Minggu, 05 Februari 2012

Shabat – dari Sabtu ke Minggu ?



Oleh: Ir Benyamin Obadyah, MURP
Salah satu bentuk ‘pemisahan’ agama Kristen dari agama Yahudi adalah pemindahan hari shabbat dari hari Sabtu menjadi hari Minggu. Dikesankan perubahan ini bersifat teologis sejak awalnya. Sejarah membuktikan awal pemisahan ini sangat erat dengan pembebasan diri orang Yunani yang percaya dari kewajiban mereka membayar pajak Yahudi (fiscus Judaicus) yang diberlakukan oleh kaisar Romawi kepada warga negaranya yang mengikuti gaya hidup seperti orang Yahudi. Alasan-alasan teologis sebagai ‘pembenaran’ pemisahan itu dibuat kemudian oleh pemimpin-pemimpin gereja Kristen orang Yunani yang konon disebut sebagai ‘bapak-bapak gereja’.

Written by Novian    Tuesday, 02 August 2011 09:58
Copas from : http://kehilatmesianikindonesia.com/index.php?option=com_content&view=article&id=44:shabat--dari-sabtu-ke-minggu-&catid=5:artikel&Itemid=5

============================

Istilah Kristen (christianoi) baru digunakan di kota Antiokia, Asia kecil, pada tahun 42 M, sekitar 10 tahun setelah Yeshua naik ke Surga. Mengapa disebut Kristen? Kristen berkaitan dengan kristus yang berasal dari kata Yunani kristos, jadi berkonotasi bukan Yahudi. Murid-murid yeshua orang Yahudi tidak akan menyebut diri mereka dengan istilah Yunani. Mereka menyebut diri penganut Jalan. Jadi orang Yunani yang percaya disebut Kristen oleh orang Yunani lain. Dan orang Yunani yang percaya ini tiap sabat datang ke sinagoga, belajar torah bersama orang Yahudi (KR 15:21)

Bagaimana perubahan terjadi?

Situasi berubah setelah pada tahun 66 ada pemberontakan Yahudi yang dimotori kaum Zeloti terhadap Romawi yang berakibat dihancurkannya Bait Suci II pada tahun 70. Kaisar Vespasian (67-79) sangat marah kepada orang Yahudi. Ia memberlakukan pajak Yahudi (fiscus judaicus). Setiap orang Yahudi harus membayar ½ shekel atau 2 dirham yang semula harus diberikan ke Bait Suci, saat itu harus diserahkan kepada pengusa Romawi. Untuk semakin mempermalukan orang Yahudi, uang pajak ini digunakan untuk memugar kuil Yupiter di kota Roma.

Kemudian, pajak yahudi ini ditingkatkan dengan mengenakan 2 hari kerja bagi setiap orang, baik pria maupun wanita, bahkan anak-anak dan orang jompo sekalipun ( 3 – 90 tahun). Jadi, keluarga yang terdiri dari suami dan isteri dengan 5 anak serta kakek dan nenek dari kedua belah pihak, harus membayar pajak 11x 2 hari = 22 hari kerja (hampir upah 1bulan)

Pada masa Domitian (81-96) menjadi kaisar, pajak Yahudi ini diperluas, bukan saja mereka yang lahir sebagai orang Yahudi tetapi juga mereka yang menganut agama Yahudi atau mengikuti cara ibadah Yahudi. Ini berarti orang Yunani Kristen pun harus membayar pajak Yahudi! Di sini kita melihat suatu fakta sejarah, penguasa Romawi dan orang Kristen mula-mula memandang kepercayaannya merupakan bagian dari agama Yahudi! Namun, dapat diduga keadaan ini lama-kelamaan memberatkan orang Yunani Kristen yang bukan keturunan Yahudi.

Ketika Nerva (96-98) menjadi kaisar Romawi, ia membuat kebijakan baru, hanya mereka yang secara terbuka menganut agama Yahudi yang dikenakan pajak. Dengan peraturan ini, orang Kristen bukan Yahudi yang tidak mengikuticara hidup Yahudi dipandang sebagai penganut agama yang berbeda dari Yahudi. Sejak itulah banyak jemaat Kristen bukan Yahudi mulai membedakan cara ibadah dari agama Yahudi. Perpisahan (schism) pun tak dapat dihindari lagi. Mereka memindahkan ibadah sabat sabtu ke minggu. Cara merayakan hari raya mulai dibedakan. Cara pandang terhadap orang Yahudi yang percaya mulai berubah. Pada akhir abad 1 hanya sebagian jemaat yang membedakan diri dari cara hidup Yahudi. Pemisahan ini menjadi sangat luas bahkan di seluruh dunia, setelah konsili Nicea yang diselenggarakan di bawah bayang-bayang Konstantin pada abad 4.

Orang Yunani Kristen semakin banyak jumlahnya. Pada permulaan abad 2, setelah para rasul meninggal, muncullah pemimpin-pemimpin umat yang baru. Mereka orang Yunani yang menjadi Kristen ketika jemaat-jemaat kristen telah terpisah dari jemaat Yahudi mesianik. Mereka ini disebut ‘bapak-bapak gereja’, yang mempunyai sekalipun percaya terhadap Yeshua tetapi mewarisi pandangan penguasa Romawi yang memandang rendah kepercayaan Yahudi.
R Shaul sudah mengingatkan jemaat akan hal ini (KR20:28-30) Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Elohim yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri. Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu. Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka.

Ignatius, Uskup Antiokia (kota tempat orang percaya Yunani disebutchristianoi 42 M, dilantik 98 M) menulis barangsiapa yang merayakan Paskah dengan orang Yahudi, atau menerima lambang perayaan Yahudi, mengambil bagian dalam pembunuhan Mesias dan rasul-rasulnya. Ignatius kemudian memutuskan hubungan dengan Jemaat Yerusalem.
Menyatakan bahwa sebagai uskup (bishop) ia diangkat dengan kehendak yesus Kristus dan karenanya mempunyai otoritas atas jemaat-jemaat di bawahnya. Ia menulis kepada jemaat Efesus, Magnesius, Tralianus,Roma, Filadelfia dan Smirna menyatakan agar mereka tunduk kepada Uskup mereka saja dan tidak melakukan apapun tanpa perintah Uskup.
Ignatius menyatakan Torah dibatalkan. Ia menulis,
“…jangan tertipu oleh doktrin asing atau cerita dongeng yang tidak bermanfaat. Karena bila kita tetap hidup sesuai dengan hukum Yahudi, kita sendiri mengaku bahwa kita tidak memiliki kasih karunia ..” (Mag 3:1)
“ Tetapi jika siapapun mengkotbahkan hukum Yahudi kepadamu, jangan dengar dia …” (Fila 2:6).
Ignatius mengganti Sabat dengan Minggu. Ia menulis, “ … jangan lagi melaksanakan sabbat, tetapi pegang Hari Tuhan karena daripadaNya hidup kita bersemi, dan melalui kematianNya …” (Mag 3:3).

 

Akibat pengajarannya, jemaat-jemaat di bawahnya mulai membuat cara ibadah yang menghindari cara ibadah Yahudi dan mulai menyesuaikan dengan cara Romawi. Pemimpin Yunani baru yang muncul kemudian menyikapi hal ini dengan semakin menjauhi kepercayaan dan cara hidup Yahudi.

Justin Martyr (100-165) mengatakan Perjanjian Tuhan dengan bangsa Yahudi sudah dibatalkan dan bangsa-bangsa lain telah menggantikan Yahudi dalam rencana keselamatan Tuhan.

Tertulian (160-220) menyalahkan orang Yahudi penyebab kematian Yesus.

Clemen dari Alexandria (150-215) menekankan penggunaan filsafat Yunani sebagai ganti dari kitab suci Yahudi (Tanakh)

Eusebius (263-339) mengajarkan bahwa janji dan berkat dalam tanakh dialihkan pada Kristen, sedangkan kutuk dikenakan pada Yahudi. Gereja merupakan ‘Israel sesungguhnya’ yang sudah menggantikan Israel jasmani.

John Chrysostom (344-407) mengajarkan Tuhan tidak pernah mengampuni orang Yahudi karena mereka membunuh Kristus dan menyembah Setan. Sinagoga baginya merupakan rumah penyembahan berhala.

Ajaran mereka membentuk suatu ‘teologi’ yang diturunkan dari generasi ke generasi. Sampai kepada Martin Luther, bahkan berpengaruh kepada Hitler. Sampai kepada kita di abad 21. Bagaimana sekarang? Apakah kita akan meneruskannya lagi kepada generasi di bawah kita? Stop, cukup sampai di sini. Kita mau memulai generasi baru mulai dari diri kita dan menurunkannya kepada gererasi berikut, menghormati seluruh perintah Tuhan, termasuk “Ingat dan Kuduskanlah hari Sabat”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar