam huruf latin.

רוּחַ-אֱלֹהִים

===========================

VOKAL HOMOGEN

Ada dua jenis tulisan dalam bahasa Ibrani, yaitu tulisan lengkap dan tidak lengkap. Tulisan lengkap apabila terdiri dari tanda vokal dan huruf mati yang memandai bunyi vokal (konsonan yang menandai vokal inilah yang disebut vokal homogen), sedangkan tulisan tidak lengkap apabila tanda vokal tidak bersama dengan vokal homogennya.

Contoh :

Huruf Waw ( ו ) homogen dengan tanda vokal O dan U.
Huruf Yod ( י ) homogen dengan tanda vokal I dan E.

Dalam kasus ini huruf Waw atau Yod tidak dianggap sebagai vokal, tetapi membisu sambil memperpanjang bunyi pada vokal homogennya.

Contoh :
מֵי     = Me, Bukan Mey
מֶי     = Me, Bukan Mey
מִי     = Mi, ,Bukan Miy
מֹו     = Mo, Bukan Mow
מוּ     = Mu, Bukan Muw

Tetapi :
מַי     = May, Bukan Ma
מָי     = May, Bukan Ma
מֹי     = Moy, Bukan Mo
מִו     = Miw, Bukan Mi
מֵו     = Mew, Bukan Me

Pengecualian :
Susunan huruf qametz-yod-waw meskipun tertulis ayw namun tetap diucapkan sebagai aw.
Contoh : יָדָיו         = Yadaw (Yadav)

========================

TANDA SHEWA( ְ ) :

Shewa bersuara “e” (pada kata Perangko) 
  • Shewa di bawah huruf pertama selalu bersuara.
  • Shewa di bawah huruf bertitik tengah (berdagesh) selalu bersuara. 
  • Shewa di belakang huruf vokal panjang  selalu bersuara. 
  • Shewa di bawah huruf yang sama dengan huruf dibelakangnya selalu bersuara. (הַלְלוּ) dibaca halelu (bukan hallu)

Shewa tidak bersuara 
  • Dibawah huruf tidak bertitik tengah atau dibelakang vokal pendek ( סַאַנְרֹ ) Dibaca saanro
  • Shewa di huruf paling belakang selalu tidak bersuara. (לָמֶךְ) – Lamekh

Dalam huruf selain Kaf Final (ך) atau bila ada 2 shewa berturut-turut di belakang, shewa biasanya tidak ditulis, kecuali kalau ada 2 shewa’ di belakang secara berturut-turut. 

Bila ada dua shewa berturut-turut dibelakang kata maka keduanya tidak bersuara. (קַטַלְטְ) - Qatalt namun apabila masih diikuti kata lagi, tetap bersuara Qatalta.

   
Bila ada dua shewa berturut-turut di tengah kata maka shewa yang depan tidak bersuara dan shewa yang belakang bersuara. (קַטַלְתְנַה) – Qatalthenah (he dibelakang tanpa titik tengah tidak diucapkan).

Huruf tenggorokan (he’akhre‘a) tidak pernah mendapat shewa biasa tetapi shewa gabungan dan diucapkan sangat pendek (lihat juga dalam daftar tanda vokal diatas). Tanda-tanda ini hanya muncul dalam huruf tenggorokan.




==============================

DAGESH (דָּגֵשׁ) Berupa Titik Di Tengah Huruf ( ּ ) 


Dagesh qal (דגש קל, sering juga disebut sebagai "Dagesh Lene" = "dagesh lemah," atau dengan kata lain "titik lemah" yang menentang "titik kuat" pada bagian berikutnya).

Dagesh Qal sebagai titik pengeras hanya dimiliki 6 huruf begahkefath (singkatan dari beth, gimmel, daleth, kaf, pe dan thaw).

Apabila huruf begahkefath mendapat titik pengeras di dalamnya, maka huruf itu akan diucapkan secara keras misalnya dari V menjadi B. Namun saat ini hanya 3 huruf saja yang mengalami perubahan bunyi saat mendapat dagesh yaitu beth (V & B), kaf (K & KH) dan pe (F & P), lihat keterangan diatas tentang 6 huruf begadkefat.

NB: Pengecualian untuk dialek Askenazi dimana Huruf Thaw tanpa dagesh akan diucapkan sebagai S.

Di huruf begahkefath, dagesh dipakai di awal kata apabila kata sebelumnya berakhir dengan suku kata tertutup (huruf mati).

Namun bila berakhir dengan suku kata terbuka (vokal /huruf hidup /konsonan yang berfungsi sebagai vokal) maka huruf begahkefath tidak mendapat dagesh.

Contoh Lain :
בְּחַיִל                 = Bekhayil
לֹא בְחַיִל            = Lo’ Vekhayil

Pengecualian :
אֲדֹנָי גָּדֹול          = Adonay Gadol

Huruf Gimmel tetap berdagesh karena didahului konsonan/ vokal yang tidak homogen.


Dagesh Hazaq (חזק דגש, "titik kuat" - yaitu dagesh dobel, sering disebut sebagai "dagesh forte") dapat ditempatkan di hampir semua huruf, ini menunjukkan rangkap (dua kali lipat).
Dagesh sebagai titik penduakalian / pendobel huruf. Saat huruf Ibrani seharusnya dobel tidak ditulis 2 kali namun hanya satu kali saja dan diberi titik tengah yang artinya huruf ini didobelkan. Dapat dipakai dalam semua huruf termasuk huruf begahkefath kecuali dalam huruf tenggorokan dan Resh (he’akhre’a è singkatan dari he, ’alef, kheth, resh dan ‘ayin).

Contoh :       מַסַּ     Massa

Cara membedakan dagesh dalam huruf begahkefath apakah berfungsi sebagai titik pengeras atau sebagai titik penduakalian.
Titik pengeras tidak pernah didahului oleh vokal atau shewa yang bersuara. (סַמְבַּס) diucapkan sambas bukan sambbas dan bukan juga samvvas.
Titik penduakalian tidak pernah terdapat di awal kata. (בָּרָא) diucapkan bara bukan bbara dan bukan juga vvara.
Bila dibelakang vokal ada huruf begahkefath dengan dagesh, berarti huruf tersebut diduakalikan sekaligus dikeraskan, karena tidak mungkin huruf yang lembut (v, kh, f) didobelkan. (סַבַּס) diucapkan sabbas bukan savvas dan bukan juga sabas.

========================

TANDA MAPPIQ (מַפִּיק) PADA HURUF HE

Huruf He (ה) diakhir kata apabila bertanda titik (הּ) diucapkan “h” apabila tidak bertanda titik (ה) maka tidak diucapkan dan hanya menandai bahwa kata tersebut berakhir dengan vokal panjang ( ָ / ֵ / ֹ ). Meski tidak diucapkan namun harus tetap dituliskan dalam trasliterasi.

Contoh :
גָּלָה         = Galah       
גֹּלֵה         = Goleh       
גֹּלֶה         = Goleh
גָּלֹה        = Galoh       
מַלכּה      harus dibaca “Malka”
מַלכּהּ      harus dibaca “Malkah”

===========
Huruf waw yang berdagesh (וּ) memiliki banyak ucapan, bisa berupa vokal U panjang atau bisa dobel w (WW) atau bisa juga huruf o bila bertitik diatasnya (ֹו). Perlu diperhatikan dengan baik jangan sampai tertukar baik antara huruf U dan WW ataupun antara huruf O dengan...OW... atau dengan ucapan WO.
לֹוֵּהּ          = Lowweh
לוּהּ          = Luh
לֹוהּ          = Loh
לֹוָּהּ          = Lowwah
לֺוֵהּ          = Loweh

===============
Bahasa Ibrani diucapkan dengan tekanan pada suku kata terakhir. Namun dalam kasus segolata (ada dua vokal e berturut-turut, maka tekanan kata pada suku kata kedua dari belakang). Misal : Melekh (raja), Khesed (kasih setia).

Tanda meteg ( ֽ ) menandai tekanan sampingan dalam sebuah kata Ibrani, namun tekanan utama tetap pada suku kata terakhir atau kedua dari belakang, ditempatkan di sebelah kiri tanda vokal.  

Contoh : (כָּל־אֲדּם) = Kal + Addim karena terhubung dengan garis maqqef maka dianggap 1 kata jadi diucapkan kol-adim (Qamets yang mewakili a panjang menjadi Qamets-Khatuf karena penekanan pada suku kata terakhir). 

Tapi bila diberi tekanan (tanda meteq) è (כָּֽל־אֲדּם) akan dibaca Kal-addim. Contoh lain : חָכְמָה        dibaca Khokhmah bukan Khakhemah, tapi bila terdapat tanda meteg (חָֽכְמָה) maka diucapkan Khakhemah.
Titik (sof pasuf = ׃ ) selalu diikuti silluq ( ֽ ) - (וְעֻגָֽב׃). Bentuk silluq = bentuk meteg.
Titik Koma ( ֑  = atnakh) - (שׁוֹפָ֑ר)
Koma ( ֔ = zaqef qaton) - (אֱלֹהִ֔ים)

TANDA RAFE ( ֿ ) 
Adalah sebuah tanda garis kecil diatas konsonan untuk menandai huruf begadkefath yang tidak berdagesh (kebalikan dari dagesh) è (בֿגֿכֿךֿפֿףֿתֿ), juga untuk menandai huruf ’alef dalam kasus khusus (אֿ), juga dipakai dalam huruf he (הֿ) di akhir kata yang tidak diucapkan. Namun Hal ini tidak banyak dipakai lagi dalam bahasa Ibrani, tetapi masih mungkin kadang-kadang terlihat dalam bahasa Yiddish dan Ladino. Dalam kebanyakan cetakan Alkitab Ibrani tanda ini tidak dicantumkan, meski beberapa masih mencantumkan.

Tanda khusus yang hanya dipakai dalam Ibrani Yiddish (װ ױ ײ ײַ), dobel waw, dobel yod, waw yod dan yod-yod-patakh. Dipakai sebagai simbol khusus dan sebagai singkatan nama TUHAN (YHWH) dan dalam kasus lain (YAH YHWH disingkat YY).

KETIV dan QERE. 
Dalam naskah yang suci, huruf yang tertulis tidak boleh diubah sama sekali meskipun terjadi kesalahan penulisan /  ejaan. Secara theologis ini menyangkut ilham Illahi yang tidak boleh diganggu gugat apapun yang terjadi (mutlak).

Dalam kasus ini, kata dimana terjadi kesalahan penulisan, diberi tanda lingkaran masora / lingkaran kecil diatasnya yang menandakan ada bacaan yang benar di pinggir halaman atau disampingnya. Teks yang tertulis disebut ketiv (tertulis) dan bacaan yang benar di pinggir disebut qere (terbaca)

Dalam beberapa cetakan Alkitan Ibrani tanda ucapan vokal yang benar langsung dimasukkan ke dalam naskah, meskipun terdapat kekeliruan dalam penyalinan.

Contoh Sefer Tehillim 5:9

הישר  ק

Nikud dimasukkan langsung ke dalam naskah, kata yang dikoreksi diberi tanda baca masora. Di bagian samping naskah terdapat huruf Qof (singkatan dari Qere) yang disertai dengan konsonan yang benar dari naskah.


Bacaan yang benar disertakan langsung dengan diberi tanda kurung.

Ada juga model-model yang lain, namun pada dasarnya fungsinya sama saja.

Dalam Alkitab Ibrani Ilmiah yaitu edisi untuk studi naskah klasik, bahasa, ungkapan-ungkapan tertentu, kosakata bahasa asing jaman kuno (misalnya diambil dari bahasa Aram, Arab, Ebla, Ugarit, dll).

Tanda lingkaran masora juga menandai apabila naskah tersebut memiliki catatan khusus (misalnya dalam edisi ilmiah adalah untuk catatan kaki [Masorah Qatonah/Parva, dicantumkan langsung di pinggir halaman] maupun pengantar ke dalam catatan yang mengulas lebih luas yang disebut dengan Massorah Gedolah/Magna [dalam jilid yang terpisah]). Namun ini hanya untuk cetakan yang mencantumkan varian-varian dalam naskah-naskah kuno bagi para pakar, ilmuan sebagai bahan studi perbandingan.

QERE TETAP ---------

Orang Israel sangat takut kepada TUHAN, maka untuk mencegah penyebutan nama TUHAN (YHWH) dengan sembarangan dan untuk lebih menghormati nama-Nya maka dalam bacaan Kitab Suci Ibrani, nama TUHAN (YHWH) tidak diucapkan "langsung" tetapi diucapkan ADONAY (Tuhanku, dalam melantunkan naskah di sinagoge atau dalam berdoa) atau  HASYEM ( הַשֵׁם = The Name / Sang Nama, dalam percakapan sehari-hari). 

Dalam naskah, nama TUHAN (יהוה) ditambahkan vokalisasi dalam kata Adonay (אֲדֹנָי) akan menjadi (יֲהֹוָה), karena shewa-gabungan tidak pernah muncul selain dalam huruf tenggorokan, maka penulisannya menjadi (יְהֹוָה), kadang kala ditulis tidak lengkap (יְהוָה).

Tradisi yang sangat tua mengatakan bahwa, Nama Tuhan memang sebagaimana yang tertulis, bukan seperti apa yang terdapat dalam ensiklopedia dan jurnal ilmiah (YAHWEH). Meski demikian, istilah YAHWEH memang yang lebih populer, secara theologis ini mungkin memang jalan untuk menjaga kekudusan Nama TUHAN (Kudus dalam bahasa Ibrani artinya "terpisah" "tersendiri" "khusus").
 
Apabila kata sebelum atau sesudah nama TUHAN (YHWH) adalah ADONAY, maka nama TUHAN (YHWH) diucapkan ELOHIM. 

Misal : אֲדֹנָי יהוה

Tidak diucapkan Adonay Adonay, tetapi Adonay Elohim. Sehingga nama TUHAN (YHWH) dalam penulisannya menjadi : 
יְהוִה atau  יְהֹוִה

Karena ditambahkan tanda vokal dalam kata Elohim.

Dalam beberapa naskah cetak Alkitab Ibrani, Nama TUHAN tetap dibiarkan gundul apa adanya (יהוה).

Tapi nama TUHAN (YHWH) tertulis singkat (יָהּ) = YAH, tidak dibaca ADONAI atau ELOHIM tetapi tetap YAH, contoh : (הַלְלוּ־יָהּ) = halelu-Yah bukan halelu-ADONAI.

Arti frasa ini (hallelu-Yah) sangat dekat dengan frasa Arab "Alhamdulillah".

Khusus kata Yerusalem sering tertulis tidak lengkap (יְרוּשָׁלִַם) = Yerusyalami, namun orang tetap mengucapkannya sebagai Yerusyalayim (יְרוּשָׁלַיִם), inilah alasannya kenapa dalam naskah Alkitab Ibrani kadang tertulis Yerusyalami.  

Dalam bagian Kitab yang tertulis dalam Bahasa Aram misalnya Daniel 5:2 yang tertulis  יְרוּשְׁלֶם (Yerusyelem) tetap diucapkan sebagaimana mestinya.

Dalam kasus-kasus tertentu apabila patakh ( ַ ) di akhir kata didahului huruf tenggorokan, karena mendapat tekanan dalam pengucapan, maka patakh akan maju dan mendahului huruf tenggorokan itu dalam pengucapannya. (disebut furtive patakh)

רוּחַ       dibaca ruakh (roh) bukan rukha 
מָשִׁיחַ    dibaca masyiakh (mesias) bukan masyikha
מִזְבֵּחַ      dibaca mizbeakh (mesbah) bukan mizbekha

Untuk penulisan huruf-huruf yang tidak ada dalam Huruf Ibrani Standar, dapat dipakai gabungan huruf :

עֹבַדְיָה        = Obaja (ovadyah) – Obaja 1:1
שְׁפַטְיָה         = Sefaca (syefatyah) – 2 Samuel 3:4

Namun ada pula yang memakai geresh disamping huruf vokal. Dalam tanda melodi berbentuk ( ֜ ), terutama untuk menuliskan konsonan dari bahasa lain.



 
Adapula  sistem pengejaan yang lain, seperti Sefardi, Askenazi, Yemeni, dll. Namun berbedaan ini hanyalah soal dialek pengucapan vokal dan konsonan saja. Dalam Blog ini mengikuti Dialek Sefardi yang menjadi dasar dari Pengucapan Bahasa Ibrani Modern saat ini.

========================================

Angka Ibrani

Abjad Ibrani tidak memiliki angka puluhan, jadi penulisan angka akan memakai "Huruf Angka" (mirip sistem angka Romawi). Saat ini, bisa juga dipakai sistem angka internasional (Angka Arab/India).


Setiap huruf Ibrani menyatakan angka. Hal ini dapat digunakan untuk menyatakan jumlah, seperti orang-orang Romawi yang menggunakan sebagian dari huruf Latin (I, V, X, L, C, M) untuk menunjukkan angka. konsep ini disebut dengan Gematria. 

Ada banyak ragam gematria. Salah satunya akan kita bahas disini.
‘Alef sampai Yod punya nilai 1 sampai 10.
Yod sampai Qof punya nilai 10 sampai 100.
Qof sampai Thaw punya nilai 100 sampai 400.

Huruf-huruf dengan bentuk diakhir kata (bentuk final) yang mengartikan 500 sampai 900 hanya dipakai dalam Mispar Gadol Gematria.

Angka 11 akan ditulis sebagai Yod-’Alef, 
Angka 12 ditulis Yod-Beth, 
Angka 21 ditulis Kaf-’Alef, 
Angka Taurat (Thaw-Waw-Resh-He) akan menunjukkan angka 611, dll.

Satu-satunya pengecualian pada  pola ini adalah angka 15 dan 16, yang jika dituliskan sebagai 10+5 atau 10+6 (Yod-Waw) akan menjadi suatu nama TUHAN (15=Yod-He= יה =Yah, yaitu akronim dari nama TUHAN – YHWH dan 16=Yod-Waw, yaitu salah satu singkatan khusus untuk nama TUHAN), jadi 15 ditulis Teth-Waw (9+6) dan 16 ditulis Teth-Zayin (9+7).

Huruf-huruf selalu relevan; huruf-huruf secara sederhana menambahkan menentukan total nilai. nomor 11 dapat ditulis sebagai Yod-’Alef, ’Alef-Yod, He-Waw, Dalet-Dalet-Gimmel atau kombinasi lain dari huruf-huruf itu. Dari sinilah muncul banyak misteri akan kode-kode rahasia melalui sebuah kata atau frasa yang memiliki jumlah angka yang sama, hal ini dipakai untuk studi theologi yang lebih dalam. Jika dipikir-pikir ini akan mirip dengan metode hitung-hitungan dalam Kejawen.

Sistem ini melambangkan nilai ke dalam huruf, jadi setiap kata mempunyai makna. Sebagai contoh, Torah (Thaw-Waw-Resh-He) punya nilai 611 (400+6+200+5). Geometri ini dalam kepercayaan Ibrani dipakai untuk melambangkan arti tersembunyi dari nilai suatu kata. Sebagai contoh, nomor 18 sangat signifikan, karena bermakna “Khai” (Khet-Yod), yang berarti hidup.

Huruf Waw  berarti 6, beberapa orang Kristen karena paranoid saat membaca Kitab Wahyu yang mengatakan bahwa angka antikristus adalah 666, mereka berpikir dan menafsirkan www dalam internet sebagai 666 (angka simbol setan). Sebuah merk terkenal dengan lambang "monster" pun tidak lepas dari hal ini. Bila ada orang yang memang membuat pola itu sebagai 666 itu diluar standar Ibrani.



Jelas ini suatu kesalahan, karena pada kenyataannya sistem angka Ibrani tidak dibaca dengan cara itu. Huruf itu harus dibaca dengan menjumlahkannya. Kesalahan ini sama sama saja bila kita mengatakan bahwa angka Romawi III adalah seratus sebelas padahal sebenarnya 3. Nilai dari Waw-Waw-Waw di Ibrani adalah 6+6+6=18 --> Khay=Hidup (Khet-Yod), WWW memiliki makna hidup! Angka 666 memang ada dalam nubuat Kitab Kristen tentang antikristus,  namun dalam kasus ini jelas tidak bisa dihubungkan.

Contoh nyata dari angka 666 dalam Kitab Wahyu adalah Kaisar Nero yang membakar kota Roma. Kaisar Nero dalam bahasa Ibrani “Neron Qesar” (נרון־קסר):

Nun                   50
Resh                200
Waw                    6
Nun                   50
Qof                  100
Samekh             60
Resh                200  +
Jumlah            666 (Lebih masuk di akal bukan?)

Penulisan angka Ibrani Modern :
 
Angka 500, 600, 700, 800 dan 900 sering ditunjukkan dengan gabungan huruf yaitu: ק״ת, ר״ת, ש״ת, ת״ת, dan ק״תת. Tambahan geresh ("׳") pada huruf menjadikan nilainya dikalikan seribu, misalnya tahun 5769 ditulis ה׳תשס״ט, dimana ה׳ bernilai 5000, dan תשס״ט adalah 769.
 
===================================
Sumber: