Setiap
jatuh hari perayaan kebangkitan Yesus dari kematian, hampir semua orang
Kristen di dunia Barat akan mengucapkan “Happy Easter!”. Dan ucapan
tersebut diteruskan diberbagai belahan dunia Kristen termasuk Indonesia
dengan mengucapkan salam tersebut di atas. Pertanyaannya, mengapa tidak
mengucapkan “Selamat Paskah” atau “Happy Pesakh?”
Apakah Paskah itu?
Gereja
Kristen hampir secara keseluruhan menunjuk istilah Paskah sebagai hari
perayaan kebangkitan Yesus dari kematian. Namun itu tidak tepat.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Yesus secara kemanusiaan adalah seorang
Yahudi (Ibr 7:14). Sebagai seorang Yahudi tentu saja beliau melaksanakan
peribadatan sebagaimana yang diatir dalam Torah baik ibadah harian tiga
kali sehari (Tefilah), ibadah pekanan (Sabat), ibadah bulanan (Rosh
Kodesh) serta ibadah perayaan tahunan yaitu Tujuh Hari Raya (Sheva
Moedim).
Perayaan Yahudi yang pertama adalah Paskah. Kata Paskah berasal dari bahasa Aramaik Paska dan bahasa YunaniPascha dan berasal dari bahasa Ibrani Pesakh yang artinya melewati (Kel 12:12-13). Dalam terjemahan berbahasa Inggris, kata Pesakh yang artinya “melewati” adalah Passing Over atau Passover.
Tuhan YHWH akan melewati rumah keluarga Israel yang teroles tanda darah
di palang pintu sementara terhadap rumah orang Mesir, YHWH akan
mendatangkan kematian karena tidak ada olesan darah.
Pesakh
Israel ditandai dengan makan roti tidak mengandung ragi dan sayur
pahit. Namun dalam perkembangannnya, ditambahkan meminum anggur yang
tidak mengandung ragi atau fermentasi.
Yesus Sang Mesias pun melaksanakan Pesakh sebagaimana terekam dalam Lukas 22:7-9 sbb, “Maka
tibalah hari raya Roti Tidak Beragi, yaitu hari di mana orang harus
menyembelih domba Paskah. Lalu Yesus menyuruh Petrus dan Yohanes,
kata-Nya: "Pergilah, persiapkanlah perjamuan Paskah bagi kita supaya kita makan." Kata mereka kepada-Nya: "Di manakah Engkau kehendaki kami mempersiapkannya?”.
Namun malam hari saat Yesus melaksanakan Perjamuan Pesakh (atau dikenal
dalam istilah Yahudi dengan sebutan Seder Pesakh) ada yang berbeda.
Jika Pesakh yang dilaksanakan setiap tahun selalu menunjuk pada
peristiwa YHWH terhadap Israel yaitu membebaskan dari tulah maut dan
menuntun bangsa Israel melewati Laut Teberau, maka malam hari itu Yesus
Sang Mesias menjadikan peristiwa tersebut sebagai penanda dan peringatan
akan karya pengorbanan dan kewafatannya untuk menjalankan rencana YHWH
Sang Bapa yaitu menghapus dosa dan membinasakan kutuk dosa umat manusia
yang berujung pada maut kekal.
Yesus bersabda Mengenai cawan berisi anggur, Yesus berkata dalam Matius 22:17 dan 20 sbb: “Kemudian
Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata: "Ambillah ini
dan bagikanlah di antara kamu. Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan
sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh
darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu. Mengenai roti tidak beragi, Yesus berkata dalam Lukas 22:19 sbb: ”Lalu
Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan
memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan
bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."
Penting menggarisbawahi pernyataan Yesus, “perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku." (Luk 22:19). Apa artinya?Pertama, Pesakh adalah sebuah Peringatan (Ibr: Zikaron, Yun: Anamnesis) terhadap penderitaan dan kewafatan Yesus Sang Anak Domba yang dikorbankan. Kedua,
Peringatan tersebut dilaksanakan satu tahun sekali sebagaimana Tujuh
Hari Raya yang diawali dari Pesakh sampai Sukkot (Pondok Daun)
dilaksanakan selama satu kali dalam satu tahun. Ketiga, Pesakh
dilaksanakan pada malam hari bukan pagi atau siang hari sebagaimana
rasul Paul berkata, “Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Junjungan Agung yaitu bahwa Junjungan Agung Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan,
mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia
memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi
kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" Demikian juga Ia
mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah
perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap
kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!” (1 Kor 11:23-25).
Apakah Easter itu?
Menurut definisi Wikipedia sbb: “Easter (Inggris Kuno: Eostre; Yunani: Πάσχα, Paskha, bahasa Aram: פֶּסחא Pasha, dari bahasa Ibrani: פֶּסַח Pesaḥ)
adalah hari raya Kristen dan hari libur merayakan kebangkitan Yesus
Kristus pada hari ketiga setelah penyaliban-Nya di Kalvari seperti yang
dijelaskan dalam Perjanjian Baru . Paskah didahului oleh Prapaskah, masa
empat puluh hari puasa, doa, dan penebusan dosa. Minggu terakhir
Prapaskah disebut Pekan Suci, dan berisi hari-hari Triduum Paskah,
termasuk Kamis Putih, Putih dan memperingati Perjamuan Terakhir, serta
Jumat Agung, memperingati penyaliban dan kematian Yesus. Paskah diikuti
dengan periode lima puluh hari disebut Paskah atau Musim Paskah,
berakhir dengan Pentakosta Minggu. Festival ini disebut dalam bahasa
Inggris oleh berbagai nama yang berbeda termasuk Hari Paskah, Minggu
Paskah, Hari Kebangkitan dan Kebangkitan Minggu”[1]. Kata Easter
dalam definisi di atas lebih menekankan makna masa kini pengertian
Easter yang dihubungkan dengan kebangkitan Yesus. Pengertian yang
dibangun berdasarkan dogma berabad-abad. Namun akan memeriksa kembali
bangunan dogma tersebut berdasarkan kajian Kitab Suci dan sejarah.
Asal Usul Kata Easter
Kita akan mengkaji asal usul kata Easter berdasarkan rujukan literatur terpercaya sbb:
The New Encyclopaedia Britannica: “...diturunkan
dari upacara dan simbolisme kuno festival musim semi Eropa dan Timur
Tengah kafir. Salah satu simbol adalah kelinci Paskah dan disebut
sebagai pengganti modern untuk kelinci yang merupakan simbol kesuburan
di Mesir kuno”[2]
The Encyclopedia of Religion: “Juga
populer di kalangan orang Eropa dan Amerika pada saat Paskah adalah
makan Ham (daging babi), karena babi dianggap sebagai simbol
keberuntungan dalam budaya pra-Kristen Eropa...Dalam agama rakyat
tradisional telur merupakan simbol kuat dari kesuburan, kesucian, dan
kelahiran kembali dan ini digunakan dalam ritual magis untuk
mempromosikan kesuburan dan mengembalikan kejantanan; Untuk melihat ke
masa depan, untuk membawa cuaca yang baik, untuk mendorong pertumbuhan
tanaman dan melindungi ternak dan anak-anak terhadap kemalangan,
terutama mata jahat yang ditakuti”[3]
Wikipedia: “Easter
adalah istilah bahasa Inggris modern yang dikembangkan dari bahasa
Inggris Kuno Eastre atau Eostre yang dikembangkan sebelum tahun 899 Ms.
Nama Easter mengacu pada Eostur-monath (Inggris Kuno "bulan Eostre"),
satu bulan kalender Jermanik sebagaimana dibuktikan oleh Bede, yang
menulis bahwa bulan ini dinamai Eostre yaitu dewi Anglo-Saxon paganisme.
Bede mencatat bahwa Eostur -monath adalah setara dengan bulan April,
namun pesta yang sebelumnya diadakan untuk menghormati dewi Eostre
selama Eostur-monath telah dikeluarkan dari penggunaan paganismenya dan
telah diganti dengan kebiasaan Kristen dari "musim Paskah".
Dari
pernyataan tiga Ensiklopedi tersebut dapat disimpulkan bahwa kata
Easter dari kata Eostre berhubungan dengan nama dewi kesuburan dari
kebudayaan Eropa kuno serta kekafiran Timur Tengah kuno.
Namun
demikian nama Easter telah lekat menjadi kosa kata Kristen khususnya
ketika kitab terjemahan dalam bahasa Inggris yang terkemuka yaitu King
James Version memasukannya dalam terjemahan Kisah Rasul 12:4 sbb: “And
when he had apprehended him, he put him in prison, and delivered him to
four quaternions of soldiers to keep him; intending afterEaster to bring him forth to the people”. Padahal seharusnya kata yang benar adalah Paskah atau Pesakh.
Kontroversi Quartodecimans
Dalam
sepanjang sejarahnya, perayaan Easter dan Pesakh menjadi perdebatan
sepanjang Abad 2 Ms khususnya oleh beberapa kelompok di Asia Kecil yang
disebut dengan Quartodecomans (Lat: Empat belas). Mereka menekankan
bahwa perayaan Pesakh seharusnya dilaksanakan pada tanggal 14 Nisan.
Menurut Harper's Bible Dictionary dikatakan sbb: “Namun
demikian, pada pertengahan abad kedua, beberapa orang Kristen bukan
Yahudi mulai merayakannya pada hari Minggu setelah 14 Nisan, dengan hari
Jumat sebelumnya dirayakan sebagai hari penyaliban Kristus, dengan
mengabaikan penetapan tanggalnya. Kontroversi yang dihasilkan selama
kurun waktu tersebut perihal ketepatan perayaan Paskah memuncak pada
tahun 197 Ms, ketika Victor dari Roma mengucilkan orang-orang Kristen
yang bersikeras merayakan Easter (yang benar adalah Paskah) pada tanggal
14 Nisan...Perselisihan ini berlanjut sampai awal abad keempat, ketika
para Quarto-decimans ... diminta oleh Kaisar Konstantin
agar menyesuaikan dengan praktek umum dari kerajaan yang memelihara
penetapan Paskah pada hari Minggu setelah tanggal 14 Nisan, bukan pada
tanggal itu sendiri 14 Nisan"[4]
Ditambahkan menurut Ensiklopedi di atas, “Saat
ini Easter dirayakan pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama
pertama setelah terjadi vernal equinox (sebagaimana ditetapkan oleh
Konsili Nicea pada tahun 325 Ms) sehingga Paskah jatuh berbeda untuk
Kristen Ortodoks di Timur - yang tidak seperti Kristen Barat - tidak
menerima kalender Gregorian hasil reformasi pada tahun 1582”[5]
Perayaan Mana Yang Dirayakan Gereja Perdana?
Rasul-rasul
tidak pernah memerintahkan bahkan menetapkan perayaan Easter.
Bukti-bukti induktif dalam Kitab Perjanjian Baru menunjukkan bagaimana
Yesus dan rasul-rasulnya tetap melestarikan dan merayakan hari-hari raya
tersebut. Yesus merayakan Paskah sebagaimana dilaporkan dalam Matius
26:17-18 (Band. Luk 22:1,7) sbb: “Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah
murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: "Di mana Engkau kehendaki
kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?" Jawab Yesus: "Pergilah ke
kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir
tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan
murid-murid-Ku”.
Yesus merayakan Pondok Daun atau Sukkot sebagaimana dilaporkan dalam Yohanes 77:1-2 sbb: “Sesudah
itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal
di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya.
Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun”.
Bukan
hanya Yesus namun para rasulpun memelihara dan merayakan hari-hari raya
yang ditetapkan oleh YHWH sebanyak tujuh perayaan (Sheva Moedim)
sebagaimana dilaporkan berikut ini.
Rasul Paul merayakan hari raya Pentakosta atau Shavuot sebagaimana dilaporkan dalam Kisah Rasul 20:16 (Band. Kis 2:10, 1 Kor 16:8), “Paulus
telah memutuskan untuk tidak singgah di Efesus, supaya jangan habis
waktunya di Asia. Sebab ia buru-buru, agar jika mungkin, ia telah berada
di Yerusalem pada hari raya Pentakosta”.
Rasul Paul merayakan hari raya Pendamaian atau Yom Kippur sebagaimana dikatakan Kisah Rasul 27:9, “Sementara itu sudah banyak waktu yang hilang. Waktu puasa sudah lampau dan sudah berbahaya untuk melanjutkan pelayaran. Sebab itu Paulus memperingatkan mereka, katanya...”. Frasa “waktu puasa merujuk pada Perayaan Yom Kippur yang ditandai dengan berpuasa dari petang sampai petang.
Dan
Bapa Gereja Tertulianus memberikan kesaksian bagaimana umat Kristen
pada waktu itu masih memelihara hari-hari raya tersebut. Tertulianus
menyebut nama perayaan dua hari raya dari Tujuh Hari Raya (sheva moedim)
yaitu Pesakh dan Pentakosta dalam karyanya De Corona pada Bab III dan On Baptism pada Bab 20[6]. Bahkan Catholic Encylopediamenyampaikan penjelasan Tertulianus mengenai hubungan Paskah dengan kebangkitan Yesus sbb, “The
connection between the Jewish Passover and the Christian feast of
Easter is real and ideal. Real, since Christ died on the first Jewish
Easter Day; ideal, like the relation between type and reality, because
Christ's death and Resurrection had its figures and types in the Old
Law, particularly in the paschal lamb, which was eaten towards evening
of the 14th of Nisan” [7] (Hubungan antara Paskah Yahudi dan
Kristen hari raya Paskah adalah nyata dan ideal. Karena kematian dan
kebangkitan Kristus, seperti hubungan antara bayangan dan realitas dalam
Perjanjian Lama, khususnya dalam korban Paskah yang dimakan menjelang
malam hari dari 14 bulan Nisan).
Sekalipun
Tertulianus melakukan kesalahan serupa yaitu menghubungkan Paskah
(Passover) dengan Kebangkitan (Easter) namun setidaknya akar dari
perayaan Yahudi masih diakui dan dipelihara sebagaimana Yesus
memeliharanya.
Kesimpulan
Setelah
kita mengkaji asal usul kata Easter dan Passover (Pesakh) maka kita
melihat sebuah kesenjangan makna dan penyusupan unsur paganisme dalam
konsep ibadah Kristen.
Oleh
karenanya, kita harus bertekad membuang berbagai unsur paganisme dan
mengembalikan makna tata ibadah Kristen yang berakar dari Yahudi dan
Yudaisme dengan makna baru yang berpusat pada peristiwa Mesianis yaitu
kewafatan dan kebangkitannya.
Jangan
lagi kita mengucapkan “Happy Easter” melainkan “Happy Passover” atau
“Happy Pesakh”. Sekalipun kita memiliki perbedaan pemahaman dengan
mayoritas Gereja yang mewarisi tradisi Barat dimana memaknai Paskah
(yang menurut mereka Easter) sebagai kebangkitan Yesus dari kematian,
sementara kita memaknainya sebagai peringatan penderitaan dan kewafatan,
namun setidaknya ucapan “Happy Passover” atau “Happy Pesakh” dapat
menyatukan akar identitas keimanan kita yang bersumber dari Yesus yang
Yahudi.
-----------------------
[1] http://en.wikipedia.org/wiki/Easter
[2] Wilbur Berg, What Does Easter Really Commemorate?
http://www.ucg.org/holidays-and-holy-days/what-does-easter-really-commemorate/
[3] Ibid.,
[4] Ibid.,
[5] Ibid.,
[6] Father of the Church, Corona, Tertulianus
http://www.newadvent.org/fathers/0304.htm
[7] Holwek F. G. Transcribed by John Wagner and Michael T. Barrett. Easter. The Catholic Encyclopedia,
Volume V. Copyright © 1909 by Robert Appleton Company. Online Edition
Copyright © 2003 by Kevin Knight. Nihil Obstat, May 1, 1909. Remy
Lafort, Censor. Imprimatur. +John M. Farley, Archbishop of New York).
Oleh: Teguh Hindarto
(http://teguhhindarto.blogspot.co.id)