Minggu, 05 Februari 2012

SERI KISAH TOKOH-TOKOH NASRANI (Yakobus Ha-Tzaddik)



SERI KISAH TOKOH-TOKOH NASRANI
Yakobus Ha-Tzaddik

Tulisan ini adalah tulisan pertama dari rangkaian tulisan yang akan bercerita tentang tokoh-tokoh Nasrani yang hidup pada abad pertama dan kedua Masehi. Pertama-tama penulis akan bercerita tentang Yakobus (St. James) yang disebut sebagai saudara Tuhan Yesus. Penulis merasa perlu untuk menyajikan sisi kehidupan tersembunyi dari tokoh Yakobus ini. Mengapa dikatakan sisi tersembunyi, atau lebih tepatnya “disembunyikan” ? Banyak kesaksian maupun catatan-catatan historis tentang tokoh kita yang satu ini tetapi sayangnya sedikit sekali orang Kristen yang mau membaca, apalagi untuk mempelajarinya. Beberapa teolog yang pernah mempelajarinya memilih untuk diam dan tidak bercerita demi mempertahankan apa yang telah menjadi pandangan dan kepercayaan yang ada selama ini. Sejarah mempunyai catatan tersendiri. Mari kita simak bersama sisi kehidupan yang tersembunyi itu.

Siapakah Yakobus ?
Dalam sejarah “Gereja” mula-mula, setidaknya kita mengenal dua orang bernama Yakobus yang menjadi murid Yesus (Mat 10:2-4). Pertama adalah Yakobus anak Zebedeus (Aram: Ya’aqov bar Zebediah) – yang disebut juga Yakobus Tua – dan yang kedua adalah Yakobus anak Alfeus (Ya’aqov bar Alfai) atau yang disebut juga Yakobus Muda. Kemudian kita juga mengenal seorang Yakobus lagi, yang disebut Paulus (Sha’ul) sebagai saudara Tuhan Yesus (Gal 1:19). Ia adalah penulis Surat Yakobus yang terdapat dalam Perjanjian Baru. Ia adalah orang yang memimpin konsili pertama di Yerusalem (Kis 15). Siapakah Yakobus yang satu ini ?

Berbicara tentang Yakobus saudara Tuhan Yesus, kita akan menjumpai banyak pertentangan pendapat tentang hubungan antara Yakobus dengan Yesus. Ada tiga teori tentang hal ini. Teori pertama berpendapat bahwa Yakobus adalah saudara sekandung dengan Yesus. Yakobus adalah anak buah perkawinan antara Yusuf (Yosef bar Ya’aqov) dan Maria (Miriam). Teori ini dipegang kuat oleh Helvidius (yang dicap sesat oleh Gereja Roma) pada tahun 380 dan diterima luas di kalangan Protestan. Teori kedua berpendapat bahwa Yakobus adalah saudara tiri Yesus, buah perkawinan Yusuf dengan istri sebelumnya. Hal ini didasari dari kitab apokrif Injil Yakobus pasal 9 yang menulis bahwa Yusuf adalah seorang duda beranak sebelum menikah dengan Maria. Teori ini masih dianut di dalam Gereja Yunani sampai hari ini. Kedua teori inisependapat bahwa Yakobus ini adalah orang yang berbeda dengan Yakobus anak Alfeus –dengan begitu kita mempunyai setidaknya tiga orang bernama Yakobus. Berlawanan dengan itu semua, teori ketiga berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “saudara Tuhan”(Yunani: adelphos) adalah saudara sepupu Yesus. Teori ini bermula dari dogma yang diajarkan oleh St.Yerome pada tahun 383 sebagai perlawanan atas ajaran Helvidius. Yerome memegang keyakinan akan keperawanan Maria yang abadi, bahwa Maria tidak pernah melahirkan anak selain Yesus. Jadi siapakah Yakobus saudara Tuhan kalau begitu ? Menurut teori ini: Yakobus anak Alfeus. Hal ini didasarkan atas penafsiran Yohanes 19:25 bahwa ada tiga orang wanita: Maria, saudara ibu-Nya, Maria istri Klopas dan Maria Magdalena. Sedang dalam Markus 15:40 disebut pula keberadaan Maria, ibu Yakobus Muda dan Yoses. Ini bisadihubungkan bahwa Maria istri Klopas dengan Maria ibu Yakobus Muda adalah orang yang sama. Sementara itu dari keterangan Heggesipus[1] yang dikutip oleh Eusebius[2] (Historia Ecclesia 3:11) kita menemukan bahwa Klopas adalah saudara Yusuf. Sedangkan Klopas adalah sama dengan Alfeus[3]. Itu artinya Yakobus anak Alfeus adalah saudara sepupu Yesus, saudara Tuhan[4].

Penulis dalam hal ini setuju terhadap teori pertama sebab kata Yunani “saudara Tuhan” yang digunakan dalam Perjanjian Baru dan surat-surat Bapa Gereja adalah adelphosKata ini secara harafiah artinya “dari rahim yang sama”. Sedangkan saudara sepupu dalam bahasa Yunani adalah anepsios seperti yang digunakan dalam Kolose 4:10 dan di dalam Septuaginta (Bil 36:11, Tobit 7:2). Jadi kesimpulannya adalah Yakobus, tokoh yang sedang kita bicarakan, adalah tokoh yang berbeda dengan Yakobus anak Alfeus. Memang benar bahwa Yakobus anak Alfeus adalah saudara sepupu Yesus tetapi ia bukanlah Yakobus saudara kandung Yesus. Yakobus saudara sekandung Yesus adalah manusia yang “real” dan eksis. Hal ini ditegaskan dalam Markus 6:3:

"Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" (Markus 6:3)

Jadi sangat jelas, Yesus mempunyai empat saudara kandung pria dan paling sedikit dua saudara kandung wanita.

Catatan Kehidupan Yakobus
Tidak ada catatan kehidupan Yakobus yang lebih baik selain catatan Hegesippus. Ia menuliskannya di dalam lima seri bukunya Memoirs yang kini sudah musnah. Beruntung kita masih bisa membacanya sebagian di dalam buku Eusebius Ecclesiastical History (c325 M) yang banyak sekali mengutip Memoirs
"Yakobus, saudara Tuhan Yesus, meneruskan kepemimpinan Gereja bersama-sama dengan para rasul.Ia telah dipanggil dengan sebutan Orang Benar oleh semua orang sejak zaman Kristus hingga hari ini, sebab banyak orang yang bernama Yakobus." (Historia Ecclesia 2:23:4)

Menurut keterangan Hegesippus, untuk membedakan Yakobus dengan orang lain yang bernama sama (Ya’aqov atau Yakub adalah sebuah nama Ibrani yang populer), sejak mula Yakobus dipanggil ha-Tzaddik (orang benar atau orang saleh). Perhatikan, mulai dari sini penulis hanya akan menggunakan nama Yakobus saja untuk merujuk kepada Yakobus ha-Tzaddik ini. Baiklah, mari kita lanjutkan.

"Ia kudus sejak dalam kandungan ibunya, ia tidak minum anggur atau minuman keras, dan ia tidak makan daging. Ia tidak mencukur rambutnya, tidak memakai minyak urapan, dan tidak mandi. Ia seorang diri diperbolehkan memasuki ruang kudus [dalam Bait Elohim], sebab ia tidak memakai wul selain kain linen.Dan menjadi kebiasaannya untuk masuk seorang diri ke dalam Bait Elohim, dan sering kali dijumpai ia berlutut berdoa memohon pengampunan atas bangsanya, hingga lututnya menjadi sekeras lutut unta, saking terlalu lamanya ia berdoa menyembah Tuhan dan memohon pengampunan atas bangsanya. Karena kebajikannya yang luar biasa, ia digelari ha-Tzaddik dan Oblias[5] yang jelas artinya dalam bahasa Yunani: PelindungBangsa dan Keadilan, sesuai seperti apa yang dinubuatkan oleh para nabi mengenainya." 
(Historia Ecclesia 2:23:5-7)

Ini adalah sebuah temuan menarik. Yakobus adalah seorang Nazarite (seperti Samson dan Samuel), seseorang yang menahirkan diri seumur hidup, tanpa anggur, tanpa daging, tanpa mencukur kepala, tanpa mandi. Tidak heran ia menyarankan Paulus untuk menahirkan diri dalam Kisah Para Rasul 21:24. Dan Yakobus ternyata juga memainkan peranan sebagai imam Bait Elohim. Perlu diketahui, tidak sembarangan orang diperbolehkan memasuki ruang kudus Bait Elohim. Untuk masuk ke dalam sana, setidaknya Yakobus adalah:

>> Keturunan Lewi (dari garis keturunan Maria)
>> Memelihara dan mengajar hukum Taurat (Kis 21:20).

Kita juga membaca bagaimana kesalehan hidup Yakobus, terutama dari cara dia berdoa hingga lututnya menjadi keras dan tebal. Karena kesalehan hidupnya ini, tidak heran ia mempunyai banyak gelar: ha-Tzaddik, Pelindung Bangsa dan Keadilan. Sangat jelas sekali bahwa pada masa hidupnya Yakobus sangat dihormati dan dikagumi oleh orang-orang dari segala kalangan.

Yakobus memimpin sekte Nasrani
Berbeda dengan apa yang menjadi pandangan umum Gereja Katholik Roma bahwa mereka (baca: kepausan) mewarisi kepemimpinan umat Kristen berdasarkan atas perkataan Yesus kepada Simon Petrus (Simeon Kefa): "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya." (Mat 16:18).

Memang firman Yesus adalah benar. Akan tetapi kita perlu melihat dulu konteks yang benar dalam budaya Yahudi. Dalam masyarakat agama Yahudi, kita mengenal adanya Sanhedrin atau Mahkamah Agama. Di dalam Sanhedrin terdapat dua kepemimpinan (dwi-tunggal) yaitu Nasi (literal: Pangeran) dan Av-beit-din (literal: Bapa Dewan). Pejabat Nasi ibaratnya adalah presiden sedangkan Av-beit-din adalah ketua DPR-nya. Pada masa sebelum Yesus, yang menjadi Nasi dan Av-beit-din terakhir kali adalah Hillel dan Shammai. Setelah itu kepemimpinan Sanhedrin bersifat tunggal dan diwariskan kepada keturunan Hillel[6]. Di masa itu pula diyakini institusi Sanhedrin mulai didominasi oleh orang-orang Saduki dan menjadi semakin korup. Nah, sepeninggal Yesus, sekte Nasrani juga mempunyai institusi serupa, kita sebut saja Sanhedrin Nasrani, yang diisi oleh para rasul dan saudara-saudara Yesus. Yakobus yang menjadi Nasi-nya dan Petrus yang menjadi Av-beit-din. Kepemimpinan dwitunggal ini dapat disaksikan dalam Kisah Para Rasul 15 dan Galatia 2:9. Ketika Yesus berfirman, "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku…", Ia menetapkan Petrus untuk menjadi Bapa Dewan yang bertugas mengayomi dan menyokong jemaat. Tetapi tidak untuk menjadi Nasi, sebab Yesus telah menetapkan itu untuk Yakobus, saudara-Nya. Tentang kepemimpinan Yakobus ini dapat kita tengok pula dari keterangan-keterangan Bapa Gereja:

Dimulai dari Hegesippus (c.100-160 M), dalam Memoirs, buku V, "Kepemimpinan jemaat diwariskan kepada para rasul, bersama dengan saudara Tuhan, Yakobus…".
Klemen, uskup Alexandria (150 – 215 M), menegaskan di dalam Hypotyposes, buku. VI, "Petrus, Yakobus (anak Zebedeus) dan Yohanes, setelah kenaikan Kristus, tidak mengklaim menjadi pemimpin sebab meski Kristus secara khusus memilih mereka, tetapi Ia memilih Yakobus ha-Tzaddik sebagai uskup Yerusalem."
Eusebius (263 - 339 CE), Historia Ecclesia, buku II,1:2 "Kemudian Yakobus, yang digelari ha-Tzaddik karena kebajikannya yang luar biasa, tercatat sebagai uskup pertama dari jemaat Yerusalem. Yakobus ini yang disebut saudara Tuhan."
Selama beratus-ratus tahun kita tidak pernah tahu mengapa Yakobus bisa sampai kepada kursi kepemimpinan sekte Nasrani. Namanya bahkan hampir tidak pernah disebut-sebut di dalam Injil sebagai pengikut Yesus yang utama. Bahkan Yohanes 7:5 mengatakan "saudara-saudara-Nya sendiripun tidak percaya kepada-Nya." Benarkah Yesus telah menetapkan dia untuk menjadiNasi ? Pada tahun 1945, ditemukan manuskrip kuno berbahasa Koptik di Nag Hammady, Mesir yang ternyata adalah Injil Thomas yang hilang. Di dalamnya kita membaca:

Murid-murid-Nya berkata kepada-Nya: "Kami tahu Engkau akan meninggalkan kami. Siapakah yang akan memimpin kami ?"Yesus berkata kepada mereka: "Dimanapun kamu, pergilah kepada Yakobus ha-Tzaddik, sebab deminya langit dan bumi dijadikan." 
 (Injil Thomas Legion 12)

Injil Thomas menjawab semua pertanyaan di atas. Yesus sendiri yang menyerahkan kepemimpinan kepada Yakobus. Tentu bukan tanpa alasan. Pertama kita sudah membaca di atas seberapa besar kesalehan dan kebajikan Yakobus sehingga ia dihormati oleh banyak kalangan. Dan kedua, ia adalah pewaris tahta Daud yang sah. Apabila kita mempelajari konteks budaya, agama dan sejarah bangsa Yahudi pada masa itu, kita akan menemukan kesamaan pola suksesi antara Sanhedrin Farisi dengan Sanhedrin Nasrani[7]. Injil Thomas juga mengungkapkan hal bahwa setiap upaya manusia menafsirkan firman Tuhan di luar konteks dan cara pikir Ibrani akan menghasilkan suatu kekeliruan – dan kekeliruan ini justru dimanfaatkan segelintir orang di masa lalu untuk memperoleh kekuasaan.

Ananus merancang kematian Yakobus
Porcius Festus, wali negeri Romawi pada masa itu sangat mengkhawatirkan keberadaan sekte Nasrani yang semakin hari semakin bertambah pengikutnya di propinsi Yudea. Tetapi Festus mesti bertindak hati-hati untuk tidak sampai mengganggu Yakobus yang mempunyai massa pendukung yang cukup besar. Ini terjadi pada tahun 62 ketika Festus telah dua tahun menjabat sebagai wali negeri Yudea. Kaisar Nero nampaknya juga menaruh perhatian yang besar terhadap gerakan sekte Yahudi ini. Festus percaya ia telah melakukan hal yang benar dengan mengirim Paulus ke Roma untuk diadili oleh Kaisar sendiri sebab ia khawatir mengadili Paulus di Yerusalem sama saja dengan membangunkan harimau tidur. Ia juga kecewa terhadap Imam Besar yang diangkatnya, Yosef Kabi yang dinilai terlalu lemah terhadap sekte Nasrani. Festus lalu mengangkat Ananus (Ananayah) sebagai Imam Besar yang baru.

Ananus adalah seorang yang ambisius dan bukan main sentimennya terhadap Yakobus. Ia sangat gerah melihat kepopuleran Yakobus yang penuh kharisma itu. Masyarakat Yahudi sudah lama tidak begitu mempercayai institusi atau mahkamah agama yang sangat korup. Penguasa Romawi dengan seenaknya mengangkat dan mencopot pejabat Imam Besar. Bayangkan antara tahun 150 SM hingga 37 SM, hanya terjadi 8 kali pergantian Imam Besar. Tetapi sejak 36 SM, ketika Herodes mulai berkuasa, hingga tahun 70 M telah terjadi 28 kali pergantian Imam Besar! Masyarakat sekarang mulai berpaling kepada Yakobus dan memandangnya sebagai “Guru Kebenaran” yang dinubuatkan oleh para nabi.

Masyarakat Yahudi di masa itu terbagi-bagi atas berbagai sekte: Farisi (ini masih terbagi lagi atas dua madrasah besar Beth Hillel dan Beth Shammai), Saduki, Esseni, Zealot (ultra-nasionalis), Herodian (pendukung dinasti Herodes), Galilean (kelompok masyarakat di sebelah utara) dan Nasrani. Dari sekian sekte itu, sekte Saduki adalah sekte yang dominan dalam Sanhedrin. Sekte Saduki adalah sekte yang sangat terbuka dan kooperatif terhadap pendudukan Romawi. Itulah sebabnya mereka selalu bisa menempatkan orang-orang mereka lebih banyak di dalam Sanhedrin. Semua Imam Besar pada masa Perjanjian Baru adalah imam-imam Saduki yang diangkat oleh wali negeri Romawi. Nah, kepopuleran Yakobus ini menyebabkan para imam-imam Saduki itu merasa tergeser posisinya. Perlu suatu tindakan pencegahan kalau begitu !

Festus telah sakit selama dua bulan. Ia tahu ia tengah sekarat dan telah mengabarkan ke Roma beberapa bulan sebelumnya untuk pergantian. Nero, setelah menerima surat Festus, menunjuk teman lamanya Albinus untuk segera berlayar ke Alexandria dengan kapal yang paling cepat. Propinsi Yudea adalah propinsi yang selalu bergejolak dan Nero menginginkan tangan yang kuat untuk menanganinya. Albinus adalah seorang pemimpin yang kuat dan lihai dalam manuver politik. Festus meninggal persis ketika Albinus mendarat di Alexandria. Dari Alexandria ke Yudea masih perlu beberapa minggu lagi. Seminggu setelah kematian Festus, Ananus melihat ia memperoleh peluang yang ditunggu-tunggunya selama ini. Albinus belum tiba. Yerusalem mengalami kekosongan penguasa. Ini kesempatan emas, begitu pikir Ananus. Apa yang terjadi setelah itu bisa dibaca di dalam Historia Ecclesia dan buku karangan Josephus Flavius, The Jewish Antiquities (98 M) serta dari keterangan-keterangan Bapa Gereja, Klemen dan Epiphanius. Berikut ini adalah kisah yang dikembangkan berdasarkan keterangan empat buah sumber itu (perkataan asli dicetak miring).

Ananus menyuruh beberapa orang imam bawahannya untuk datang kepada Yakobus danmenanyakan kepadanya: “Apakah Jalan Yesus itu ?”. Maka pergilah empat orang imam Saduki dan dijumpainya Yakobus sedang berdoa di Bait Elohim. Mereka tidak berani mengganggu doa Yakobus sehingga mereka menunggu seharian di pelataran Bait Elohim. Menjelang senja, mereka baru menjumpai Yakobus keluar dari Bait Elohim. “Rabbi”, sapa mereka. “Kami ingin bertanya kepada engkau”. “Baiklah, apa yang ingin kalian tanyakan ?” jawab Yakobus. “Kami ingin tahu pendapat guru, apakah yang dimaksud dengan Jalan Yesus itu ?”, tanya mereka, “sebab kami sering mendengar engkau mengajar tentang hal itu.” Lalu seorang dari mereka bertanya lagi, “apakah itu jalan menuju keselamatan atau jalan menuju maut ?” Maka Yakobus menjawab, “Dengarlah kalian semua, Jalan Yesus adalah Jalan Keselamatan. Tiada seorang pun yang datang kepada Bapa jika tidak melalui-Nya.” Maka pulanglah keempat imam Saduki itu dan melaporkannya kepada Ananus, Imam Besar mereka. Ananus tidak terkejut mendengar laporan anak buahnya. Ia tersenyum penuh kemenangan.

Pagi-pagi benar keesokkan harinya, Ananus memanggil sidang Sanhedrin dan menyuruh beberapa penjaga Bait Elohim untuk menangkap Yakobus begitu ia keluar dari Bait Elohim. Ananus tahu benar bahwa Saduki – yang tidak percaya akan kebangkitan – adalah mayoritas di dalam Sanhedrin, ditambah lagi beberapa anggota dari Beth Shammai yang tidak begitu akur dengan sekte Nasrani, ia yakin ia mempunyai basis pendukung yang kuat. Setelah semuanya duduk berkumpul, Ananus membuka sidang. “Anggota Dewan yang terhormat”, Ananus memulai, “Hari ini kita akan menyelesaikan sebuah masalah yang telah lama menjadi duri didalam daging kita. Kita akan mengadili seseorang. Orang ini telah berlaku seperti serigala di balik bulu domba, dengan mengajarkan kesesatan dan penghujatan. Orang ini telah merusak pikiran bangsa kita dengan mengabarkan berita bohong bahwa Yeshua bar Yosef yang telah disalibkan tigapuluh tahun lalu akan datang kembali sebagai Mesias untuk menetapkan kerajaan-Nya. Saya meminta para anggota dewan hari ini dapat berpikir secara bijak untuk menjatuhkan hukuman yang setimpal bagi orang ini.” Kemudian beberapa anggota dewan dari kalangan Saduki bangkit bergiliran memberikan kesaksian atas apa yang diajarkan oleh Yakobus. Sementara itu banyak dari anggota dewan belum mengetahui siapa orang yang mereka adili saat ini. Mereka memang tahu yang mereka adili ini adalah seorang pengikut Yesus, tetapi mereka tidak berpikir bahwa yang dimaksud adalah Yakobus. Ketika hari menjelang siang dan saatnya berdoa siang hari (minchah), Ananus memerintahkan sidang untuk beristirahat.

Setelah sembahyang, sidang kembali dilanjutkan. Ananus menyuruh penjaga untuk membawamasuk Yakobus. Para hadirin tersentak dan berdecak dalam hati sebab mereka mengenali Yakobus sebagai Rabbi Besar. Maka ramailah ruang sidang karena satu sama lain saling bergumam. Ada yang setuju, ada yang tidak. “Saudara-saudara, tenanglah”, kata Ananus, “Orangini, Ya’aqov bar Yosef, adalah orang yang kami maksud. Baiklah sekarang biar kita langsung menanyai orang ini.” Ananus bergegas turun dari kursinya dan berjalan mengelilingi Yakobus yang berdiri di tengah-tengah ruang sidang.

“Ya’aqov bar Yosef, saya bertanya kepadamu sekarang, apakah engkau mengakui bahwa
saudaramu adalah Anak Elohim ?”

“Memang benar. Aku percaya bahwa Yeshua adalah Anak Elohim.”

“Ia menghujat Elohim !”, teriak Ananus dengan penuh kegeraman sambil menunjuk Yakobus dihadapan para anggota dewan.

“Rajam dia !”, teriak beberapa orang Saduki, “Habisi orang yang menyesatkan bangsa kita dengan ajaran Yeshua bar Yosef !”

“Tunggu !”, datang suara dari barisan kursi Farisi. Simeon ben Gamaliel, anak Rabbi Gamaliel, cicit Rabbi Hillel, bangkit dari kursinya. “Sabar dulu saudara-saudaraku sekalian. Kalian tidak bisa melakukan hal ini. Ayahku tidak menemukan kesalahan terhadap orang-orang ini dan menentang penghakiman yang tidak adil terhadap para pengikut Yeshua ben Yosef. Demikian pula dengan saya. Kekuasaan sedang kosong di Yudea dan kalian tidak dapat menjatuhkan hukuman tanpa sepengetahuan wali negeri. Lagipula orang ini tidak bersalah. Saya mengenal orang ini, ia adalah seorang yang taat dan benar di hadapan Elohim, dan saya rasa semua orangdisini tahu akan hal ini.”

“Beth Hillel selalu saja membela sekte sesat ini,” balas Ananus. “Hukuman telah dijatuhkan. Bawa orang ini dan rajam dia !”

“Tidak,” teriak Simeon. “Engkau tidak berhak menjatuhkan hukuman begitu saja. Apakah engkau ingin mengulangi kesalahan yang sama seperti yang dilakukan oleh Yosef bar Qof [Kayafas] sewaktu mereka menghukum Yeshua bar Yosef ? Tidak, hal itu tidak akan terjadi selama saya masih menjabat Nasi disini.”

Hadirin terdiam. Simeon nampaknya sangat berhati-hati sekali dalam memutuskan hal ini sebab ia mengenal benar Yakobus.

“Baiklah kalau begitu, hari raya Paskah sudah mendekat. Kita harus memaksanya menyangkal bahwa Yeshua bar Yosef adalah Anak Elohim di hadapan semua orang di kota ini.”, kata Ananus. Maka beramai-ramailah orang-orang Saduki dan Farisi dari Beth Shammai membawa Yakobus ke atap Bait Elohim. Minggu itu memang minggu menjelang perayaan Paskah dan sudah hukumnya bahwa setiap Paskah orang Yahudi wajib berziarah ke Yerusalem. Dari atap Bait Elohim seseorang bisa memandang seluruh kota dan melihat keramaian di bawahnya.

Kubu Beth Hillel hanya bisa terdiam. Mereka tahu Ananus dan kroni-kroninya merencanakan sesuatu yang buruk terhadap diri Yakobus. Simeon segera bergegas dari ruang sidang dan mengutus dua orang pembantunya untuk menyampaikan surat darinya. Yang pertama diperintahkan langsung ke istana Herodes untuk memberikan surat itu kepada raja Agrippa dan satu lagi diperintahkan untuk berkuda sepanjang rute menuju Alexandria, dengan harapan segera bertemu dengan rombongan Albinus. Sementara itu Yakobus telah berada di atap Bait Elohim yang menghadap ke lembah Kidron. Orang banyak telah berkumpul di bawah, sebagian cumapelalu-lalang yang ingin tahu apa yang sedang terjadi, sebagian lagi massa yang sengaja dikumpulkan oleh orang-orangnya Ananus. Ananus berseru sehingga semua orang mendengar, “Ya’aqov bar Yosef, sekarang katakan kepada orang-orang di bawah bahwa Yeshua bukan Mesias !”

“Mengapa engkau bertanya kepadaku tentang Anak Manusia ?”, jawab Yakobus, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Ia berada di surga dan duduk di sebelah kanan Yang Maha Kuasa dan Ia akan datang kembali dalam awan-awan!”
Sebagian massa di bawah berseru kencang-kencang, “Hosana bagi Anak Daud!”. Ananus menjadi semakin geram. Ia berbicara kepada orang-orang Saduki dan Farisi yang mengikutinya, “Marilah kita dorong dia ke bawah supaya orang-orang menjadi takut untuk percaya kepadanya.” Dan orang-orang Saduki dan Farisi dari Beth Shammai itu pun berseru, “Oh dengar, ha-Tzaddik pun telah ikut tersesat !” Kemudian mereka mengutip perkataan kitab suci, terambil dari Yesaya 3:10, “Biarlah kita melenyapkan ha-Tzaddik ini sebab ia telah membawa kesulitan bagi kita, sebab ada tertulis: Katakanlah berbahagia orang benar! Sebab mereka akan memakan hasil pekerjaannya.”
Ananus kemudian memberi kode kepada anak buahnya. Dua orang maju memegangi Yakobus dan kemudian mendorongnya jatuh dari atap Bait Elohim. Yakobus terhempas ke tanah, di lereng yang mengarah ke lembah Kidron. Kerumunan massa menjerit dan berseru-seru. Tetapi Yakobus tidak mati. Perlahan-lahan ia bangkit dengan nafas yang terputus-putus. Cukup kuat rupanya bagi seorang yang telah berusia 60 tahun. Melihat hal itu Ananus berseru kepada anak buahnya di bawah: “Rajam dia!” Lima orang segera mulai menimpuki dia. Batu-batu seukuran kepalan tangan melayang mengenai kepala dan badannya. Di tengah-tengah rasa sakit itu, Yakobus berlutut dan berdoa, “Aku memohon kepadamu, ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Seorang rabbi keturunan Rekhab[8] berseru, “Hentikan! Tidakkah kalian dengar ha-Tzaddik ini berdoa untuk kalian ?”
Tetapi salah seorang dari mereka maju membawa tongkat pemukul dan memukulkannya tepat pada kepala Yakobus. Saat Yakobus menghembuskan nafas terakhirnya, semua orang mendadak terdiam. Suasana menjadi hening seakan-akan mereka baru menyadari kesalahan yang baru saja mereka lakukan. Ananus sendiri nampak puas menyaksikan hal ini namun rasa senangnya hanya sesaat. Mendadak datang dua orang berkuda mencarinya. Dari pakaian mereka, Ananus bisa mengenali mereka adalah prajurit dari istana Herodes. “Ini pasti utusan dari raja Agrippa,” pikir Ananus. “Mau apa mereka ke sini ?”

“Hormat, Yang Mulia”, kata salah seorang dari prajurit itu. “Kami membawa surat dari Yang Mulia Baginda.”

Ananus menerima surat itu dan membukanya. Isi surat itu sangat singkat. ”Engkau telah melampaui batas. Esok hari Bait Elohim akan mempunyai Imam Besar yang baru. ”

Wajah Ananus memucat. “Raja Agrippa tidak mempunyai hak untuk itu,” katanya di hadapan kader-kader Saduki. “Hanya Albinus yang berhak mengangkat Imam Besar yang baru. Aku akan segera mengirim surat kepadanya untuk menjelaskan masalah ini. Tidakkah mereka tahu bahwa Ya’aqov bar Yosef dapat membahayakan Roma ?” Ananus tidak menyadari bahwa pada saat itu, Albinus telah menerima surat dari rabbi Simeon ben Gamaliel. Albinus menjadi sangat geram sebab Ananus telah berani mendahului kewenangannya. Ia mengirim pesuruhnya untuk mendahuluinya ke Yerusalem dengan kuda tercepat untuk menghantarkan surat keputusannya kepada Simeon. Isinya: “Aku berada 12 mil dari Yerusalem. Beritahu Imam Besarmu bahwa ia telah kehilangan jabatannya dan sebaiknya ia sudah tidak berada lagi di Yerusalem ketika aku sampai.”

Ananus baru saja selesai menulis suratnya ketika Simeon datang beserta dua orang rabbi dari Beth Hillel. Saat itu matahari telah terbenam. “Annayah !” Simeon memanggil Ananus dengan nama Ibraninya, menunjukkan ketidak-sukaannya atas pengunaan nama Yunani yang populer di kalangan orang-orang Saduki. “Engkau membuang-buang waktumu. Albinus telah mengetahui pembunuhan ini. Engkau tidak lagi menjabat Imam Besar dan kuperingatkan engkau agar segera menyingkir dari Yudea !”

Pagi-pagi sekali Ananus berangkat meninggalkan Yerusalem dengan hati tidak karuan. Sementara itu orang-orang Nasrani mengambil jenazah Yakobus dan menguburkannya di tempat itu juga, di lereng lembah Kidron, dan sampai hari ini kita bisa menemukan kuburnya di sana. Yakobus telah menjadi saksi setia, baik di hadapan orang Yahudi dan bukan Yahudi bahwa Yeshua adalah Messias. Semua orang, Nasrani, Farisi, rabbi dan ahli Taurat, pria dan wanita, meratapi kepergian Yakobus ha-Tzaddik yang sudah mereka anggap sebagai Pelindung Bangsa dan Keadilan.

Kejadian setelah kematian Yakobus
Berdasarkan catatan Josephus Flavius, raja Agrippa mencopot jabatan Ananus yang baru tiga bulan disandangnya dan mengangkat Yesus anak Damnaeus sebagai Imam Besar yang baru. Sudah menjadi pandangan tradisional bahwa murka Tuhan menyala karena pembunuhan terhadap Yakobus ini sehingga Ia menyerahkan Yerusalem dan Bait-Nya yang telah korup itu ke dalam tangan musuh. Hegesippus sependapat dalam hal ini dengan Klemen. Eusebius menulis: “dan segera setelah itu Vespasianus datang mengepung mereka.” Josephus juga menulis: “Hal ini terjadi pada bangsa Yahudi sebagai balasan atas [kematian] Yakobus, salah seorang saudara Yesus yang disebut sebagai Mesias. Sebab orang Yahudi telah membantainya padahal ia adalahorang yang paling saleh [di seluruh negeri].” Apa yang terjadi berikutnya pada sekte Nasrani dapat kita baca dari keterangan Eusebius pula:

Setelah Yakobus mati syahid dan segera setelah itu Yerusalem ditaklukkan, dikabarkan para rasul dan murid-murid Tuhan Yesus yang masih hidup datang dari semua jurusan, berkumpul kepada orang-orang yang masih berhubungan darah dengan Tuhan Yesus (karena sebagian besar dari mereka juga masih hidup) untuk mencari mufakat siapa yang layak untuk menggantikan Yakobus sebagai pemimpin. Mereka semua dengan kata bulat menunjuk Simeon anak Klopas, yang juga tercantum dalam Injil, sebagai yang layak untuk menduduki posisi itu. Ia adalah saudara sepupu, seperti kata mereka, dari Tuhan Yesus. Sebab Hegesippus menulis bahwa Klopas adalah saudara Yusuf.  
(Historia Ecclesia 3:11:1-2)

Catatan Kaki
  1. Hegesippus juga adalah seorang tokoh Nasrani Yahudi. Ia adalah generasi pertama setelah para rasul.
  2. Eusebius memegang jabatan sebagai Uskup Kaisarea pada masa pemerintahan Kaisar Konstantinus.
  3. Klopas adalah sebuah kata Yunani yang berasal dari bahasa Ibrani khelef yang artinya “pertukaran”. Sedangkan Alfeus adalah kata Yunani yang berasal dari bahasa Aram alfai yang sama artinya dengan khelef. Jadi Klopas sama dengan Alfeus. Tradisi Gereja juga memegang keyakinan demikian.
  4. Meski demikian, Yakobus anak Alfeus bukanlah satu-satunya saudara sepupu Yesus yang bernama Yakobus. Menurut tradisi Gereja, Salome adalah istri dari Zebedeus. Dan jika Yohanes 19:25 ditafsirkan ada empat orang wanita, kemudian dibandingkan denganMarkus 15:40, maka wanita keempat itu (yang tidak disebutkan namanya dalam Yoh19:25 dan hanya disebut sebagai saudara ibu-Nya) tidak lain tidak bukan adalah Salome. Jadi Yakobus anak Zebedeus terhitung saudara sepupu Yesus juga. Ini menjelaskanmengapa Salome (ibu Yakobus dan Yohanes) meminta kepada Yesus supaya anakanaknya ikut memerintah bersama-Nya (Mat 20:20).
  5. Gelar yang sama diberikan oleh Epiphanius, oleh Dionysius the Areopagite, dan lainnya. Lihat Suicer, Thesaurus Ecclesiasticus, s.v.
  6. Hillel berasal dari garis keturunan Daud. Masyarakat Yahudi di masa itu adalah masyarakat yang sangat messianis. Mereka begitu mengharapkan keturunan raja Daud mau memerintah atas mereka. Yakobus juga berasal dari keturunan Daud.
  7. Eusebius mencatat bahwa sampai pada saat berkobarnya pemberontak Bar Koseba (135 M), ada lima belas orang kerabat Yesus yang menjabat sebagai pemimpin sekte Nasrani. Pertama adalah Yakobus (saudara kandung), kemudian berturut-turut Simeon (saudara sepupu), Yustus, Zakheus, Tobias, Benyamin, Yohanes, Matias, Filipus, Seneka, Yustus, Lewi, Efres, Yusuf, dan Yudas. Semuanya adalah orang-orang bersunat. Kita mengenal mereka sebagai Desposynoi. Lihat tulisan saya yang berjudul “Kaum Miskin yang Terbuang”.
  8. Rekhab adalah sebuah suku keturunan Yonadab, anak Rekhab, yang tercantum dalam 1 Tawarikh 2:55 yang berasal dari rumpun Keni, suku Arab yang datang ke negeri Israel. Yonadab dan keturunannya ini hidup sebagai imam, melayani Tuhan sepanjang masa (Yer 35:19).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar