Artikel ini telah disunting untuk menambahkan masukan yang saya peroleh dari Rav. Yosef Serebryanski, karena saya merasa masukan tersebut mendukung gagasan yang ingin saya sajikan dalam artikel ini.
By Avigayil, August 23, 2013, In Diet Imamat, Makanan dan Minuman, Semua
Kategori, Untuk Dicerna Home » Makanan dan Minuman » Diet Imamat »
Mengapa Diet Imamat
Beberapa orang telah bertanya atau berkomentar tentang keputusan saya untuk makan gaya ‘kosher’. Biasanya yang ditanyakan adalah mengapa saya mengikuti peraturan yang ditulis oleh manusia ribuan tahun lalu. Ijinkan saya mencoba untuk menjelaskan.
Untuk dapat mengerti sudut pandang saya, Anda perlu tahu, bahwa bagi saya, ‘kepercayaan’ atau ‘iman’ itu lebih dari sekedar keanggotaan dalam agama terstruktur yang dibuat oleh manusia. Pertama-tama, saya percaya bahwa di luar sana ada Kuasa yang lebih besar, dan saya memilih untuk percaya namaNya YHVH – karena Dialah yang saya alami dalam kehidupan saya. Saya telah bertumbuh dalam iman saya sedemikian rupa sehingga saya percaya bahwa Dia adalah Elohim yang hidup dan nyata, senyata Anda dan saya. Saya bukannya berkata bahwa Tuhan yang ANDA percaya tidak nyata dan tidak hidup. Menurut saya, iman kepada TUHAN bukanlah sesuatu yang dapat Anda ajarkan kepada orang lain, iman itu adalah sesuatu yang harus dialami setiap orang secara pribadi. Dan apabila Anda merasa sudah menemukan TUHAN dan ‘kebenaran’ melalui kepercayaan lain, saya senang untuk Anda.
Kedua, dan mungkin sebagai akibat dari yang pertama, saya percaya bahwa Torah (Taurat), atau kelima buku Musa (yang dikenal dalam Kekristenan sebagai buku Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan), walaupun mungkin ditulis oleh manusia namun terinspirasi oleh TUHAN sendiri. Pada dasarnya, ini berarti saya percaya akan otoritas ilahi dari kelima buku tersebut.
Nah, sesudah Anda memahami dua hal tersebut tentang saya, berikut ini adalah alasan mengapa saya memutuskan mengikuti sejumlah peraturan dalam Taurat Musa.
1) Hukum roh
Saya percaya bahwa hukum yang disajikan dalam Taurat Musa sama seperti hukum alam: di mana ada aksi, pasti ada reaksi (atau konsekuensi). Misalnya, hukum gravitasi. Kita tahu bahwa menurut hukum gravitasi, apabila saya loncat dari sebuah bangunan, saya pasti ‘mendarat’ di tanah. Sebagai akibat dari aksi saya tersebut, saya jatuh dan, tergantung setinggi apa gedung itu, mati ataupun terluka. Jadi, jika saya tidak ingin terluka, apalagi mati, sebaiknya saya jangan loncat. Sesederhana itu. Hidup menaati hukum alam tidak ada hubungannya dengan menjadi legalistik atau agamawi. Ini hanyalah sebuah strategi untuk bertahan hidup atau bahkan strategi untuk hidup dengan sukses.
Hal yang sama berlaku pada hukum yang dikandung dalam Taurat Musa – yang seluruhnya ada 613 peraturan (yang disebut mitzvot). Di balik setiap peraturan tersebut, baik perintah maupun larangan pernyataan negatif, ada alasan spiritual yang lebih tinggi, dan pelanggaran dari peraturan tersebut masing-masing memiliki sebuah konsekuensi. Berhubung ini memang hukum roh, maka konsekuensinya langsung akan terasa di alam roh (walaupun terkadang bisa langsung dialami secara fisik juga). Apabila saya melanggarnya, mungkin saya tidak mengalami konsekuensi tersebut secara langsung, namun bukan berarti konsekuensi itu tidak ada, dan bukan berarti bahwa saya tidak akan mengalaminya, baik dalam kehidupan sekarang maupun di akhirat nanti (ya saya juga percaya ada yang namanya ‘akhirat’). Jadi sebagai seorang manusia yang terdiri dari daging dan roh, saya memilih untuk menaati hukum roh juga.
2) Buku petunjuk penggunaan / manual
Pernahkah Anda berpikir, seandainya saja hidup ini disertai buku petunjuk? Saya percaya, hidup ini memang disertai sebuah buku petunjuk, namanya Taurat. Bagaimana maksudnya?
Apabila Anda pernah mengikuti pendalaman Alkitab dengan sistem referensi ‘Strongs’, Anda bisa lihat bahwa kata ‘Torah’ (Taurat) didefinisikan sebagai “a precept or statute, especially the Decalogue [the Ten Commandments] or Pentateuch [the five books of Moses]—law.” (sebuah pedoman atau undang-undang, terutama sepuluh perintah atau Pentateuch [lima buku Musa] – hukum). Namun, Baker dan Carpenter mendefinisikannya sebagai berikut: “torah: a feminine noun meaning instructions, directions, law, the whole Law. It comes from the verb yarah, which has as one of its major meanings, to teach, to instruct” (torah: kata benda bersifat feminin yang berarti instruksi, arahan, hukum, keseluruhan Hukum. Asalnya dari kata kerja yarah, yang salah satu arti utamanya adalah mengajar, menginstruksi.”
Jadi, inti dari kata Torah/Taurat lebih cenderung kepada ‘instruksi’ untuk hidup dengan ‘sukses’, dan bukan sebuah legalitas yang kaku. Lagipula, sebagaimana yang dijelaskan oleh Rav. Yosef Serebryanski, kata Ibrani yang diterjemahkan sebagai larangan sesungguhnya merupakan kesalahan besar dalam semua terjemahan Alkitab.
“The Hebrew word for “do not” is “ahl” and the Hebrew word that the Torah uses is “lo.” “Lo” means “no” or “negative”, in other words the Torah is saying that you create a negative energy or will have a negative result if you do this thing. The word Torah does mean guidance, and religion – or those who wish to control others or think they can tell others what to do – turned it into a book of laws.”
(Kata Ibrani untuk “jangan (bentuk larangan)” adalah “ahl” sedangkan kata Ibrani yang digunakan dalam Torah adalah “lo“. “Lo” berarti “tidak” atau “negatif”, dengan kata lain, Torah berkata bahwa Anda menciptakan energi negatif atau akan mengalami hasil negatif apabila Anda melakukan hal tersebut. Kata Torah memang berarti “panduan/pedoman”, dan agama – atau mereka yang ingin mengendalikan massa atau berpikir bahwa mereka dapat memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu – menjadikannya sebuah buku hukum.”)
Mungkin analogi berikut ini dapat membantu. Anggap saja, Anda membeli sebuah mobil dari [tentukan merk di sini], yang biasanya datang dengan buku petunjuk penggunaan. Buku tersebut menginformasikan Anda bahwa dalam perawatan mobil ini, Anda harus menggunakan bensin dengan tingkat oktan tertentu, menggunakan oli dengan spesifikasi tertentu, dan sterusnya. Jika Anda mengikuti petunjuk-petunjuk tersebut, apakah Anda akan dianggap legalistik? Tidak. Apakah Anda akan mengalami konsekuensi tertentu apabila Anda tidak mengikuti instruksi tersebut? Suatu saat nanti, pasti ada saja yang rusak. Kemudian kita bisa membahas juga, siapa yang merugi apabila ada kerusakan akibat tidak mengikuti petunjuk tersebut? Apakah si produsen mobil? Tentu saja bukan. Kerugian tersebut akan dialami oleh si pemilik mobil. Jadi, memang pilihan ada di tangan Anda apakah Anda akan mengikuti petunjuk tersebut atau tidak, selama Anda tahu, bahwa ada konsekuensi yang harus Anda hadapi apabila Anda tidak mengikutinya.
3) Hubungan kasih
Bayangkan, Anda merokok namun kekasih Anda menderita asma, atau tidak dapat mentoleransi asap dan bau rokok. Pada suatu titik tertentu, Anda menikahinya dan otomatis tinggal bersama. Apakah Anda akan terus merokok di depan pasangan Anda? Mungkin Anda bisa berargumentasi, bahwa Anda tidak akan memacari seseorang yang tidak bisa mentoleransi kebiasaan merokok Anda, tapi serius deh. Masa iya Anda akan lebih memilih rokok daripada orang yang Anda kasihi?
Sekarang bayangkan 613 mitzvot itu bukan hanya sebagai panduan bagi Anda untuk ‘sukses’ dalam kehidupan Anda, namun juga suatu cara untuk menjaga agar hubungan Anda dengan TUHAN tetap harmonis. Lagipula, dengan mengerti dan melakukan mitzvot tersebut, Anda secara otomatis akan mempelajari kepribadian TUHAN, apa yang menurutNya penting, dan seterusnya. Pada akhirnya, bukankah memang itu inti dari sebuah hubungan?
Nah, itulah tiga alasan yang bisa saya pikirkan saat ini dan yang paling mudah untuk dijelaskan. Dan perlu saya tambahkan sebagai pernyataan sangkalan, sebagaimana yang telah saya tekankan sebelumnya, ini adalah sudut pandang saya yang terbentuk dari pengalaman pribadi dan pertumbuhan rohani saya sendiri. Saya tidak berkata bahwa inilah alasan mengapa ANDA harus menjalani diet Imamat, ataupun perintah-perintah lainnya dalam Torah, namun inilah alasan mengapa SAYA melakukannya.